Baby Girl - 17

mulai sekarang updatenya aku jadwal yah, satu minggu satu kali, update hari senin sore/malam💜 soalnya revisi Ff ini agak berat, mahami ulang gagasan cerita sama hapus total ketikan di setiap part dan ganti dengan yang baru supaya nyaman di baca dan nyambung.

so:( i'm sorry karena cuma bisa update 1x seminggu mulai minggu besok.

-

"Selamat pagi Tzuyu," Sapa Suzy dengan canggung, wajahnya agak tersipu teringat kegiatannya semalam bersama Jungkook yang terlihat oleh Tzuyu.

Dia menyodorkan piring berisi roti selai coklat, mulai sekarang Tzuyu dia anggap sebagai adiknya karena telah menjadi putri bungsu keluarga Jeon.

Jungkook menatap wajah lesu Tzuyu, adiknya hanya tersenyum dan mengangguk kemudian bergumam dengan pelan menjawab pertanyaan yang di ajukan Suzy.

Kaos putih bermotif beruang berlengan panjang melekat sempurna ditubuh rampingnya, memakai celana pendek berikat pinggang putih. Rambut hitam panjangnya di kuncir setengah menggunakan pita putih panjang.

Ada yang aneh, pikir Jungkook. Namun dia tidak tau hal aneh apa yang dirasakan perasaannya.

"Kalau begitu aku akan pergi dengan Jungkook dulu ya Tzu, baik-baik dirumah temanmu."

"Baik Kak Suzy, hati-hati."

Suzy mengusap puncak kepala Tzuyu dengan sayang, tersenyum cantik.

Suzy menatap Jungkook yang sedang membenarkan jam tangannya, berkata, "Jung, aku tunggu di mobil."

"Oke, sayang."

Tzuyu merunduk menatap piringnya yang sudah kosong, kedua tangannya terkepal erat saat hatinya kembali terasa sesak tanpa dia ketahui kenapa, hatinya pengap melihat adegan tersebut.

Mendengar suara kursi berderit, dia mendongak dan memanggil Jungkook, "Kak Jungkook."

"Hm? Ada apa?"

Kaki jenjangnya berjalan mendekati sang Kakak, mengulurkan tangan dan memeluk tubuh didepannya dengan erat seperti tak ada lagi hari esok ataupun nanti. Menghirup aroma khas Kakaknya secara rakus, jari-jari mungilnya mencengkram jaket yang dikenakan Jungkook.

"Ada apa denganmu?" Tanya Jungkook, dia mengangkat tangan kanannya dan mendaratkan dipuncak kepala Tzuyu, menepuk ringan seraya menikmati aroma manis dari rambut adiknya.

"Tidak, hanya rindu. Sudah setengah bulan lebih aku tidak memeluk Kakak, bersenang-senang lah dengan Kak Suzy," Jawabnya, suaranya rendah dan lirih. Mata bulat kucingnya menatap dengan kosong, semakin memeluk erat tubuh Jungkook.

Tahan Tzuyu, kenapa kamu ingin menangis lagi? Untuk apa? Untuk apa kamu menangis?

Jungkook sadar dengan keanehan dari gadis kecil ini, dia mendorong lembut bahu Tzuyu, menampilkan wajah cantiknya yang lesu dan murung.

Jari telunjuknya mengangkat dagu Tzuyu agar menatapnya, bertanya dengan tegas, "Ada denganmu? Apa ada yang menyakitimu?"

Gadis itu tersenyum getir, menampilkan senyum semanis mungkin yang masih tersisa, "Nggak ada yang berani nyakitin Tzuyu selagi Kakak selalu disini. Aku, aku cuma berfikir kalau hari ini, esok, atau nanti, Kakak sibuk bersama dengan Kak Suzy. Nanti siapa yang jaga Tzuyu? Sekedar saling menyapa saja terkadang Kakak tidak memiliki waktu," Air matanya meleleh, mengalir menuruni kulit pipinya yang memerah.

Jungkook tertegun, "Berhenti berbicara omong kosong, Kakak akan selalu menjagamu."

"Mm! Pergilah, Kak Suzy pasti akan kesal karena menunggu Kakak terlalu lama."

"Tentu."

Sebelum berjalan pergi, Jungkook maju dan mencium kening Tzuyu dengan lembut, "Jika kamu mendapat kekurangan di rumah temanmu, hubungi saja Kakak. Sopir akan mengantarmu, Kakak pergi dulu, sampai jumpa."

"Um, hati-hati."

Tubuh jangkung pria tersebut hilang di balik pintu mansion, Tzuyu masih berdiri di samping meja makan. Berbalik mengambil tas di kamarnya lalu kembali turun.

Kakinya berhenti tepat dianak tangga paling bawah, menatap seluruh ruangan yang sudah membuat hati Tzuyu menyimpan hal baru dalam waktu singkat. Semua peristiwa bersama Kakak, Elvah, dan para maid lain yang selalu menemaninya terputar bagaikan kilasan balik, hitam putih.

Dia tersenyum tipis, kembali berjalan menuju halaman dimana sopir sudah menunggunya.

Sopir tersebut membukakan pintu mobil untuk Tzuyu, "Silahkan, Nona."

"Terima kasih."

Dia memasuki mobil, kembali menoleh menatap depan mansion yang megah. Keinginannya untuk pergi adalah keinginan tiba-tiba yang sebelumnya tidak pernah terfikir olehnya, sama sekali tidak pernah.

Bahkan disaat Jungkook selalu memperlakukannya seperti boneka pemuas nafsu.

Puluhan memori yang terpatri dalam mansion ini akan tersimpan erat dihatinya mulai hari ini, secercah cahaya keinginan masih mengharapkan bisa mengukir kebahagiaan bersama orang yang dia sayang di mansion.

Berbagi tawa, rasa senang, dan sedih. Tapi kenyataan mulai menyadarkannya, saat dia merasa sedih hanya Elvah yang mampu dia jadikan tempat berbagi.

Tatapannya beralih menatap kursi putih yang ada di taman bunga, itu adalah tempat duduknya saat Jungkook menyuruhnya untuk menunggu pria itu pulang pada malam hari di dekat gerbang dengan wajah penuh senyum.

Menanti kehadiran Kakaknya untuk kembali, sekarang hanya tersisa kenangan di kursi putih tersebut. Karena dia yakin jika Jungkook tidak memerlukan dirinya lagi untuk menunggunya saat pulang, sudah ada Kak Suzy yang akan selalu menemani dan menunggunya, walau dia masih berharap bisa mengulang beberapa hal.

Contohnya kenangan duduk di kursi taman penuh marah, wajahnya tertekuk kesal, beradu mulut dengan Jungkook saat pria itu datang. Wajah tampannya berseri dipenuhi senyuman ketika keluar dari mobil, membuat Tzuyu geram pada Kakaknya dan marah. Dia masih ingin menumbuhkan rasa benci, sedih, dan senang saat pria itu memusatkan waktu untuknya dan selalu menggodanya.

"Nona, kita berangkat sekarang?"

Lamunan Tzuyu buyar.

"Ya, berangkat sekarang."

***

Tzuyu menunggu dihalaman rumah Somi bersama Mingyu setelah mengirim lokasi kepada Jaehyun lewat ponsel Somi. Laki-laki berkulit eksotis tersebut tinggal di rumah Somi setelah Somi berhenti menginap dirumahnya sebelumnya.

"Kamu akan pergi kemana?" Tanya Mingyu setelah sekian lama mereka terdiam dengan mata Mingyu yang terpatri pada wajah cantik bidadari didepannya.

"Ke tempat seharusnya aku kembali," Jawab Tzuyu.

"Aku tidak faham."

Tzuyu tersenyum pada Mingyu, "Untuk saat ini aku belum bisa jelasin semuanya ke kamu sama Somi, tapi di lain waktu, aku akan ceritain semuanya pada kalian."

"Oke."

Mingyu tau, Tzuyu belum mau menjelaskan masalahnya pada Somi dan Mingyu.

Mobil ferari hitam mengklakson didepan gerbang rumah keluar Jeon, Jeon Dong Yu— Ayah Somi.

Jaehyun keluar, pakaian Kakaknya casual tidak formal seperti yang biasanya dia lihat.

"Kakak!" Panggil Tzuyu riang, dia berlari masuk kedalam dekapan Jaehyun.

"Kamu siap sayang?"

Tzuyu mendongak, mengangguk semangat, "Siap! Aku ingin bertemu Mama dan Papa!"

Somi menepuk bahu Mingyu, dia baru saja keluar setelah menghabiskan pancakenya, mata lebarnya menatap Jaehyun ngiler. Pria ini benar-benar tampan!

"Siapa itu Gyu?"

"Aku kurang tau, tapi Tzuyu memanggilnya Kakak. Jika dia tidak memanggil pria itu Kakak aku akan berfikir dia saingan cintaku."

"Dasar!" Cibir Somi.

"Somi! Mingyu! Tzuyu pergi dulu!" Gadis itu melambai tangan, senyumnya merekah lebar.

Somi dan Mingyu ikut melambai.

Mobil ferari hitam berlalu pergi. Somi menepuk lagi bahu Mingyu, "Jika nanti Kak Jungkook datang ke sini dan aku sedang tidak ada, jawab saja kita tidak tau dimana Tzuyu berada."

"Tapi, bukankah Tzuyu meminta ijin untuk menginap di rumahmu?"

"Aku juga tidak tau, ini adalah permintaan Tzuyu. Sepertinya pujaan hatimu mengalami masalah atau semacam konflik dengan keluarga hingga memaksanya pergi dari keluarga Jeon. Setelah ini aku akan bertanya pada Tzuyu, siapa pria yang kamu bilang dipanggil Kakak olehnya tadi."

"Apa kamu lupa? Ponsel Tzuyu dia tinggal dirumah, berbagai lokasi saja dia meminjam ponselmu tadi."

Somi menepuk jidat, "Astaga! Aku lupa!"

Mingyu menambahi tepukan dijidat Somi, "Bodoh!" Ejeknya.

Dia juga penasaran apa yang di alami Tzuyu hingga gadis itu melakukan semua ini. Dia berharap pujaan hatinya tidak mengalami masalah besar tanpa dia ketahui.

***

Esok hari, 09.00 a.m.

Jungkook membuka pintu mansion, menguap ngantuk karena dia menuruti Suzy untuk menginap, membuat mereka berdua kembali lembur dan tidak tidur hingga subuh.

"Tuan Muda, selamat datang!" Sapa semua maid penuh senyum.

Jungkook menatap ruangan yang di penuhi balon, "Kenapa ada banyak balon disini?"

Elvah maju dan menjawab dengan riang, "Nona dulu pernah bilang jika tanggal 15 November adalah hari ulang tahunya yang ke-18 tahun."

Mendengar jika hari ini adalah hari ulang tahun membuatnya sedikit terkejut. Kenapa dia tidak tau jika adiknya berulang tahun?

"Oh, baiklah. Apa dia sudah pulang?"

"Belum Tuan Muda, sopir baru saja berangkat untuk menjemput Nona."

"Kalau begitu aku akan bersiap terlebih dahulu."

Jungkook masuk ke dalam kamarnya, berjalan tergesa-gesa mendekati lemari abu-abu miliknya. Membuka dengan kasar, menarik gagang laci kecil paling bawah, bernafas lega saat kalung yang dia beli untuk Tzuyu dulu masih tersimpan disini.

Dia membelinya belum lama ini, ingin memberikanya pada adiknya jika mereka bertemu. Tapi pertemuan mereka selalu diiringi adu mulut, tidak cukup akur meski mereka tau akhir-akhir ini begitu susah hanya untuk saling menyapa penuh kasih. Suasana yang selalu tidak pas membuat Jungkook memilah waktu untuk memberikan kalung ini. Mungkin ini saatnya.

Kalung silver dengan liontin berbentuk kepala kucing.

Jungkook meletakkannya diatas ranjang, bergegas ke kamar mandi dan keluar setelah beberapa menit. Dia memilih beberapa kemeja yang akan dia gunakan.

Bersiap-siap sesudah menentukan pilihan, bercermin didepan kaca yang memantulkan penampilan sempurna miliknya.

Netranya melirik kalung yang terpantul dalam cermin, meraihnya dan menuju kamar Tzuyu. Meletakan kalung indah yang dia beli tepat diatas nakas adiknya.

Akan tetapi tatapannya berhenti pada ponsel Tzuyu yang dulu dia belikan, meraihnya kemudian menggeser layar kunci. Menggeser layar menu, dia mengenggam erat ponsel adiknya, tidak ada kartu sim, semua aplikasi yang terpampang adalah aplikasi bawaan pabrik.

Firasatnya buruk.

Berbalik dan keluar dari kamar Tzuyu. Di anak tangga bawah Elvah juga hendak berjalan ke kamar Tzuyu bertemu dengan Tuan Mudanya.

"Tuan!" Elvah menampilkan ekspresi takut.

Jungkook semakin merasa ada yang salah, "Ada apa? Cepat katakan!" Tanpa sadar suaranya naik, beteriak marah pada Elvah.

"Nona.... Nona muda tidak menginap dirumah temannya, sopir yang menjemput Nona kembali tanpa membawa siapa-siapa, nomer Nona juga tidak bisa dihubungi. Saya takut Nona...."

"DIAM!"

Jungkook menuruni tangga, mendorong Elvah yang menghalangi jalan. Tapi tunggu sebentar, apa yang harus dia lakukan? Kemana dia harus mencari? Dimana dia harus pergi?

Dia frustasi!

Dengan emosi kalut, dia masuk ke mobil dan melajukannya meninggalkan pekarangan mansion. Menyusuri jalan menuju sekolah Tzuyu, memasuki beberapa tempat tongkrongan anak muda yang ada di sekitar dan beberapa toko buku.

Tidak ada, dia tidak menemukan adiknya. Tzuyu meninggalkan ponselnya dengan data yang sudah terhapus total, membuatnya kesal karena tidak bisa mengetahui dengan siapa terakhir kali adiknya berkomunikasi.

Bulan telah bertugas menyinari bumi, bersama taburan bintang yang selalu menemani. Berbeda dengan Jungkook yang sendirian berdiri di samping mobilnya.

Di mencari tanpa arah hingga malam tiba, namun tanda-tanda Tzuyu tidak muncul sama sekali. Seolah sengaja bersembunyi dari dirinya, bermain sembunyi tanpa meminta ijin.

Tangannya mengepal marah, mengacak rambutnya dengan kasar, bergumam lirih putus asa, "Dimana kamu sekarang?" Gumamnya.

Ucapan Tzuyu kemarin pagi terngiang di fikirannya, "Aku, aku cuma berfikir kalau hari ini, esok, atau nanti, Kakak sibuk bersama dengan Kak Suzy. Nanti siapa yang jaga Tzuyu? Sekedar saling menyapa saja terkadang Kakak tidak memiliki waktu,"

Apa Tzuyu kesepian? Apa adiknya meminta waktu bersama dengannya sebentar saja?

"Bilang sama Kakak kalau kamu minta waktu Kakak, jangan pergi tanpa pesan sayang," Berbicara dengan angin yang berhembus. Menerkam tubuhnya yang terasa hampa ketika hembusan angin menubruknya, hampa seperti hatinya.

DAPET FEEL NYA GAK? ☹️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top