Baby Girl - 14
yuhu double up 😔💗💗💗
jan lupa komen, vote, ama pollow yas🦇
*
Para bodyguard membungkuk sopan menyambut kepulangan Jungkook ke mansion. Pakaian kantor yang dia pakai kemarin masih melekat ditubuh atletisnya, membuat seisi mansion berfikir jika Tuan Muda mereka lembur hingga tidak pulang untuk menjenguk kondisi adiknya.
Elvah yang tengah mengelap kaca jendela berlari mendekati Jungkook, membungkuk lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Tuan Muda, saya begitu khawatir karena Tuan tidak bisa dihubungi kemarin malam, Nona Tzuyu demam tinggi dan dilarikan kerumah sakit pagi tadi. Demam Nona sama sekali tidak turun, saya sudah memberinya obat, tapi tetap tidak turun."
Suara dingin menjarah ruang tamu, membuat para maid yang sedang bersih-bersih merundukan kepala takut, "Hanya merawat satu anak gadis saja kalian tidak mampu, lalu apa gunanya kalian bekerja disini?"
Para maid mendongak dengan wajah takut, mereka semua berdiri menghampiri Tuan Mudanya kemudian berlutut serentak.
"Tuan Muda, mohon maafkan kelalaian kami....."
"Jangan pecat kami Tuan Muda....."
"Kasihanilah kami......"
"Kami berjanji akan menjaga Nona Muda lebih baik lagi....."
Jungkook mendengus kesal lalu mengalihkan tatapan pada Elvah, "Kau!" Jarinya menunjuk Elvah membuat maid muda tersebut takut, "Dimana Tzuyu dirawat?"
"Di Athopys Hospital Tuan Muda..."
Sebelum pergi, mata elangnya menatap jajaran maid dengan tajam dan berkata dengan ancaman, "Jika kalian lalai sekali lagi, maka kalian semua dipecat! Apa kalian semua paham?!"
"Paham Tuan Muda!" Jawab para maid bebarengan dengan takut.
Baru semalam Tzuyu luput dari pengawasanya dan lihat semua ini, bayi kecilnya sudah berada di rumah sakit dengan demam tinggi.
Andai saja kemarin malam Suzy tidak memeluk dirinya terlalu erat, dia sudah pasti mengangkat telefon adiknya dan menemaninya dirumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit yang besar, Jungkook berlari menuju lift dan menekan digit angka 3. Perasaanya khawatir dengan keadaan Tzuyu, baru kali ini dia sakit setelah hidup berdua bersamanya.
Tanganya membuka pintu ruang rawat Tzuyu, aroma khas obat segera merangsang indra penciuman. Dibangkar adiknya terbaring lemah, wajahnya pucat seperti mayat, ekspresi tidurnya begitu lesu dan kuyu membuat lidah Jungkook kelu dan hatinya getir.
Dengan pelan dia berjalan mendekati bangkar, tidak ingin membuat suara berisik yang bisa membangunkan istirahat adiknya.
"Kakak...." Tzuyu membuka mata, netra hitam yang sering menatap nya sengit kini hanya mampu menatapnya dengan cahaya lembut yang redup.
Jungkook mendekat, mengenggam kedua tangan Tzuyu erat dan menciumnya satu persatu, "Kakak disini sayang, bagaimana kamu bisa sakit?"
"Umm," Tzuyu hanya menggeleng, bibirnya yang kering membuat jari telunjuk Jungkook terangkat dan membelai disana dengan ringan tanpa tekanan seolah takut jika dia memberikan sedikit tekanan maka bibir kesukaanya akan hancur.
"Mungkin kelelahan sedikit, tidak perlu khawatir."
"Maafkan Kakak kemarin karena tidak bisa menjaga kamu, Kakak ada urusan."
Gadis itu tersenyum pahit mendengar kata 'urusan' yang menutupi sebuah makna.
"Hum, tidak masalah. Kalau begitu aku akan istirahat lagi."
"Kakak akan menemanimu."
Jungkook duduk dikursi samping bangkar, matanya menatap sang adik yang telah menutup mata kembali. Kedua tanganya masih setia memegang tangan kiri Tzuyu dengan erat, sesekali memberikan kecupan ringan yang menghangatkan suasana antara keduanya.
Ponsel Jungkook berdering.
"Halo, ada apa?"
"..."
" Baiklah, aku akan segera kesana. Kamu jangan kemana-mana, aku tidak mau jika kamu sampai kelelahan, sampai jumpa sweetheart. "
Jungkook memutuskan sambungan telfon dan menyimpan kembali ponselnya. Dengan enggan bangkit lalu mencium bibir Tzuyu yang kering hingga terlihat sedikit berwarna merah muda karena salivanya. Dua dahi saling menekan, ujung hidung mereka bersentuhan, ibu jarinya mengusap pipi pucat adiknya.
"Cepat sembuh, Kakak pergi dulu. I love you."
Ketika ruangan menjadi sunyi total,
Tzuyu membuka kedua matanya. Gadis itu hanya memejamkan mata dan tidak tidur karena takut diserang mimpi buruk lagi. Matanya yang lesu menatap pintu ruangan, meratap Kakaknya yang pergi meninggalkan dia sendirian lagi.
Tzuyu sudah bisa menebak jika Kakaknya pasti menjawab telefon dari wanita tempo hari. Hatinya berkata jika wanita itu memiliki hubungan dengan Jungkook. Tzuyu menggeleng, apa kaitanya dengan diriku? Apa peduliku?
Sekeras apapun dia mengelak, perasaan tetap tidak bisa disembunyikan. Hatinya sedikit tidak terima jika kasih sayang Jungkook untuk dirinya terbagi untuk wanita lain. Secara sadar ataupun tidak, dia mulai egois dan menginginkan perhatian Jungkook hanya untuknya dan tidak bisa terbagi.
Merasa pusing berdebat dengan tebakan-tebakan antara Jungkook dan wanita tempo hari, Tzuyu bangun dari posisi berbaringnya, melepas selang infus dan turun dari bangkar. Kakinya berjalan ke arah jendela, gadis itu hanya melamun sambil berdiri. Dia terus menerus melamun dengan tatapan kosong.
Angin pagi yang cukup kencang membuat beberapa helai rambut yang tergerai melayang, membuat wajahnya tertutupi oleh rambutnya sendiri. Dia menangis, menangis, dan menangis. Apa yang dia tangisi? Apa yang dia rindukan? Apa yang ingin dia miliki sepenuhnya?
Sekarang dia bukan gadis baik-baik, dia adalah gadis kotor. Dia tidak tau air mata ini untuk siapa, apakah untuk rasa takut pada seseorang dimasa depannya? Kerinduan untuk keluarganya dipanti? Atau untuk hatinya yang merasa sakit karena tidak mampu menggapai Kakaknya?
Perasaannya dengki mulai merambah, dia ingin membenci Jungkook yang telah merenggutnya dan memainkanya. Apa ini? Apakah ini sakit akibat kebejatan Kakaknya atau karena dia tidak terima jika dia mulai mencintai Kakak angkatnya?
Mata berairnya terpaku pada pasangan paruh baya yang sedang tertawa mengawasi anak kecil dengan baju rumah sakit seperti yang dia pakai. Tiga manusia yang tertawa tanpa beban dan sakit, penuh suka cita dan hiruk-pikuk aura bahagia.
Kemudian ia merunduk, menatap kebawah, dia hanya sendiri. Dia merindukan adik-adiknya, dia ingin kembali bersama mereka dan bermain bersama. Melakukan kehidupan dengan normal dan bahagia tanpa beban.
Kepalanya mendongak dan melihat seorang pria tampan yang membantu wanita berbaju rumah sakit untuk berjalan diatas batu-batu kecil yang setiap pinggiranya telah diberi batas. Wajah keduanya di penuhi senyum, kasih sayang, dan saling memuja tanpa perduli kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Tetap bersama berbagi bahagia.
Fikiranya melayang pada Kakaknya yang selalu menatapnya lembut penuh kasih sayang atau nafsu semata? Entahlah, Tzuyu juga tidak tau dan merasa tertekan. Dia ingin marah.
Brak!
Suara nyaring membuat Tzuyu menoleh kesamping, Mingyu tengah bersandar pada pintu dengan nafas ngos-ngosan. Tubuh tinggi laki-laki muda tersebut terbalut seragam sekolah yang begitu kusut.
Mingyu berlari mendekati Tzuyu dan memeluknya, membuat Tzuyu mengerjap mata bingung.
Bukankah ini akan sedikit canggung?
"Gyu? Kenapa kamu kesini? Kamu harus sekolah!"
"Aku khawatir waktu denger ada yang nganter surat ijin sakit kamu ke ketua kelas, huh, aku langsung pergi dari sekolah dan pergi ke mansionmu untuk menjenguk tapi kamu malah ada dirumah sakit, jadi aku menyusulmu."
Tzuyu merasa sedikit geli dan menghapus air matanya yang sepertinya belum sempat dilihat Mingyu. Kedua tanganya menepuk punggung tegap Mingyu yang sedikit basah seperti menenangkan bayi.
"Tenanglah, atur dulu nafasmu, itu terasa geli di leherku."
Jungkook berdiri didepan pintu yang terbuka lebar, matanya menatap dingin punggung lelaki yang memeluk adiknya. Tzuyu merasakan punggungnya mengigil, menaikan pandangan dan akhirnya bertemu dengan tatapan tajam Jungkook.
Pria itu dengan berat hati menolak permintaan Suzy ketika melihat Mingyu yang langsung masuk kedalam lift setelah dia keluar. Wajahnya begitu khawatir, Jungkook sudah memiliki firasat jika anak ingusan ini pasti ingin menemui adiknya.
Perasaan tidak rela menyerang hatinya, anak ingusan ini sepertinya menginginkan bayi kecilnya. Jangan harap!
Akhirnya dia memilih kembali kelantai tiga untuk mencegah mereka berduaan, sepertinya terlambat, anak ingusan itu sudah memeluk tubuh yang seharusnya hanya dapat dipeluk olehnya.
Jungkook mengepalkan kedua tanganya, berkata dengan keras dan penuh emosi, "Keluar dari ruangan Tzuyu! Pergi!"
Mingyu melepas pelukanya mendengar teriakan Jungkook, dia membungkuk sebentar dan berkata dengan tidak setuju, "Maaf Kak, tapi saya ingin menjenguk Tzuyu, apa tidak boleh?" Tanya Mingyu.
"Tidak! Kamu tidak memiliki hak! Pergi dari sini atau saya panggil keamanan karena sudah berani menganggu adik saya dan merusak ketenangan pasien," Jawab Jungkook dengan tegas.
Mingyu diam membisu, dia memang bukan siapa-siapanya Tzuyu. Hanya sekedar orang baru yang baru saja berteman yang memiliki hutang nyawa. Mingyu pamit pada Tzuyu kemudian pergi.
Tzuyu dengan kesal naik ke atas bangkar kemudian berbaring, tidak memperdulikan Jungkook yang kini sudah duduk di kursi samping bangkar.
Perawat masuk memberikan sarapan yang langsung diterima Jungkook. Setelah kembali duduk, matanya tidak sengaja menatap selang infus yang sudah tidak tertancap lagi di lengan Tzuyu.
"Tzu, siapa yang menyuruhmu melepas infus?!" Kata-kata yang keluar terdengar begitu keras penuh amarah.
"Aku melepaskanya tadi," Tzuyu tidak menatap wajah Jungkook dan menjawab dengan santai.
"Melepas? Mengapa kamu menjadi begitu bodoh dan sembarangan?Hah, terserah kamu, Kakak lelah, jika kamu lelah hidup maka matilah," Emosi Jungkook sudah sampai di ujung tanduk. Pertama marah karena Mingyu yang berani menemui adiknya tanpa ijin, kedua karena dia berani memeluk miliknya, dan yang ketiga karena Tzuyu yang tidak penurut dan begitu sembrono.
Telinga Tzuyu memerah karena kesal, matanya memerah menahan air mata, dia menjawab dengan suara getir, "Kalau begitu maka biarkanlah apa yang Kakak inginkan menjadi kenyataan."
Dada Jungkook yang semula naik turun karena marah menjadi kaku mendengar jawaban Tzuyu, dia menatap adiknya yang masih berbaring dengan wajah menatap keluar jendela.
Mata indahnya memerah dan mengalirkan air mata.
"Tzu..." Jungkook memanggil dengan suara lirih, menyesal karena terlalu emosi hingga mengeluarkan kata keji untuk adiknya.
"Pergi."
"Tidak Kakak—"
"Pergi."
"Tzu..."
"Pergi, jangan berbicara denganku, aku membencimu."
Bahu Jungkook merosot, memilih mengalah kemudian berlalu meninggalkan Tzuyu sendirian. Dengan ini, mungkin kemarahan Tzuyu sedikit mereda untuknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top