2
Modern AU!
Baam/Jue Viole Grace x Fem!Khun Aguero Agnes
.
.
.
Peluh keringat mengalir deras ketika langkah kaki itu tidak juga berhenti berlari seperti menghindari sesuatu dengan sesekali kepala berambut pirang itu menoleh ke belakang memastikan tidak ada yang mengejar. Merasa sudah aman, akhirnya si pemilik mata kobalt itu bisa menghembuskan napas lega.
Khun Aguero Agnes, seorang gadis yang masih memiliki darah seorang bangsawan itu hanya bisa menyandarkan tubuhnya yang kelelahan di tembok yang kumuh tempat ia bersembunyi saat ini. Ia tidak menyangka jika ia akan berakhir seperti ini. Dan untunglah ia sudah mempersiapkan beberapa hal sebelum kabur dari rumah.
"Ano ..., kamu siapa?"
Khun berjengit kaget ketika mendengar suara yang tiba-tiba menyapanya. Menoleh dengan cepat sambil memasang kuda-kuda untuk menyerang orang itu, Khun kembali terdiam ketika yang ia lihat hanyalah seorang pemuda dengan wajahnya yang tertutupi poni panjang. Rambut coklat kusamnya diikat ekor kuda dan ia juga sama sekali tidak dapat melihat wajah pemuda itu namun ia bisa merasakan bahwa pemuda itu pasti tengah memperhatikannya.
"Aku ...." Khun terlihat ragu untuk mengatakan namanya sampai ia kembali mendengar suara mobil dan beberapa orang suruhan ayahnya sudah mulai mencarinya di daerah ini membuat Khun memilih untuk membalikkan tubuhnya agar ia bisa segera melarikan diri.
"Tunggu."
Tangan pemuda yang tak di kenal itu mencekal pergelangan tangannya erat lalu menariknya kuat hingga ia jatuh ke dalam rengkuhan hangat milik si pemuda membuat Khun tersentak kaget. "Kamu--"
"Shht, diamlah. Aku tidak tahu siapa kamu tapi sepertinya kamu akan dalam masalah jika aku tidak menolongmu," bisik si pemuda membuat Khun berhenti meronta.
Pemuda brunette itu memeluknya semakin erat, menghilangkan jarak di antara mereka sehingga mereka bisa merasakan kehangatan tubuh masing-masing. Tubuh Khun pun juga diselimuti dengan mantel cokelat yang dikenakan si pemuda, menutupinya dari pandangan orang-orang yang mulai melewati mereka.
Entah berapa lama pemuda brunette itu memeluknya, namun yang pasti ia merasa sedikit nyaman akan kehangatan ini. "Hei, mereka sudah pergi," ucap pemuda sambil merenggangkan pelukannya.
Khun yang menyadari hal itu segera mengambil langkah mundur untuk memperlebar jarak mereka. "Um, terimakasih."
Khun kembali dilanda kebingungan, pemuda itu pasti menganggapnya aneh atau mungkin pemuda itu pasti menganggapnya sebagai seorang kriminal karena diincar banyak orang.
"Tidak masalah. Kamu pasti punya alasan untuk kabur dari rumahmu, Nona Khun," balas si pemuda yang membuat Khun kembali terkejut namun sebisa mungkin ia mengembalikan raut wajahnya untuk tetap tenang.
"Aku tidak mengerti maksudmu," balas Khun.
Si pemuda terkekeh pelan, lalu berdeham pelan. "Maaf, aku hanya sedikit bingung denganmu, kenapa kamu mengenakan pakaian seorang butler? Lalu rambut biru indahmu kenapa di tutupi wig pirang?" tanya pemuda brunette, "meski kamu sudah menyamar sebaik ini pun, aku masih bisa mengenalimu sebagai seorang nona muda dari keluarga bangsawan Khun. Iris biru indah itu .... lalu sehelai rambut biru indah .... aku masih bisa mengenali hal itu semua dan yang paling mudah untuk dikenali adalah postur tubuhmu saat aku memelukmu tadi. Itu semua terlihat sangat jelas," jelas si pemuda membuat Khun tidak bisa berkata-kata.
"Oh tenang saja, aku tidak akan mengatakan pada siapa pun, namaku The 25th Baam. Kalau boleh tahu, siapa nama Anda, nona?"
"Khun, Khun Aguero Agnes. Dan kuharap kamu menepati janjimu untuk tidak mengatakan hal ini pada siapa pun, Tuan Baam," balas Khun dingin. Ia tidak punya pilihan lain, jika pemuda bernama The 25th Baam ini mengatakan pada orang lain tentang keberadaannya maka ia terpaksa harus membunuhnya. Lagipula membunuh seseorang itu cukup mudah apalagi jika menggunakan otak liciknya untuk hal itu, ia pasti tidak akan mudah diketahui oleh orang lain.
"Baiklah, ah satu lagi, Anda bisa memanggil saya Baam."
Khun tidak menanggapi hal itu dan lebih memilih untuk berjalan meninggalkan Baam namun lagi-lagi pergelangan tangannya di tahan.
"Tidak baik jika seorang gadis berkeliaran di malam hari seperti ini, bagaimana jika Nona Khun menginap di tempat saya? Itu pun jika Nona tidak keberatan untuk tinggal di sebuah rumah sederhana," kata Baam tiba-tiba membuat Khun kembali memikirkan perkataan Baam berulang kali sambil menatap ke arah langit gelap yang berhiaskan bintang-bintang.
'Yaah, kurasa aku tidak punya pilihan menerima tawarannya,' pikir Khun lalu mengangguk pelan sebagai jawaban.
Dan dengan begitu, Baam pun mulai menuntun Khun menuju rumahnya yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
•••
Rumah sederhana yang dikatakan Baam sangat berbanding terbalik dengan apa yang Khun lihat.
Rumah itu tidak terlihat seperti rumah sederhana malah rumah itu terlihat mewah dan mungkin hampir sama mewahnya dengan kediaman Khun.
"Ini ... Sederhana?"
Baam menoleh sedikit lalu tersenyum. "Selamat datang di kediamanku, Nona Khun," sambut Baam dengan senyuman.
Baam menuntun Khun memasuki rumahnya dan ketika pintu terbuka beberapa pelayan berbaris rapi.
"Selamat datang, Tuan Viole."
Khun terkejut dan menatap ke arah Baam, "Kau ... Jue Viole Grace?"
"Ah maaf, aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku akan menceritakannya nanti. Hansung Yu, tolong tunjukkan kamar untuk nona ini." Baam memberi perintah pada Hansung Yu yang langsung mengangguk patuh.
Meski Hansung Yu tersenyum, Khun bisa merasakan rasa tidak suka Hansung Yu kepadanya. Yah, ia tidak peduli. Jika mereka macam-macam ia akan akan bertindak langsung.
"Ini kamar Anda, nona."
Kamar yang luas dan terlihat mewah. Apa ini kamar tamu? Lumayan juga. Khun menatap Hansung Yu yang terus menatapnya dengan tatapan dingin.
Pria yang terlihat cukup cantik namun tidak secantik Khun kini menatapnya seolah ia adalah pengganggu.
"Dengar nona, jangan kira Tuan Viole baik pada Anda, Anda bisa bersikap seenaknya pada beliau."
"Apa itu peringatan?"
"Tidak, hanya sekedar pengingat. Kalau begitu saya permisi."
Setelah Hansung Yu pergi, Khun melepaskan mantel coklat milik Baam. Ia mengeluarkan lighthouses miliknya lalu mengeluarkan pakaiannya sebelum berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum Baam datang lagi.
•••
Saat ini Baam berada di kamar Khun. Mereka duduk berhadap-hadapan dan saling bertatap-tatapan tanpa ada yang memulai percakapan.
"Jadi, bisakah kau jelaskan?"
Khun adalah orang pertama yang membuka suara. Baam menatap Khun lalu menghembuskan napas pelan.
"Baiklah, aku akan mengulang perkenalan lagi. Nama asliku Jue Viole Grace, putra V dan Arlene Grace. Namun orang terdekatku memanggilku Baam."
"Pasti tidak hanya itu kan?"
"Maksudmu?"
"Kenapa kau bisa ada ditempat itu? Apa itu kebetulan?" tanya Khun yang masih mengintrogasi Baam.
Baam tersenyum. "Kalau aku bilang takdir bagaimana?"
"Apa maksudmu?" tanya Khun tidak mengerti.
"Nona Khun, alasan kau melarikan diri bukankah karena pernikahan politik, sedangkan kau ingin menjadi kepala keluarga, bukan?"
Khun terdiam. Ekspresinya tampak dingin. Baam tahu terlalu banyak.
"Apa kau tahu siapa pasangan pernikahan politikmu?" tanya Baam.
Khun diam lalu menghembuskan napas lelah. "Ada kemungkinan Ja Wangnan, putra Jahad."
Baam menipiskan bibirnya, ekspresinya sesaat terlihat dingin namun dengan cepat ia menghilangkan ekspresi dingin itu.
"Apa tidak ada lagi?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Saat aku mendengar pernikahan politik itu aku bertengkar dengan ayahku lalu melarikan diri. Si penggila anggur itu, aku pasti akan menghancurkan kebun kesayangannya."
Baam diam lagi untuk sesaat lalu kembali bertanya. "Bagaimana jika ada orang lain yang menjadi kandidat pasanganmu? Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya ingin menjadi kepala keluarga, ah tapi jika tidak pun aku tidak ingin terikat oleh keluarga Raja seperti Raja Jahad."
"Jadi, siapapun bebas untuk menjadi pasanganmu?" tanya Baam mencari tahu.
"Ya, tapi dia harus memiliki kriteria yang aku inginkan terlebih dahulu."
"Katakan, aku jadi penasaran," ucap Baam.
Khun menyeringai lalu menyebutkan kriterianya. "Dia harus tinggi, tampan, dan sangat kuat. Harus lebih kuat dariku, memiliki kekuasaan dan harta yang melimpah namun aku tidak mau terikat dengan keluarga kerajaan, dan yang terpenting dia tidak berniat untuk memiliki istri lain selain aku. Hanya aku yang akan menjadi istri satu-satunya. Jika dia tidak memenuhi kriteria ku maka aku tidak mau."
Itu adalah kebalikan dari ayahnya Khun. Ayah Khun memiliki semuanya kecuali satu istri karena istrinya sangat banyak dan itu membuat Khun sangat muak apalagi sebagai sesama saudara harus bertarung untuk memperebutkan kekuasaan tak terkecuali dia sendiri.
"Dan jika ada orang yang memenuhi itu semua?" tanya Baam lagi.
"Aku akan menikahinya saat itu juga!"
Baam tersenyum, mungkin lebih mengarah menyeringai. "Aku pegang kata-katamu."
Khun tampak kebingungan dengan perkataan Baam. Yah, tidak mungkin Baam memasuki kriterianya. Penampilannya saja saat ini kurang rapi dan terlihat suram. Itu tidak mungkin.
•••
Keesokan paginya, Khun dikejutkan dengan penampilan Baam yang baru. Rambut panjang brunette itu berubah menjadi rambut pendek sehingga ia dapat melihat iris mata berwarna golden hazelnut.
Pakaiannya juga terlihat sangat rapi, berbanding terbalik dengan sebelumnya dan setelah diperhatikan lagi, Baam ternyata juga tinggi.
"Nona Khun, aku Jue Viole Grace, Baam. Tinggi, tampan, dan kaya. Memiliki kekuasaan sebagai penerus FUG, memiliki harta kekayaan yang melimpah, dan yang pasti aku hanya akan berdedikasi hanya untuk memiliki seorang istri. Jadi bagaimana, maukah kau menikah denganku?" Baam tersenyum yang sialnya memang sangat tampan membuat Khun sendiri jadi terkejut dan tanpa sadar kedua pipinya merona.
Ini serangan mendadak, apa Baam sudah merencanakan ini semuanya? Sejak kapan? Kenapa ia tidak tahu kalau Baam akan setampan ini? Jika tahu apa ia akan menyebutkan kriteria itu?
Ini salahnya karena tidak mencari tahu lebih lanjut tentang identitas Baam karena di profilnya Baam selalu berpenampilan seperti pria suram. Tapi kini dia terlihat seperti seorang pangeran yang sangat tampan.
"Nona Khun~"
"Kau curang."
"Berarti aku anggap itu sebagai jawabanmu. Kita akan menikah Minggu depan jadi ayo kita pulang ke rumahmu. Aku harus bertemu dengan calon mertuaku dulu~" Baam tersenyum senang sedangkan Khun cemberut. Apa ia tertipu? Ia? Khun Aguero Agnes tertipu untuk pertama kalinya? Sial.
•••
Di sisi lain
"Hahaha Khun Eduan, kau kalah. Lihatlah putraku, dia berhasil memikat putrimu yang keras kepala." Arlene, istri V tertawa bahagia melihat layar yang menampilkan kedua pasangan yang selalu ia impikan. Setidaknya tinggal satu tahap lagi bukan? Yaitu memiliki cucu, namun ia harus menahan diri karena saat ini Khun Eduan pasti merasa kesal terlihat sekali di wajahnya yang tampak cemberut itu meski masih terlihat tampan.
"Ck, hei V. Tidak bisakah kau menyuruh istrimu untuk diam? Ini juga salah putramu, beraninya dia menjebak putriku." Eduan tampak kesal, ia kira putra V dan Arlene tidak setampan dirinya tapi ternyata ia salah, atau ia saja yang tidak tahu kriteria pria kesukaan putrinya? Apa ini karena efek ia punya banyak anak ya jadi ia lupa setiap kriteria kesukaan anak-anaknya? Entahlah, yang pasti Eduan merasa terkhianati karena putrinya berhasil diluluhkan oleh putra V.
"Bukankah kau sendiri yang membuat taruhan itu dengan kami, keluarga Grace, Khun Eduan?" tanya V tersenyum senang sedangkan Eduan kini menghela napas lelah, menyerah.
V dan Arlene tersenyum dan bersamaan berkata, "Mulai hari ini kita berbesan~."
Omake ...
"Aguero,"
"Aguero~"
"A--hmp?"
Khun menutup mulut Baam menggunakan kedua tangannya dan wajah terlihat cemberut yang memerah hingga ke telinga. "Kenapa tiba-tiba kau memanggilku Aguero?"
Baam melepaskan kedua tangan Khun tanpa menjauhkannya dari wajahnya. Ia mengecup punggung kedua tangan Aguero membuat Aguero tersentak pelan. "Karena aku ingin. Bukankah kita sekarang adalah tunangan dan Minggu depan kita akan menikah. Jadi aku pikir aku harus memanggil namamu Aguero~"
"Kenapa tidak Khun saja?"
"Itu akan membuatku terlihat memanggil nama keluargamu. Bagaimana jika saat semua keluarga berkumpul dan aku memanggilmu dengan nama Khun, kau pasti bisa membayangkannya kan?"
Khun terdiam. Dalam hati membenarkan perkataan Baam dan Baam menyadari hal itu.
"Oleh karena itu aku memanggilmu Aguero sayang."
"Kenapa ditambah dengan kata 'sayang'?"
"Iya sayang."
Khun terdiam sesaat lalu wajahnya semakin memerah dan baru menyadari bahwa Baam kini tengah menjahilinya.
"Kau menyebalkan."
"Ya aku tahu, aku juga begitu. Aku sayang kamu, Aguero." Baam tersenyum bahagia sedangkan Khun hanya memalingkan wajahnya karena malu.
Khun tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Ia sudah kalah telak. Ingin mengelak tapi sayangnya Baam memiliki rekaman percakapan mereka. Menyebalkan.
End
Note :
Apa ini apa ini? Choco menemukan cerita setengah jadi, jadi Choco lanjutkan. Bagaimana menurut kalian? Aneh gak ceritanya? Gaje gak? Nyambung gak? Serius, Choco butuh krisar kalian.
Aah Choco merasa cerita Choco jadi semakin aneh. Pasti kurang sreg atau ooc dan aneh kan? Pasti kurang seru kan? Hiks (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)
•Teater kecil•
Baam : Semangat Choco-san! Kau harus melanjutkan cerita tentang kami lagi. Aku ... Aku kekurangan asupan bersama Aguero-ku!!!
Aguero : Hei •////• jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu. Bukankah kau sudah mendapatkan asupanmu?
Baam : Kapan?
Aguero : Saat memelukku saat itu!!!
Baam : Bukan asupan yang seperti itu yang aku inginkan.
Aguero : Jadi kau tidak ingin memelukku?!
Baam : Ingin! Tapi kurang.
Aguero : Lalu apa lagi yang kurang?
Baam : Aku ingin 'memakanmu' Aguero!
Khun : •///////•
Choco : Diamlah kalian. Mentang-mentang Choco masih jomblo kalian seenaknya tebar-tebar kemesraan. Mau pamer? Iya?! Huh.
Aguero & Baam : *Choco ngamuk*. Maaf.
Choco : ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top