1
Lantai 2: Lantai Neraka Evankhell
Mata kobalt itu terus terfokus pada satu tujuan, memandangi sang objek dalam diam. Tatapannya begitu intens membuat sang objek yang dipandang pun menjadi tidak nyaman.
"Tuan Khun, apa ada sesuatu diwajahku?"
Sang objek bertanya canggung, sedangkan yang ditanya hanya bergumam tidak jelas membuat yang dipandang pun semakin canggung. Baam tidak pernah bisa membaca isi pikiran teman barunya yang satu ini.
Khun Aguero Agnis, sang pelaku yang membuat Baam jadi canggung mulai menyadari kelebihan akan objek yang dipandangnya saat ini. Tidak hanya karena dia memiliki pedang Black March, tetapi dia juga memiliki wajah baby face yang membuat orang lain bisa jatuh hati karenanya.
Semenjak pertemuannya yang pertama, Khun merasakan akan ada manfaatnya jika ia membawa Baam bersamanya untuk menaiki menara. Memang pada awalnya karena ia melihat pedang Black March bersama Baam, apalagi Baam memiliki hubungan dengan salah satu Putri Zahard yang bernama Yuri Ha Zahard. Namun, untuk beberapa alasan, Khun membatalkan niat terselubungnya untuk menjadikan Baam sebagai alatnya. Kini, ia sudah menganggap Baam sebagai sahabat dekat pertamanya.
"Aku heran, kenapa kau tidak menggunakan kelebihanmu yang satu itu dengan baik." Pernyataan Khun membuat Baam mengerutkan dahinya bingung karena tidak mengerti akan maksud Khun.
"Apa maksud Tuan Khun?" Baam bertanya lugu membuat sisi iblis Khun bergejolak untuk mengerjai Baam.
Bibir tipis Khun membentuk seringaian kecil, membuat perasaan Baam tiba-tiba jadi tidak nyaman. "Mau aku ajari sesuatu?" tanya Khun yang masih memperlihatkan seringaiannya.
"Jika yang Tuan Khun maksud mengajariku untuk bersikap licik, aku tidak mau."
"Bukan, bukan yang itu. Ini sedikit berbeda, apa kau mau?"
Baam tampak berpikir. Memangnya apa yang ingin Khun ajarkan padanya? Setidaknya itulah yang dipikirkan Baam saat ini.
"Aku yakin, dengan kemampuan ini bisa menolongmu suatu saat nanti," ucap Khun menyakinkan.
Baam kembali berpikir dan setelahnya mengangguk pelan sebagai tanda setuju.
Khun kembali menyeringai dan setelahnya ia berdeham pelan. "Kalau begitu, ayo ikut aku."
...
Baam saat ini menatap Khun dengan canggung, mengingat saat ini ia berada di dalam kamar Khun. Sebenarnya, bukan itu alasan Baam menjadi canggung, melainkan karena Khun yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arah Baam sehingga Baam dapat melihat dengan jelas wajah rupawan itu dari dekat.
Khun memiliki bulu mata yang lebat dan sedikit panjang seperti kipas, ia yakin pasti bulu mata itu sangat halus. Mata kobalt yang indah yang menatapnya dengan tatapan intens. Kulit putih dan wajah yang bersih, ia yakin pasti kulit Khun sangat lembut dan halus. Lalu, bibir tipis yang berwarna peach yang tampak sedikit terbuka, membuat wajah Baam merona tanpa ia sadari.
Bahkan, wajah Baam semakin memerah saat jarak wajah di antara mereka begitu tipis sehingga Baam bisa merasakan napas hangat milik Khun yang bercampur dengan napas hangat miliknya.
Khun yang melihat reaksi Baam yang seperti itu hanya bisa mengulum senyum geli, mengatakan pada dirinya sendiri di dalam hati bahwa Baam benar-benar sangat menggemaskan dengan sikap dan reaksinya yang begitu lugu.
"Baam, seperti ini cara untuk menyampaikan rasa suka pada seseorang," ujar Khun tiba-tiba yang masih mempertahankan posisi mereka.
Baam masih diam, ia berusaha mencerna kalimat Khun disaat hati dan pikirannya tidak sinkron dengan apa yang dirasakannya saat ini. Ia entah kenapa merasakan detak jantungnya berdebar sangat cepat hanya karena ia begitu dekat dengan Khun.
"Cukup kau dekatkan wajahmu dengan orang yang kau sukai lalu cium dia dibibirnya," kata Khun yang mulai mengajari Baam dengan hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan Baam.
Namun, karena ini sedikit berbeda, ia jadi ingin menjahili Baam dan ia yakin Baam pasti akan berterimakasih padanya suatu hari nanti.
"Dengan begitu, aku yakin orang itu pasti akan jatuh hati padamu dan tidak akan meninggalkanmu," tambah Khun sambil menjauhkan wajahnya dari Baam.
"Apa itu termasuk Rachel?"
Khun terdiam sesaat sebelum menjawab, "Ya," dengan senyuman tipis di wajahnya. Yah, meski secara pribadi ia tidak menyukai Rachel untuk beberapa alasan, tetapi ia tidak bisa menjawab 'tidak' di depan Baam yang kini menatapnya dengan berbinar.
...
Arc Pertempuran Kandang
Pemuda berambut biru keperakan kini telah terpojok. Tatapan kobaltnya menatap ke depan dengan tatapan tidak nyaman. Kedua tangannya berusaha menahan dada seseorang yang berusaha bergerak maju ke arahnya. Sedangkan orang yang memojokkannya tampak tidak mempedulikan tindakan pemuda bermata kobalt itu.
"Hei Baam, bisakah kau memberiku sedikit ruang? Kau terlalu dekat." Khun berbicara dengan suara yang terdengar gugup, kedua pipinya sedikit bersemu merah dengan tatapan yang masih menyiratkan ketidaknyamanannya akan kedekatan Baam dengannya saat ini.
"Kenapa? Bukankah Tuan Khun sendiri yang mengajariku hal seperti ini?" Baam bertanya balik dengan alis tipis milik Baam sedikit bertaut tidak mengerti dengan reaksi Khun saat ini. Lebih tepatnya berpura-pura tidak mengerti.
Khun sendiri bingung kenapa Baam tiba-tiba berubah seperti ini dengan cepat. Semenjak Baam dinyatakan meninggal di Lantai 2, Khun merasa tidak percaya jika Baam benar-benar meninggal sehingga ia berusaha mencari keberadaan Baam. Lalu saat Baam menjadi Jue Viole Grace, Baam justru terlihat cuek dan dingin bahkan untuk berbohong saja masih bisa diketahui oleh Khun. Lalu setelah keluar dari FUG, Baam masih memikirkan Rachel. Tidak, mau dipikirkan sebanyak apa pun sudah jelas pikiran Baam hanya tertuju pada Rachel, namun kenapa setelah ia bangun dari komanya Baam jadi seperti ini?
"T, tunggu dulu Baam. Kau tidak benar-benar ingin menciumku, 'kan?" Khun bertanya ragu.
"Memangnya kenapa jika aku ingin menciummu, Tuan Khun?"
"Bukankah aku sudah pernah bilang, kau bisa melakukan ini dengan orang yang kau sukai?"
"Hm~ kau benar. Aku bisa melakukan ini dengan orang yang kusukai, dan orang yang kusukai itu adalah kau Tuan Khun Aguero Agnis."
"Kalau kau sudah tahu, ... tunggu, apa?"
"Aku menyukaimu, Aguero. Karena itu aku ingin melakukannya," ulang Baam lagi yang langsung memanggil Khun dengan namanya langsung. Wajah Baam kembali mendekat hingga jarak di antara wajah mereka benar-benar tipis bahkan hidung mereka kini sudah saling bersentuhan. Sedangkan wajah Aguero semakin memerah berkat Baam.
Aguero sendiri tidak dapat melepaskan diri dari Baam, selain faktor pertumbuhan fisik Baam yang begitu cepat, hal itu juga dikarenakan Baam yang menatapnya begitu dalam yang membuatnya jadi sulit untuk menolak Baam. Ia yakin jika ia menolak Baam, Baam pasti akan terpuruk dan tersakiti.
Tangan kanan Aguero tiba-tiba menutup bibir Baam yang berusaha mendekat membuat tatapan Baam berubah sedih merasakan penolakan Aguero. Aguero tidak membalas pernyataan sukanya bahkan pemuda yang berada di dalam kungkungannya saat ini menutup mulutnya seolah-olah Aguero tengah menolaknya.
"Apa kau tidak memikirkan perasaanku, Baam?" Aguero tiba-tiba berbicara dengan tatapannya yang ia alihkan ke arah lain.
Baam terdiam. Telapak tangan Baam menyingkirkan tangan Khun yang masih menutupi mulutnya. Kepalanya sedikit tertunduk dengan wajahnya yang terlihat sedih.
"Maaf kan aku, Aguero. Aku tidak memikirkan perasaanmu. Entah kenapa aku menjadi egois. Aku menginginkanmu lebih dari sekedar sahabat, sehingga aku mencoba memberanikan diriku untuk menciummu," kata Baam dengan alis tipis milik Baam bertaut dalam merasa bersalah. "Dan juga itu karena aku berpikir bahwa kau pasti juga menyukaiku, tapi sepertinya tidak, ya?"
Aguero jadi merasa bersalah. Ia tidak bermaksud seperti itu. Ia hanya berpikir bahwa perasaan Baam mungkin hanya sementara. Karena bagaimana pun, sebenarnya Aguero juga sangat menyukai Baam sehingga ia takut untuk terluka. Tetapi kini, justru ia lah yang melukai perasaan Baam. Lihat saja air mata yang tergenang di pelupuk mata Baam, membuat netra emas itu jadi berkaca-kaca dan ia benci itu jika mata itu berkaca-kaca karenanya yang sudah menyakiti Baam.
"Bukan begitu Baam, aku ...."
"Aku apa? Apa kau membenciku?" tanya Baam yang kini menatap Aguero tepat di matanya.
Aguero jadi semakin merasa bersalah lalu berdeham pelan. "Tidak Baam, aku tidak membencimu. Aku ...," Khun menghela napas pelan lalu menatap Baam dengan tatapan teduh. "Kau tahu sendiri 'kan aku tidak benar-benar bisa menolakmu, termasuk akan perasaanmu, karena aku jugmmph...!?"
Ciuman itu canggung. Namun, itu hanya sementara karena setelahnya ciuman itu berubah menjadi ciuman panas yang bahkan membuat seorang Khun Aguero Agnis menjadi terkejut.
"...amph .... Baam...mmph...berhenmmph...."
Aguero mencoba mendorong Baam menjauh beberapa kali. Tetapi usahanya sia-sia sehingga Aguero memilih diam menerima nasibnya. Nafas Aguero terengah-engah saat Baam akhirnya memisahkan diri, memberinya waktu dan ruang untuk mengambil nafas.
"Baam, kau, dari mana kau mempelajari ciuman seperti ini?" gumam Khun pelan, mata kobalt yang sedikit berair itu mencoba menatap Baam yang justru terlihat menggoda Baam untuk kembali mencium Khun lebih dari ini.
"Hm~ dari mana ya~"
"Baam...!"
"Hm, aku akan lebih senang jika kau mengatakan apa yang ingin kau katakan padaku tadi." Baam kini beralih memeluk tubuh Aguero dengan kepalanya ia sembunyikan di ceruk leher putih Aguero, memberinya ciuman-ciuman kecil di sana membuat Aguero merasa sedikit kegelian.
"Baam, belajar dari masa lalu, menunggu masalah hingga berakhir jelas bukan lah hal baik. Jadi jelaskan padaku, dari mana kau mempelajari, ouch.... Baam!?"
Baam menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Aguero yang kini terdapat banyak kissmark di sana yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih porselen. Kembali menatap Aguero, Baam mulai memasang tampang berpikir mencoba mengingat dari mana ia mempelajari hal itu.
"Bukannya itu kau sendiri yang mengajarkannya padaku?" jawaban Baam membuat Aguero bungkam sesaat karena apa yang dikatakan memang benar adanya.
"I-itu benar, tapi bukan berarti aku mengajarimu berciuman seperti itu. Bahkan saat itu aku hanya mengajari posisi berciuman saja tanpa benar-benar berciuman langsung denganmu. Jadi dari mana kau mempelajarinya?"
"Dari buku. Saat aku masih di markas FUG, aku juga diajari dengan hal-hal seperti ini, tapi bukan berarti aku juga langsung mempraktekkannya. Aku ingin melakukannya saat aku benar-benar menemukan sosok yang aku cintai," jawab Baam yang membuat Aguero tertegun. "Dan sekarang aku sudah menemukan orang yang aku cintai, yaitu kau Khun Aguero Agnis," ujar Baam dengan tatapan dan senyuman yang hangat.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Tanpa ku beritahu kau pasti sudah tahu jawabanku, kan?"
"Tidak. Aku tidak tahu, lebih tepatnya aku ingin langsung mendengarnya darimu."
Aguero kembali menghela napas pelan lalu tersenyum tipis. Pemuda Khun itu sedikit berjinjit lalu mengecup bibir Baam sekilas. "Aku juga menyukaimu, Baam. Lebih tepatnya sejak lama aku menyukaimu."
Baam tersenyum senang, lalu kembali memeluk Khun erat. "Kalau begitu bagaimana kalau kita tidur bersama?"
"Apa?!"
"Hanya tidur, apa itu salah? Apa jangan-jangan kau salah mengartikan maksudku?" Baam tersenyum geli, sedangkan Aguero? Pemuda Khun itu memilih untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah di dalam pelukan Baam karena sudah terlalu malu. Bahkan kalau perlu, ia ingin sekali menyembunyikan dirinya dari Baam saat ini juga.
Baam hanya bisa terkekeh pelan dengan perasaan senang yang membuncah. Khun Aguero Agnis, pertemuannya dengan seorang anak Khun buangan merupakan kecelakaan, pertemanan dan jalan yang mereka hadapi merupakan takdir yang harus di jalani sehingga hubungan mereka pun semakin dekat dan Baam jadi menyadari akan perasaannya tentang Khun Aguero Agnis. Ia menyukainya. Ia mencintainya karena ialah cahayanya yang menyinari hidupnya.
.
.
.
The End
Yey~ tamat. Ini oneshot gaje pertama Choco akan fandom TOG ini. Pasti cerita kali ini gaje banget, dan karakter nya juga OOC, iya kan? Sudah Choco duga juga sih. Jika ada yang suka maka akan Choco lanjutkan dengan cerita mereka yang lainnya.
Sebelumnya Choco juga pernah membuat cerita shonen ai sih dengan fandom KNB, tapi untuk saat ini Choco ingin mencoba membuat ff dari fandom TOG ini. Dan karena udah lama tidak membuat cerita yang seperti ini jadinya malah kaku.
Lalu buat judulnya, Choco bingung ingin memberi judul apa. Jadi Choco buat saja seperti itu :'v
Dan juga ide cerita ini diambil dari fanart salah satu artist, cuma Choco lupa pula namanya siapa. Yang pastinya Choco lihatnya di pinterest. Dan tentu saja sisanya Choco bikin sesuai imajinasi Choco sendiri.
Lalu untuk kak LucyFerra69 maaf sebelumnya aku ada sedikit meniru bagian kata-katanya.
Dan mohon krisarnya, karena Choco masih dalam tahap belajar.
Sekian, Terimakasih.
Choco🍫
1742 words
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top