roomate

Sasuke baru saja keluar dari kantor kepala sekolah barunya ini. Wajahnya terlihat senang walau tidak kentara, karena topeng stoic mendominasi. Dia berjalan angkuh disepanjang koridor menuju asrama putera.

Sesekali terdengar senandung putus-putus dari celah bibirnya yang tipis.

Sekarang dirinya tiba pada sebuah kamar dimana pintunya hendak dia ketuk, namun diurungkan saat matanya menangkap sorot keheranan dari beberapa siswa yang kebetulan ada disana.

"Ini kamarku," katanya, seolah dia menerka lalu menjawab pertanyaan dari siswa-siswa yang memandangnya dengan heran.

Tidak ada yang berani menggubrisnya, para siswa tadi merasa terintimidasi hanya dengan melihat tatapan tajam milik si bungsu Uchiha ini. Mereka menyingkir, membiarkan Sasuke mengetuk pintunya.

Ya, membiarkan sesuatu terjadi kembali, seperti sebuah seruan dari pejuang Perancis Le Histoire se Repete.

Biarkan sejarah terulang kembali.

Pintu diketuk, Sasuke masih bergumam sebuah lagu klasik. Dia menunggu hingga kepala pirang menyembul disana.

"Oh, hay.." si pirang ini menyapa. "Ada apa?" tanya Naruto. Kalau tidak salah mengenali, siswa ini adalah siswa baru yang menolak duduk dengannya 'kan? Itu pikiran Naruto.

Dia masih tersenyum ramah ketika Sasuke masih dengan raut khas andalannya. Datar.

"Ini kamarmu?" tanya Sasuke mula-mula.

Naruto tersenyum lalu manggut-manggut antusias, perlu dijelaskan bahwa manggutnya Naruto seperti menjelaskan bahwa ini memang benar-benar kamarnya selama yang dia tahu dan untuk apa pula dia berada disini jika ini bukan kamarnya.

Sesaat Sasuke terkesiap oleh senyum menawan itu, tapi itu hal biasa bagi Naruto jadi dia akan bertanya lagi saat kaki Sasuke tiba-tiba melangkah memaksa masuk kedalam kamar.

"Hey! Ada apa, Uchiha?!" jelas saja Naruto ingat betul siapa orang didepannya ini, dan sekarang apa yang ingin dilakukan Uchiha idiot ini dikamarnya?

"Minggir, dobe!" tidak segan-segan Sasuke sekarang Sasuke mengikutsertakan kedua tangannya untuk mendorng pintu agar terbuka untuknya, dan ditahan habis-habisan oleh si pemilik mutlak kamar.

"A-apa kau bilang? Kau yang menyingkir, teme!" Naruto tidak mau kalah, dia juga mengerahkan tenaganya untuk menahan pintu ini agar tetap tertutup.

Naruto harus antisipasi dengan apa yang akan dilakukan Uchiha sialan ini. Kenapa tiba-tiba siswa baru ini ingin mendobrak dan merangsek masuk kedalam kamar prubadinya? Dasar teme brengsek!

"Buka pintunya!"

"Tidak mau!"

Mereka saling bersahutan dengan suara tertahan karena tenaga mereka kerahkan dikedua lengannya untuk menahan masing-masing dorongan.

"Aku ingin masuk.."

"Tidak bisa!"

Kembali teriakan itu terdengar hingga mengundang Shikamaru yang baru saja lewat untuk mendekati mereka yang sedang bersitegang.

"Chk.." Shikamaru mendumel tidak jelas saat melihat adegan ini. Dia adalah ketua murid dikelasnya yang juga kelas Naruto dan Sasuke dan, Hey! Sepertinya dia ingat sesuatu tentang mereka saat tadi dia bertemu dengan Kepala Sekolah Sarutobi.

"Ehem," sang rusa berambut nanas berdeham membuat kedua anak adam yang sedang saking mendorong menolehkan kepala mereka masing-masing.

"Ah, Shikamaru," Naruto yang pertama tanggap, disusul gerakan anggun si Uchiha yang berpura-pura merapikan pakaiannya.

"Ada apa ini?" merasa dewasa sendiri Shikamaru bertanya perihal yang dilihatnya barusan.

Naruto menyengir sementara Sasuke bersikap diam dan hanya mengetuk-ngetukan ujung sepatunya ke lantai.

"Shikamaru, kau juga ketua asrama 'kan?" Naruto basa basi busuk. "Tolong antarkan Uchiha-san ke kamarnya!" nada bicara Naruto kali ini terdengar ramah yang dibuat-buat. Shikamaru tahu itu, seseorang memasuki teritori Naruto dan pasti Naruto tidak menyukai hal ini.

Namun, kepala nanas itu malah menggeleng tidak yakin, dia lalu menatap Naruto dengan pandangan maafkan aku, Naruto.

"Dia roomate-mu!"

~

B.O.Y.S (LOVE)

BY.Puyamoya

Disc: Masashi Kishimoto

Warn: Yaoi, Typo, OOC, School!AU, No Edit, etc.

~

.

Hancur sudah dunia perninjaan.

Naruto tidak percaya pada keputusan sang kepala sekolah. Dia mencari tahu sendiri kebenarannya, datang langsung dan bertanya lapang pada orang tua selalu dihormatinya itu.

"Aku tidak ingin ada roomate!" jerit si pirang di kantor kepala sekolah, Sarutobi.

"Sudah dua tahun ini aku tidak ada roomate, aku sudah nyaman. Aku tidak mau roomate!" teriaknya lagi.

Sarutobi hanya menggeleng mafhum, lalu kakek tua itu tersenyum simpul.

"Ini sudah keputusan seluruh pihak sekolah, tidak ada lagi kamar yang tersedia. Kau hanya sendiri di kamar besar itu, ini tidak adil. Sekarang ada dia. Dia teman sekamarmu!" final Sarutobi, menghela nafas lalu berjalan pelan kearah pintu.

"Sudah malam, sebaiknya kau berkenalan dengan roomate-mu." ringan, santai, tanpa dosa, saat kakek tua itu mengatakannya.

Naruto mengentakan kakinya, melirik tidak bersahabat pada kepala sekolah lalu pergi dari sana.

"Sial," geramnya kesal.

.

.

.

Sasuke berbaring diatas sofa yang ada disamping ranjang Naruto didalam kamar Naruto, kamar mereka sekarang.

"Chk," berulang kali Naruto berdecak kesal hari ini mendapat teman sekamar untuk pertama kalinya. Sudah pertama kali, tidak bersahabat pula. Harusnya dulu dia menerima Kiba saja sebagai roomatenya. Sudah terlambat.

Sasuke tidak bergeming, tubuhnya membujur layaknya mayat memunggungi Naruto yang tengah beberes barang-barang di lemari yang nantinya harus di bagi dua dengan Sasuke.

"Chk,"

Sasuke bergerak, bangkit, lalu duduk di sofa itu memandang pemuda pirang yang dikenalnya sebagai pemuda berpembawaan baik, ramah, sopan, dan tulus bernama Naruto itu.

"Sudah terima saja," celetuk Sasuke datar.

Naruto menoleh dramatis mendengar nada datar itu keluar dengan entengnya. Dia melotot marah, tapi malah kelihatan lucu.

"Tidak mau!" si pirang melempar salah satu baju yang tengah dilipatnya, lalu bergegas bangkit.

"Kau pengacau!" tunjuknya tepat diwajah putih si Uchiha bungsu.

"Aku terbiasa tidak ada roomate, kau malah datang dan mengacaukan segalanya!" pekik Naruto masih tidak terima kalau dia mendapat teman sekamar hari ini. Dia belum siap rasanya.

Sasuke berdecak lelah, sudah sesorean tadi dia mengatakan bahwa ini keputusan sekolah seperti kata kepala sekolah Sarutobi, dia tidak meminta untuk satu kamar dengan Naruto. Hanya saja merupakan kebetulan yang baik untuk si Uchiha muda yang memang ingin bertemu langsung dengan si Namikaze lain selain mantan teman sekamar kakaknya dulu.

Ya, dulu sekali dia tahu kakaknya Itachi Uchiha dan Kyuubi Namikaze satu kamar di sekolah ini. Mereka mengharumkan nama sekolah hingga ke mancanegara di berbagai bidang, baik itu akademik ataupun olahraga. Itachi dan Kyuubi adalah kombinasi sempurna untuk macam-macam turnamen yang diikuti sekolah Konoha ini.

Mereka roomate spesial yang pantas untuk di anak emaskan oleh pihak sekolah. Mereka terus bersama hingga suatu hari saat kelulusan tiba, Itachi menginginkan suatu yang lebih dari Kyuubi. Kyuubi menolaknya, mereka bertengkar dalam diam dan hubungan mereka merenggang saat di Universitas. Padahal mereka masuk Universitas yang sama.

Kerenggangan itu terlihat jadi seperti persaiangan tidak tersirat diantara keduanya, bahkan untuk masalah perempuanpun mereka akan terang-terangan bersaing.

Sasuke adalah saksi dimana kakaknya yang kuat, jenius, dan sempurna itu selalu pulang dalam keadaan kusut dan berantakan jiwa dan raganya. Setelah diamati, maka diketahuilah bahwa penyebab berubah kakaknya itu adalah seseorang bernama Namikaze Kyuubi, dan dia ingin membalas segala yang Kyuubi perbuat pada kakaknya.

Sayang seribu sayang, Sasuke tidak mungkin mengejar Kyuubi ke negeri lain hanya untuk melancarkan niatnya untuk balas dendam, lagipula ada perempuan yang tengah hamil disisi Kyuubi saat ini, Sasuke tidak mungkin menjahati seseorang yang tengah bersiap menjadi ayah, bukan?

Maka dicarinya riwayat keluarga Namikaze secara runut dan ditemukannya nama lain selain Kyuubi dalam informasi tersebut. Naruto namanya, dialah targetnya. Jika tidak mungkin membalaskan dendam kakaknya pada Kyuubi secara langsung, maka Narutopun tidak salah jadi sasaran. Apalagi sama seperti dia dan kakaknya yang mengidap brother compleks, nampaknya Namikaze bersaudarapun sama seperti itu, Sasuke mengambil kesimpulan jika dia menyakiti si Namikaze bungsu maka si sulung mungkin akan menampakan dirinya dan saat itulah dia akan membalaskan dendam untuk sang kakak yang sekarang sudah terlihat seperti orang stress dirumahnya.

Bayangan Sasuke tentang kakaknya yang tengah depresi sendirian dirumahnya itu buyar saat Naruto kembali berseru tidak mau memiliki roomate apalagi yang seperti Sasuke. Membuat Sasuke habis kesabaran.

Didorongnya Naruto hingga terlentang diatas kasur, Sasuke merangkak keatasnya, mengurungnya dengan tatapan bengis dan buas. Dia sungguh benci pada Namikaze bersaudara ini, mereka sudah seenaknya pada Uchiha. Tidak dapat dibiarkan!

Naruto meronta, Sasuke dengan sigap menahan kedua tangan tan itu dimasing-masing sisi kepala pirang pemuda dibawahnya.

"Lepaskan aku!" jerit Naruto serak. Apa yang dia takutkan tentang memiliki teman sekamar bahkan terjadi di hari pertama dia mendapatkannya.

"Kau berisik!" Sasuke menarik bantal dan membungkam mulut Naruto dengan segera.

Naruto menggeleng ribut, menggerakan kepalanya membabi buta. Ini gawat, Sasuke kalap, dia kehabisan nafas. Seseorang tolonglah!

"Hmmp, mmh!!" Naruto bergerak brutal, Sasuke masih tidak menggubris.

"Hummmp, emmmhhh, mmmpp!!"

Kaki Naruto menendang-nendang udara, Sasuke tak bergeming hingga pikiran lain muncul dikepalanya. Dia menarik bantal itu, Naruto terbatuk parah memegangi leher lalu segera beringsut mundur. Takut.

Mata tajam Sasuke menatap lekat si Namikaze bungsu. Sungguh tadi itu reflek, ia sama sekali tidak berniat sampai seperti itu pada si pirang yang sekarang sudah hampir tenang.

Naruto bangkit berdiri, dia mendelik tidak suka pada roomatetidak jelas didepannya. Dia berniat akan melaporkan hal ini pada pihak sekolah.

Sasuke ikut bergerak, cepat ia mendekat pada Naruto dan langsung memojokannya.

"Namikaze," nafas Sasuke menyapu wajah si pirang, tubuh mereka saling menempel, Sasuke menahan segala pergerakan Naruto.

"Bukan maksud..." lirih Sasuke, matanya bergerak liar memerhatikan segala yang ada pada wajah Naruto.

"Lepas!" pekik Naruto sedikit tertahan, dia tidak menyangka Sasuke akan seperti ini. Salah apa dia padanya?

"Jangan takut..." sekali lagi Sasuke berucap pelan didepan wajah bulat Naruto. Dia agak sedikit menyesal melakukan hal tadi pada Naruto.

Naruto makin merasa ada yang aneh, dia tidak ingin membuat Sasuke marah dan menyerangnya lagi. Dia takut. Narutopun hanya mengangguk lemah tanpa sadar. Niat lapor pun diurungkannya.

Cengkeraman Sasuke melemas, tubuh Naruto juga. Mereka masih bertatapan dalam dekat, tangan Sasuke masih erat memegangi pergelangan tangan Naruto. Mereka mengatur nafas.

"Ka-Kalau k-kau tersinggung u-ucapanku, ma-maafkan aku, U-Uchiha." cicit Naruto sedikit bergetar.

Well, pada dasarnya memang Naruto baik dan tidak ingin bermasalah dengan orang lain. Begitupun kali ini dengan roomate barunya. Naruto sungguh tidak ingin mendapat masalah hanya karena hal sepele yang dia timbulkan, oleh karena itu dia pikir perlu untuk meminta maaf langsung pada Sasuke.

Sasuke melepas tangannya, dia hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dikiranya dia akan mendapat perlawanan sengit dari pemuda pirang yang baru dikenalnya tadi siang ini. Tidak seperti Namikaze sulung yang dia tahu sangat keras kepala, kasar, galak, dan tidak mau kalah yang selalu berakhir impas jika berduel dengan kakaknya, Itachi. Ternyata Naruto jauh dari itu semua, lain kakak, beda adiknya. Sungguh Sasuke tidak menyangka Naruto akan sebaik ini. Sekarang dia benar-benar menyesal telah berlaku kasar pada Naruto, tapi tadi itu sungguh mengesalkan. Apanya yang baik dan ramah, nyatanya si pirang ini cerewet dan berisik.

Mereka masih saling berdiam, ketika pengumuman makan malam terdengar dari speaker kecil yang ada diatas pintu masuk kamar mereka.

Naruto memegang dan memutar-mutar pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman Sasuke tadi, dia sedikit meringis merasakan panas dan perih walau tidak kentara.

Sasuke melihatnya, dia telah melukai tangan rekan sekamarnya. Matanya menatap pada tangan itu, tanpa aba-aba Sasuke menarik tangan Naruto mengajaknya duduk diatas ranjang lalu dia segera ke kamar mandi. Mengambil baskom dan handuk kecil, mengisi baskom itu dengan air hangat dari dispenser lalu mulai mengobati tangan Naruto.

Sasuke melakukan itu tanpa suara dan tanpa ekspresi. Naruto menatap bingung pemuda yang kini sedang membolak balikan tangannya lalu mengusapnya dengan handuk basah. Naruto mulai berpikir kalau Sasuke punya kepribadian ganda dan dia harus berhati-hati sekarang.

"Su-Sudah, terima kasih." Naruto sedikit menarik tangannya yang ditahan oleh Sasuke tanpa sadar.

Sasuke menghentikan kegiatannya, lalu dia beranjak membawa barang-barang itu kekamar mandi membiarkan Naruto diam dengan segala pemikirannya.

Lalu Naruto bangkit berniat untuk mengajak Sasuke untuk makan malam bersama siswa lain di ruang makan asrama putera ini. Tapi Sasuke tidak keluar lagi dari dalam kamar mandi.

Naruto mengambil kesimpulan bahwa Sasuke mungkin sedang mandi atau apapun yang menyebabkannya tidak keluar lagi pada waktu yang lama setelah menyimpan baskom dan handuk itu. Atau Sasuke sengaja melakukannya karena tidak mau melihat Naruto? Ah, masa bodoh.

"A-Aku pergi makan dulu, kau tahu tempat makannya kan?"

"Hn," terdengar suara ambigu dari balik pintu kamar mandi. Naruto tidak ambil pusing, dia lalu keluar dari kamar menuju ruang makan.

Beberapa menit setelahnya, Sasuke keluar dari kamar mandi. Menatap lurus pada pintu keluar. Dia mengingat-ingat apa yang dilakukannya tadi pada orang yang seharusnya dia sakiti. Sasuke mengacak rambutnya kesal, dia tidak tahu kalau si Namikaze bungsu ini benar-benar tidak bisa membalas perbuatan jahat orang lain padanya. Bukan hanya karena dia memiliki mata yang disukai oleh Sasuke sendiri, tapi lebih dari itu. Sasuke tidak mengerti.

"Sial!" geram Sasuke, dia meninju dinding kamarnya hingga sedikit retak. Lalu pergi keluar untuk makan malam.

.

..

...

bersambung...

Maaf atas keterlambatan, terimakasiiih mau bacaaa, bantu Voment biar semangat.. dan semoga menghiburrr...

Salam,

Puyamoya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top