9- Cewek Zero
Happy reading!!
"SIAPAPUN YANG AMBIL PULPEN GUE, GUE SUMPAHIN BISULAN!"
"UCUP!"
Kelas IPS 1 memang tidak bisa diam. Rata-rata anaknya aktif, ya anggap saja begitu. Ditinggal guru sebentar saja, pasti ramai. Apalagi kalau mood mereka sedang baik, entah konser, stand up komedi sudah digelar di depan sana.
Karena kali ini, ditinggal guru sebentar dan dititipi tugas, mereka ingat akan tugas dan mengerjakan meskipun diselipi dengan kejahilan-kejahilan warga aktif Ips 1.
"Bagi nomor 11 woy."
"Halaman 74 paragraf 3," jawab Zoe.
"Makasih Zoe!!"
Meskipun mereka anak IPS, mereka tetap mendapatkan pelajaran biologi sebagai pelajaran peminatan. Minat tidak minat sudah ketentuan sekolah.
"Pon, lo mau tahu nggak?"
"Ya mau lah, pake ditanya," jawab Ivona agak kesal.
Zoe mendekatkan wajahnya ke Ivona. Hendak membisikan sesuatu. "Gue kemarin dianterin Zero-"
"Heh! Seriusan." Ivona memotong pembicaraan Zoe, tak lupa andalan Ivona menepuk lengan Zoe.
"Ngerjain woy ghibah mulu." Ansel dari belakang menggoyangkan bangkunya.
"Lo tuh nggak diajak," kata Ivona membuang muka.
"13 apa yang?"
Kedua cewek itu tidak menjawab, Ansel memang makin-makin kalau ada maunya ya suka manggil sayang ke mereka.
"Gimana-gimana cerita dong." Ivona mendesak Zoe untuk segera bercerita.
"13 sampe 15," kata Sakya yang bisa didengar oleh mereka.
Zoe memberikan bukunya ke meja belakang Sakya dan Ansel. Dan menarik Ivona ke belakang kelas.
"Dih giliran Sakya aja langsung dikasih buku." Ansel berdecih.
"Nih, bawel kek cewek." Sakya menempatkan buku di tengah supaya bisa dilihat bersama.
Zoe dan Ivona sudah duduk menyender ke tembok. Sebelumnya Zoe mengecek gawai berlogo apel miliknya.
"Lo niat cerita nggak si?" Ivona sudah penasaran dengan cerita Zoe. Bagaimana tidak? Ivona juga mendukung mereka untuk balikan. Zero yang ganteng dengan Zoe yang cantik sangat cocok.
"Semua tuh gegara elo, kampret." Agak kesal saat pertama mengingat kejadian lalu. "Gara-gara lo manggil dia gue kan kabur, dipanggil Bu Reta lama tuh ngoreksi UH. Sekolah udah sepi, dia belum balik tiba-tiba narik gue."
Cerita Zoe mengalir indah, menceritakan ke Ivona sesuai dengan apa yang terjadi.
"Tapi dia keren si, berani dateng lagi ke rumah elo. Mana respon mami lo seneng gitu, lo juga harusnya lebih seneng. Kalo gue jadi lo gue bakal jungkir balik si," kata Ivona sembari membayangkan Zero di rumah Zoe.
"Gue udah terlanjur kecewa sama dia, udah sakit. Susah buat lupain itu semua."
"Kalau mau cerita, boleh kok Zoe. Gue aja sering cerita ke lo. Ada gue." Ivona tersenyum, mengusap lengan sahabatnya terlihat sangat tulus.
Selama ini, Zoe hanya bercerita ke Ivona kalau dia pernah pacaran tidak ke hal-hal lain dan lebih jauh, Zoe sedikit takut Ivona akan menjadi Kayshila yang mengkhianati. Meskipun Zoe berusaha untuk selalu berpikir positif tentang Ivona, namun tetap saja ingatan-ingatan yang dulu masih saja menghantuinya.
"Makasih Ipon."
Pasti, setiap selesai dirinya curhat ada sesuatu yang janggal, banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, apakah ia terlalu terbuka? Terlalu berlebihan sudah bercerita? Apa dia akan benar-benar menjaga rahasianya?
Cerita tadi pun Zoe harus berpikir seribu kali untuk menceritakannya kepada Ivona. Semoga saja, Ivona tidak seperti yang sudah-sudah. Ivona berbeda.
***
Papan mading ramai dipenuhi siswa. Mading Smagaman memang selalu update tentang apapun. Kali ini karena berita pekan olahraga yang akan digelar di Smagaman. Pamflet berita tersebut tertempel rapi di sana, membuat sedikit kericuhan.
Pekan olahraga ini khusus untuk anak sma di sekitar Smagaman yang bekerja sama dengan Mandala 3, biasanya digelar setiap dua tahun sekali. Sekarang giliran Smagaman yang menjadi tuan rumah.
"Ini si Zero bakal ikut wakilin basket nggak ya?"
Siswi-siswi mulai membayangkan tubuh atletis anak cowomyang ikut basket dan futsal. Kesempatan bagus untuk mencuci mata.
"Kelas 12 masih tetap ikut kok."
"Wah, masih ada kesempatan liat Zero, Sakya, Febri gitu ya."
Perlahan-lahan mading mulai sepi, setelah merek mengetahuinya, ada yang beberapa pergi dan tetap tinggal di sana sembari membicarakan anak cowok bertubuh atletis.
"Lo masih ikut?" Zoe yang mendengar obrolan mereka menoleh ke Sakya yang ada di sampingnya.
"Ikut lah."
Mereka berdua berjalan keluar dari kerumunan yang menghalangi mereka. Ivona dan Ansel ada di sebelah kiri dan mereka di kanan.
"Nanti sore gue juga mau latihan, ikut?" Tanya Sakya menunduk menatap Zoe.
"Ngapain gue ikut?"
"Nonton maksudnya."
"Gue ama Zoe nonton basket, males nonton kalian mulu," ujar Ivona menyerobot Zoe yang ingin membuka mulut.
"Dih gitu tuh." Ansel yang di samping Ivona menonyor kepalanya enteng. "Gue beliin air putih."
"Modal dikit kek."
"Air putih pon, mungkin susu putih," kata Zoe.
"Aqua, harusnya gue sama Sakya yang dibeliin."
"Males amat."
Zoe terhuyung saat Sakya menariknya mendekat, sedikit kaget karena tiba-tiba saja dirinya ditarik oleh Sakya.
"Punya mata?" Tatapan mengintimidasi Sakya dan suara beratnya membuat Zoe mengatupkan mulutnya.
"Lagian ngehalangi jalan," balasnya.
"Jalan pake kaki, tapi gunain mata juga dong." Ivona ikut tersulut emosi.
Zoe hanya diam memperhatikan cewek jadi-jadian yang akan menabraknya, sayangnya dia tidak sendiri sedang menggandeng tangan Zero.
"Udah, ayo." Zero menarik tangan Flora.
Zero tidak suka keributan, dia menyukai hal yang tenang dan sendiri, untuk sekarang ini. Zero lebih berubah ke anak yang suka menyendiri.
Zoe masih bergeming, untung saja Sakya selalu refleks cepat. Pasti sudah direncanakan oleh Flora akan menabrak dirinya. Flora itu tidak duka dengan Zoe, yang Zoe tahu dari Ivona, Flora adalah pentolan smagaman yang diincar cowok-cowok, namun semenjak Zoe pindah ke smagaman cowok di sana oleng ke Zoe.
"Dasar tumbuhan!"
"Kerjaan orang gabut kan gitu," kata Zoe."
"Mantan lo tuh." Ansel mendorong bahu Sakya menggodanya.
Sakya bergidik ngeri. Bukan, dulunya Flora memang naksir dengan Sakya, tapi karena baginya Flora itu hanya makhluk aneh yang selalu mengganggunya, bukannya naksir balik malah ilfil.
"Udah sama Zero," kata Sakya.
"What!" Ivona memasang wajah terkejut. Ini ketidakmungkinan yang sangat tidak mungkin menurutnya. "Yang bener lo, dapet kabar dari mana? Aneh-aneh aja lo." Ivona terus menyangkal.
"Kata orang lewat."
"Cocok si," ujar Ansel.
"Semua orang lo komen cocok, nggak ada kata lain?" Tanya Zoe ke Ansel.
"Gue sama lo juga cocok kok Zoe, semuanya bakal cocok kalo di gue mah," katanya absurd. Ya, terserah Ansel saja lah.
"Si Ipon langsung cemburu," ujar Sakya menggoda Ivona.
"Ngalain gue cemburu sama ni makhluk."
"Cemburu tanda cinta pon." Zoe ikut menggodanya. "Jadian udahlah kalian."
"Gue doain loe balikan ama mas mantan Zoe!"
Sebelum pukulan maut milik Ivona mengenai tubuhnya, Zoe sudah berlari terlebih dahulu, di susul oleh Ivona dari belakang. Ke dua cowok itu hanya menatapnya aneh.
"Prik banget sumpah!"
"Gitu juga lo suka kan?"
Oke, sekarang giliran Ansel yang mengejar Sakya. Biarkan mereka berempat cosplay film India.
(Mengembuskan napasss)
Oke dear!! Sampe sini dulu ya
Jangan lupa vomen!!
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top