13- Sedikit Terbuka

Happy reading!!

"Misi-misi."

Koridor kelas ramai diisi anak-anak yang sedang duduk dan melakukan kegiatan lainnya. Kebanyakan kelas kosong karena persiapan pekan olahraga yang sebentar lagi akan digelar.

"Ternyata Zero pacarnya Zoe."

"Lo tahu dari mana?"

"Di parkiran kemarin, mana mesra banget."

Zoe dan Ivona yang tak jauh dari sana mendengar itu bereaksi biasa saja. Lihat saja, sampai mana mereka akan berghibah tepat di belakang orangnya.

"Setelah gue stalk ig Zero bener dah ada foto Zoe, nggak jelas si, cuma rambut gitu, coba deh lo lihat highlight ig Zero."

"Woy, ghibah mulu lo pada!" Ivona berteriak sembari berdiri.

Zoe menggeplak lengan Ivona yang berteriak tidak tahu tempat. Menarik Ivona untuk kembali duduk di sebelahnya.

"Berarti udah lama hubungan ama Zero dong?" Cewek itu menatap Zoe dan bertanya demikian.

Zoe tidak menjawab, kembali fokus pada gawainya dan menskroll tik tok. Mencari trend yang akan dia buat bersama Ivona nanti. Panggilan telepon menghentikan kegiatannya.

"Ya? Oke otw, tunggu bentar." Panggilan diakhiri, Zoe menarik Ivona.

"Ke mana?"

"Beli minum di suruh Sakya."

Anak-anak futsal dan basket sudah mulai berlatih intensif, malah lebih sibuk dari biasanya, bisa sampai malam.

"Buat peluk cium aja beb," kata Ivona yang tadi baru melihat trend itu.

"Sabi lah, yang penting nggak joget-joget lebay."

Zoe mengambil air mineral sebanyak anak futsal seperti yang disuruh Sakya. Membayarnya dan membawanya dengan bergotongan dengan Ivona, biar adil katanya.

"Emang ig Zero ada foto lo?" Ivona bertanya tanpa menoleh ke Zoe.

"Belum dihapus ama dia dari dulu, untung nggak keliatan muka."

"Nggak sadar gue. Tapi nggak salah menurut gue tuh, kalian belum putus dan nggak salah si Zero. Kata gue Zero tuh cowok tulus Zoe," ujarnya berhenti saat jalan.

Zoe berpikir ucapan Ivona ada benarnya juga. Zero memang tulus, Zero definisi yang sempurna, pintar, dewasa, penyabar, mengayomi, dan bonusnya ganteng. Zoe terdiam sampai di lapangan saat Ivona melepaskan pegangan kresek yang berisi air mineral.

"Heh!" Zoe memekik.

Ansel buru-buru meraih kresek dari tangan Zoe dan membagikan minumnya. "Totalnya berapa beb?"

"20 ribu," ujarnya menyipitkan mata.

Langit begitu cerah, mentari bersinar bersih tanpa awan satupun. Meskipun begitu tidak mematahkan semangat anak-anak futsal untuk tetap berlatih. Malah tambah semangat saja mereka.

Zoe membidik dari kameranya, langit begitu cantik untuk diabadikan. Setelahnya bergeser ke pemandangan anak futsal yang sedang beristirahat, berteduh, minum, dan mengeluarkan jokes khas bapak-bapaknya. Mereka memang kocak.

"Foto gue yang bagus sekian Zoe," kata salah satu dari mereka. Mulai bergaya dan Zoe menjepret dengan keahliannya.

"Semuanya dah, kumpul gue fotoin," kata Zoe melambaikan tangan agar dilihat semuanya.

Ansel begitu bersemangat langsung berbaris paling depan diikuti yang lain. Bergaya seperti pemain sepak bola kelas internasional.

"Ikuttt." Ivona mendekat dan mulai bergaya.

"Masa gue yang motoin si! Pengin ikut juga," keluh Zoe agak kesal.

"Sini," kata Sakya sembari menghampiri Zoe, meraih gawai berlogo apple milik Zoe.

"Semua kulakukan demi ayang," sorak Ivan.

"Nggak boleh lah, masa lo nggak ikut." Zoe menyembunyikan gawainya, yang benar saja Sakya ini.

"Ck, ribet. Woy sini." Sakya melambaikan tangan ke adik kelas yang ada di luar lapangan sedang bersantai.

"Apa nih bang?" Tanyanya.

"Tolong fotoin dong," kata Zoe sembari memberikan gawainya.

Setelah dia mau, Zoe ikut ke barisan menyebelahi Ivona yang sudah siap bergaya. Namun, dirinya malah ditarik Sakya ke tengah.

"Nah, Ipon tengah juga, sini."

"Nanti dibuat before after nih," kata Ansel sekenanya.

"Cakep."

"Emang gue cakep dari zigot," jawab Ansel narsis.

Ansel sudah dikeroyok anak futsal yang lain karena kenarsisannya. Kocaknya Ansel memang meramaikan suasana.

***

"Kirim ke gue nih, cakepan ini si guenya."

"Tapi yang satunya lebih lucu tahu nggak si," kata Zoe melihatkan video yang tadi mereka buat.

Sembari menunggu guru yang belum masuk ke kelas, mereka membuat video yang sedang viral di tik tok. Remaja memang suka mengikuti apapun yang ada, bahkan di era digital ini tak sedikit orang dewasa yang sudah bersuami dan memiliki anak pun ikut melakukan hal tersebut, untuk sekadar menghibur diri, bersenang-senang, atau hal lainnya, malah sekarang menjadi ladang untuk mencari rezeki.

"Pilih sendiri lah."

Cewek memang ribet, untuk foto tidak cukup satu kali, rambut melengkung sedikit saja ulang foto, senyum kurang pas dan gaya yang belum cocok harus mengulang lagi. Tidak heran jika di galeri anak cewek lebih banyak fotonya, karena memang suka.

"Weh anjir, si Jo itu chat lagi nih." Ivona yang sedang memilih foto untuk dikirim ke kontaknya, melihat notifikasi yang muncul. "Lihat nih."

"Bacain lah."

"Aku tunggu kamu di parkiran belakang, wah ini harus ditemuin si," kata Ivona semangat. Seketika Ivona berdiri akan menarik Zoe. Namun urung ketika Bu Tri masuk ke kelas. "Ada Bu Tiga," bisik Ivona ke Zoe yang masih duduk saja di belakang.

Mereka yang belum siap duduk di kursinya, berjalan cepat-cepat dan mempersiapkan pelajaran. Kelas rame dengan langkah kaki yang balapan siapa yang paling cepat sampai di kursinya.

"Oke! Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang gimana nih kabarnya!" Seperti biasa, Bu Tri selalu mengawali pelajaran dengan semangat.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, siang ibu. Baik." Rata-rata dari mereka menjawab keadaan baik.

"Sekali-kali kalian jawab keadaan jujur dong, baik terus. Laper, capek, apa parah hati gitu?" Bu Tri bercanda.

"Gamon si Bu," kata salah satu dari mereka.

"Apa itu gamon?" Tanya Bu Tri tidak tahu. "Ada-ada saja bahasa anak muda."

"Gagal move on Bu."

Bu Tri menggerakkan kepala. Membuka buku presensi dan surat izin tugas dari sekolah. "Ini ada yang dispen ya? Lumayan banyak juga."

"Seharusnya kelas 12 sudah
tidak diikutsertakan, lebih baik fokus ke pelajaran saja," kaya Bu Tri sembari menulis.

"Kesempatannya cuma sekali Bu, sayang kalo nggak ikut," kata Imam menyuarakan pendapatnya.

"Yah, sepintar-pintarnya kalian saja bagi waktu," tanggapan Bu Tri. "Oke, buka buku paket halaman 76."

Bunyi gesekan lembar demi lembar buku paket terdengar nyaring. Tak sedikit juga ujaran tidak suka dari mereka mengenai tanggapan yang diberikan Bu Tri tadi.

"Ipon, gimana nih?" Zoe berbisik ke arah Ivona mengenai cowok itu.

"Temuin aja sekarang," jawab Ivona pelan.

"Cabut gitu? Gue juga kebelet si," katanya menahan suara. "Gue sendiri aja deh, nanti gue kabarin lewat chat."

"Serius? Kalo ada apa-apa plis kabarin."

Zoe memberikan kode lewat jempolnya. Kemudian menggeser kursi menghampiri Bu Tri meminta izin ke toilet.

Zoe berjalan sendiri di koridor yang lumayan sepi, meskipun dari luar sana ada suara-suara yang mungkin saja dari anak futsal ataupun basket yang masih berlatih. Zoe mengirimkan pesan Jo sebelum masuk ke toilet.

Karena Zoe ke toilet yang tidak jauh dari parkiran belakang, langsung saja Zoe ke sana. Tidak ada siapapun hanya motor yang berjejer rapi. Sekali lagi Zoe mengirimkan pesan dan tidak lama kemudian terdengar langkah kaki dari belakangnya.

"Ngapain lo?" Tanya Zoe nyolot.

Tahu nggak si? Itu Zero, cowok ngeselin yang sayangnya masih dia sayang, iya sayangnya sayang. Yang membuat seketika Zoe mengepalkan tangan.

"Balik bareng ya? Mama kangen sama kamu," ujar Zero menatap dalam ke Zoe. Karena hanya itu yang bisa Zero lakukan. Karena lewat tatapannya Zoe selalu percaya, ada setitik kebenaran dan kejujuran dalam hatinya.

"Jadi lo yang ngaku-ngaku jadi jo!"

Zero hanya memberikan wings dan senyum kemenangan untuk itu.

"Nggak gue ada acara."

"Mau ya? Mama kangen anak perempuannya. Eh menantu perempuannya." Zero tersenyum mengingat permintaan mamanya tadi pagi.

"Nggak janji."

"Nanti aku tunggu di parkiran, udah sana ke kelas."

Zoe tanpa sadar mengikuti apa kata Zero, berjalan meninggalkan parkiran dan Zero yang sedang tersenyum lebar tanpa dirinya ketahui.






TBC!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top