CHAPTER 5 Les Caresses d'Angel
“Gugup tidak?”
Zev meletakkan tas kerjanya, lalu menempatkan diri di balik kemudi. Pria menatap Azazel yang duduk di kursi belakang mobilnya dengan sorot mata terhina. “Gugup? Apa itu? Kosakata baru?”
Azazel mendengus. “Hooo ... sudah kembali pada kepribadianmu yang lama rupanya! Lalu, bagaimana kabar Zev Devereaux yang terpuruk, rendah diri, dan nyaris putus asa itu? Ke mana dia?” ejek pemuda itu.
Zev menekan tombol starter. Mesin mobil tersebut menyala tanpa suara. “Sebuah kejahatan menyandingkan namaku dengan kata rendah diri, putus asa, dan kegagalan,” sahut Zev, yang hanya ditanggapi Azazel dengan dengkusan.
Pria itu melepaskan rem tangan, kemudian menginjak pedal gas. SUV tersebut melaju perlahan melintasi parkir bawah tanah gedung apartemennya, kemudian keluar menuju jalan raya.
Pagi ini merupakan jadwal pertemuannya dengan sang investor dan Zev akan mempresentasikan desain rancangannya di hadapan mereka.
Selama dua hari terakhir, dia dan Azazel sudah bekerja sama menciptakan desain yang akan menentukan nasib perusahaannya. Mereka bekerja selama dua hari berturut-turut tanpa tidur sama sekali——hanya berhenti untuk makan atau saat Zev harus ke kamar mandi.
Dia menolak semua panggilan yang masuk——serta mengusir Vincent dan Faye yang selama dua hari absennya dia dari kantor bergantian datang mengantarkan makanan untuknya. Begitu selesai, barulah Zev merasakan efek bekerja selama lebih dari 40 jam tanpa henti. Pria itu langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.
Zev sudah berusaha mempersiapkan materi presentasinya sebaik mungkin dan berharap agar tidak ada kendala.
Ingatannya masih segar mengenai bagaimana presentasinya dulu——ketika dia berusaha meyakinkan Ruelle agar mau menjadi investornya. Flashdisk berisi file presentasinya hilang. Beruntung, Zev punya kebiasaan mencetak segala hal yang berurusan dengan pekerjaan——sesuatu yang selalu dikeluhkan oleh teman dan keluarganya, karena menurut mereka sangat merepotkan mengingat di zaman sekarang segala sesuatu bisa dilakukan secara digital.
Setelah itu, dia memecat sekretarisnya yang lama——yang bertanggung jawab menyimpan flashdisk berisi materi presentasi yang hilang——lalu, beberapa minggu kemudian Faye masuk menggantikan. Sejak kejadian itu, Zev tak pernah memercayai orang lain lagi dan selalu memastikan untuk membuat salinan berkas-berkas penting yang berhubungan dengan pekerjaan.
Mereka tiba beberapa menit kemudian. Sebelum turun, pria itu berpaling ke kursi belakang tempat Azazel yang tumben sekali bisa duduk dengan damai.
“Jangan mengajakku berbicara ketika ada orang lain. Jangan mengganggu saat aku sedang melakukan presentasi. Kalau kau membuat masalah dan membuat perhatianku teralihkan barang sedikit saja, aku bersumpah akan mencari cara untuk membunuhmu.”
Azazel memberengut. Dia mengibaskan tangan. “Aku tahu, aku tahu. Tak perlu mengancam begitu,” gerutunya.
***
Ruang rapat itu bernuansa biru tua, sama seperti bagian lain dari gedung D’Vereaux yang lain. Zev berdiri di depan meja panjang tempat pasangan Peltier dan sekretaris mereka——serta Faye dan Vincent duduk.
Laptop terbuka di hadapan Faye dan Vincent. Faye bertanggung jawab untuk notula, sementara Vincent membantu presentasi Zev dengan mengatur halaman-halaman yang akan ditampilkan pada layar hologram. Zev bersyukur karena masih memiliki cukup waktu untuk memberikan briefing singkat dengan sekretaris dan asistennya itu.
Di hadapan Zev, sebuah layar hologram berukuran 64 inci melayang di udara, memancarkan sinar kebiruan ke seluruh ruangan. Saat ini, layar tersebut tidak menampilkan apa pun selain halaman kosong.
Zev tersenyum penuh percaya diri. Dia menatap Ruelle Peltier dan Graham Peltier bergantian. “Apakah sudah bisa kita mulai?”
Pasangan itu mengangguk.
“Baiklah, mari kita mulai presentasinya,” ujar Zev tenang. Dia menatap Vincent, lalu mengangguk samar.
“Koleksi ini bertajuk Les Caresses d’Angel——Belaian Malaikat.”
Kemudian, tampilan pada layar hologram berganti, menampakkan ilustrasi sesosok pemuda dengan sayap hitamnya yang terbentang.
“Les Caresses d’Angel terinspirasi dari sebuah kisah dari masa lalu——ratusan atau bahkan ribuan tahun silam, ketika dunia belum seperti yang kita kenal sekarang. Ketika orang-orang masih mempercayai konsep ketuhanan dan dewa-dewi, adanya surga dan neraka, dan tentu saja ... malaikat.”
Gambar pada layar kembali berubah, kini menampilkan sosok-sosok bersayap dengan jumlah yang teramat banyak terbang turun ke bumi. Suasana di ruangan itu begitu hening. Zev berhasil menarik perhatian seisi ruangan kepadanya.
“Pernah mendengar kisah mengenai malaikat jatuh? Malaikat yang terusir dari surga? Konon malaikat-malaikat tersebut bertugas mengawasi para manusia di bumi. Namun, mereka justru terpikat oleh makhluk terindah yang Tuhan ciptakan, yaitu wanita.”
Layar hologram kini memperlihatkan ilustrasi sosok-sosok telanjang para malaikat dan wanita manusia dalam pose yang sangat erotis. Zev mendengar suara seseorang terkesiap. Dari ekor matanya, dia bisa melihat hampir seisi ruangan itu merona.
“Mereka tidak bisa menahan hawa nafsu, sehingga akhirnya memutuskan untuk turun ke bumi dan mengawini wanita-wanita manusia. Pada akhirnya, mlaikat-malaikat itu tidak bisa kembali ke surga, sebab mereka sudah melanggar perintah Tuhan,” pungkas Zev mengakhiri cerita tersebut.
“Les Caresses d’Angel mengangkat tema romansa yang penuh gairah——dengan desain yang sederhana tetapi penuh makna serta tak lekang oleh waktu. Tema ini sangat tepat untuk waktu perilisannya di bulan Februari nanti——bulan yang juga dikenal dengan sebutan bulan kasih sayang.”
“Namun, meski memiliki desain yang sederhana, Les Caresses d’Angel juga tidak akan mengabaikan esensi dari perhiasan itu sendiri, yaitu kemewahan, keglamoran, keromantisan, dan keindahan dalam tata perhiasan maupun status sosial. Selain itu, semua perhiasan ini nantinya akan bisa dipakai baik oleh pria maupun wanita.”
Gambar sebuah gelang muncul pada layar. Zev menunjuk dua buah cincin pada gelang tersebut.
“D’Vereaux Love Bracelet. Dua cincin yang saling berkelindan ini menyimbolkan cinta dan gairah. Nantinya, pembeli akan bisa memilih material apa yang mereka inginkan——gold, white gold, rose gold, atau diamond ...”
Butuh waktu lebih dari satu jam bagi Zev mempresentasikan seluruh desainnya, serta biaya produksi, estimasi harga jual, sistem penjualan, kampanye, dan berbagai hal lain.
Begitu selesai, Zev melihat senyum Ruelle Peltier mengembang. Matanya berbinar-binar. “Ini luar biasa! Brilian!” serunya. “Saya sangat menyukai konsep yang Anda buat. Sangat seksi dan elegan. Malaikat jatuh! Siapa sangka kisah omong kosong seperti itu bisa menjadi inspirasi sebuah perhiasan? Hebat sekali! Ini bahkan lebih indah dari yang kemarin. Dominique Desiree akan menangis melihat desainmu ini. Perhiasan hasil curian mereka akan tampak sangat norak jika disandingkan dengan Les Caresses d’Angel.”
Zev balas tersenyum. “Terima kasih atas pujiannya, Madame,” ucapnya. Dia senang Ruelle menyukai desainnya, tetapi di sisi lain, Zev juga kesal karena desain lamanya dikatai norak. Selain itu, Zev juga merasa agak kecewa pada dirinya sendiri karena Les Caresses d’Angel tercipta dengan campur tangan Azazel, bukan murni karyanya. Namun, Zev menepiskan semua itu. Yang terpenting saat ini, jika melihat reaksi Ruelle, kemungkinan besar mereka takkan menarik kembali investasinya.
Hampir satu jam kemudian, pasangan Peltier akhirnya pergi dengan kepastian bahwa kerja sama mereka aman.
Begitu investornya meninggalkan ruang rapat, Zev dan Faye berteriak kegirangan.
“Selamat, Monsieur! Presentasinya luar biasa! Saya suka sekali konsepnya. Sangat romantis,” puji perempuan itu.
Zev yang tengah sangat senang karena perusahaannya aman secara impulsif menarik Faye ke dalam pelukannya dan harus menahan diri untuk tidak menciumnya.
Perempuan itu tampak seperti akan pingsan. Wajahnya seketika merah madam.
Zev yang menyadari kesalahannya cepat-cepat melepaskan pelukannya. Baik dia maupun Faye tampak salah tingkah, meski Zev bisa dengan cepat menguasai emosinya lagi.
Zev mengibaskan tangannya sembari tertawa canggung. “Aku tahu, aku memang hebat,” ujarnya jemawa——yang disambut dengan tawa lembut perempuan itu. Zev berusaha terkesan cuek, meskipun hatinya melambung mendapatkan pujian dari sang sekretaris dan berharap Faye memujinya lagi.
Vincent berkacak pinggang. Dia menatap Zev kesal. “Jadi ini alasannya kau tidak ke kantor selama dua hari, tidak mau mengangkat telepon, dan menolak kunjungan kami ke apartemenmu? Padahal kami khawatir kau melakukan hal buruk akibat semua tekanan itu,” omel pria itu. Namun, kemudian senyumnya mengembang. “Tapi presentasi tadi sungguh luar biasa! Kok bisa, sih kau terpikir membuat konsep seperti itu?”
Zev tergelak. “Entahlah. Waktu itu, tiba-tiba saja seperti ada bohlam yang menyala di atas kepalaku. Ideku serasa meluap-luap dan aku khawatir akan hilang jika tidak segera kukerjakan,” ungkapnya.
“Yaaah ... setidaknya, mungkin aku bisa membantumu menyusun presentasinya,” ujar Vincent, masih terlihat kecewa.
Zev menepuk bahu Vincent. “Lupakan saja. Yang penting sekarang sudah selesai,” tukasnya.
Pria itu melihat jam tangannya dan menyadari waktu makan siang sudah lewat. Dia berpaling pada kepada Vincent dan Faye, lalu berkata, “Mau makan siang bersama? Aku yang traktir! Memang terlalu dini untuk merayakan, tapi tidak ada salahnya kan? Kita butuh makan enak agar bisa bekerja dengan baik.”
***
“Hai, apa kabar? Maaf karena aku menghilang cukup lama dan baru muncul sekarang. Aku tidak berniat membuat kalian khawatir. Sungguh. Aku ... aku hanya butuh waktu untuk memulihkan diri sejak insiden itu. Hampir seminggu aku dirawat di rumah sakit, kemudian butuh waktu lagi untuk menyembuhkan mentalku dari trauma. Kalian tahu lah. Ayahku bahkan tidak pernah meninggikan suara padaku, jadi aku cukup terkejut ketika pria itu tiba-tiba mengataiku dengan begitu kasar, bahkan sampai tega mendorong gadis lemah sepertiku. Tapi sekarang aku sudah baik-baik saja. Aku juga tidak menaruh dendam pada Monsieur Zev Devereaux. Aku sudah memaafkannya. Aku akan mulai bekerja lagi mulai besok dan aku sangat bersemangat! Aku benar-benar tidak sabar! Jaga kesehatan. Aku cinta kalian. Sampai jumpa!”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top