4. Time

Pada pagi hari, Ajul sebab terbangun oleh rasa nyeri pada tubuhnya. Jangan tanyakan kepadanya kenapa dirinya bisa merasa sakit, namun tanyakan kepada Maji tentang apa yang telah ia lakukan kepada pemuda itu.

Seperti yang dikatakan oleh pria itu pada hari sebelumnya, Maji membantu pemuda manis itu untuk menerima takdirnya. Tentu saja, membantu dengan caranya sendiri.

"Badanku terasa sakit sekali, kau bedebah sialan ...." Ajul pun menatap kesal ke arah Maji yang masih tertidur pulas di sebelahnya, dirinya kemudian memungut pakaiannya yang tergeletak begitu saja di atas karpet dan memakainya.

Untung saja saat ini dirinya berada di rumahnya sendiri, sehingga tidak ada yang melihat cara berjalannya yang sedikit aneh. Dengan tertatih, dirinya berjalan ke arah meja makan sebelum menuangkan air dari dalam katel ke gelas kayu miliknya.

Jujur saja, dirinya cukup menyesal sudah setuju dengan ide Maji. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa tadi malam ia memang menikmatinya, dirinya sama sekali tidak tahu bahwa akan terasa sesakit itu.

Kalau saja ia tahu akan jadi seperti ini, tentu saja ia akan menolaknya.

"Pagi, Jul."

Bukannya menjawab sapaan pria itu, Ajul justru memilih untuk memalingkan wajahnya. "Setidaknya pakai dulu bajumu itu, bodoh. Aku tidak mau ada yang menuduh kita telah melakukan hal aneh karena kau bertelanjang dada seperti itu."

Maji kemudian tertawa sebelum ikut duduk di hadapan pemuda itu. "Apa maksudmu menuduh? Bukankah memang benar kita telah melakukan sesuatu tadi malam?"

Ajul memilih untuk tidak menjawab, masih terekam dengan jelas semua hal yang telah mereka lakukan tadi malam. Wajahnya memerah, tidak percaya bahwa dirinya benar-benar melakukan hal itu dengan seorang pria.

Perlahan Maji menyentuh dagu pemuda itu, menatapnya lembut. "Apakah aku terlalu kasar tadi malam, Jul?

"Kau bertanya? Tentu saja iya, dasar bodoh. Jangan karena aku adalah seorang petarung, kau malah bertindak sesuka hatimu," omel Ajul sambil menatap pria itu malas, yang mana membuat Maji terkekeh.

"Baiklah, lain kali aku akan lebih lembut."

"Tidak ada lain kali, kau menyebalkan."

Maji pun tertawa sebelum bangkit dari kursinya. "Baiklah. Sebagai permintaan maaf, aku akan memasakkan kau sesuatu untuk sarapan. Kau ingin apa?"

Ajul kemudian memicingkan kedua matanya, menatap curiga ke arah pria itu. "Memangnya kau bisa memasak?"

"Tentu saja bisa," jawab Maji sambil bersidekap dada. "Selama kau mengabaikan tampilannya, itu bisa membuatmu tetap bertahan hidup."

Ajul pun berdecak sebelum bangkit dari kursinya. "Sudahlah, aku akan makan di kastil bersama yang lain saja. Setelah ini aku akan mengerjakan tugas dari Voiz, jadi kau jangan menggangguku. Kau jangan lupa membersihkan kekacauan sisa semalam."

"Hei, Jul!"

Pemuda itu kemudian segera pergi menuju kastil, di mana biasanya para anggota Ragnarok berkumpul untuk sarapan bersama. Tentu saja, Kaira yang memasak untuk mereka semua.

Karena itu Ajul selalu memilih untuk makan sendirian, dia tidak mau membantu wanita itu di dapur. Meskipun dirinya sering memasak untuk orang ramai, bukan berarti dirinya suka melakukan hal itu.

"Selamat pagi, Jel. Tidak biasanya kau ikut sarapan bersama kami," sapa Kaira saat melihat pemuda itu datang, kemudian dirinya menyerngit saat menyadari sesuatu. "Apakah kau terluka? Tidak biasanya kau berjalan seperti itu."

Ajul merutuki pilihannya untuk makan bersama dalam hati, sungguh dirinya menyesal sebab memilih untuk makan bersama. Ia lupa bahwa insting Kaira cukup kuat, bagaimanapun insting wanita memang terkenal cukup kuat.

"Tidak ada, hanya sedikit kecelakaan kecil," balas Ajul sembari berusaha menahan ekspresinya sebisa mungkin saat berjalan ke kursinya.

"Akhir-akhir ini Maji jarang ikut makan bersama, apakah kau tahu alasannya, Jul?" tanya Jerry tiba-tiba yang hampir membuat Ajul terkejut jika saja pemuda itu tidak pandai menjaga ekspresi.

"Apa hubungannya Maji dengan diriku?" ketus Ajul, Jerry yang mendengar jawaban pemuda itu pun mendengus.

"Aku hanya bertanya, Jul. Kenapa kau sensitif sekali akhir-akhir ini? Persis seperti seorang wanita," gerutu Jerry.

"Jadi maksudmu aku sensitif, begitu?" tanya Kaira tiba-tiba yang tentu saja membuat Jerry kini cukup kelabakan.

"Aku berbicara kepada Ajul, bukan kau, Kaira! Ajul yang sensitif, bukan kau!" seru Jerry sambil mencoba meyakinkan wanita itu.

"Terserah kau saja, Jerry," balas Kaira malas, kemudian dirinya menatap pemuda yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri itu. "Omong-omong, Jel. Apakah kakimu baik-baik saja? Caramu saat berjalan tadi cukup aneh."

Ah, dirinya benar-benar lupa bahwa wanita itu cukup peka dengan keadaan seperti ini. Ajul pun menggeleng, tidak mungkin dia menjawab jujur. "Tidak ada, hanya sedikit kecelakaan kecil."

Kaira hanya mengangguk sebelum memotongkan daging domba panggang buatnya dan memberikannya kepada Ubi. Lain halnya dengan Gempita yang tertawa mendengar alasan pemuda itu. "Kecelakaan kecil seperti apa yang bisa membuatmu terpincang-pincang seperti itu, Jul? Melompat dari ketinggian saja kau masih bisa bertarung dengan lihai."

Ajul memilih untuk fokus memotong daging domba bakar yang berada di tengah meja dibandingkan membalas perkataan Gempita. Dirinya merasa kelaparan, terutama setelah apa yang terjadi tadi malam.

Pemuda itu makan dengan tenang, mencoba mengabaikan rasa ngilu yang masih tersisa sebab semalam. Andai saja dia menolak, tentu saja keadaanya akan jauh lebih baik.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk menghabiskan makanannya itu, dirinya kemudian pamit pergi. Tujuannya kali ini adalah Centerra, di mana Voiz meminta dirinya untuk menggali tanah di sekitar bangunannya sehingga membentuk parit raksasa.

Tentu saja dengan kondisinya yang seperti itu, dirinya tidak dapat menggali dengan waktu lama. Oleh karena itu, saat ini dirinya tengah beristirahat di perpustakaan Centerra.

Di saat dirinya tengah mencari buku yang menarik perhatiannya, tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara langkah kaki yang berada di belakangnya.

Pemuda itu pun menoleh sebelum terdiam saat mengetahuinya siapa yang berada di belakangnya. "Ikkan?"

"Sudah lama kita tidak bertemu, Azel."

T.   B.   C.

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top