8
17++
Yang merasa masih di bawah umur sebaiknya melewati part ini.
Maaf juga baru bisa up, soalnya baru selesai.
✨Happy reading✨
Airin memeluk Ayana dengan erat. Sudah satu minggu ini menantunya pergi dari rumah dan baru kembali. Ia tidak akan menanyakan alasannya, karena ia telah tau jawabannya. Ia benar-benar kecewa terhadap putranya yang tega membohonginya, Ayana pun sempat menghubunginya dengan mengatakan pergi berlibur untuk beberapa hari. Yang terpenting kini menantunya telah kembali, Airin takkan terlalu menuntut banyak hal, dengan Ayana yang masih bersedia bertahan tinggal di rumahnya saja ia sudah bersyukur.
Ayana pamit untuk ke kamarnya pada Ibu mertuanya. Rasa sesal bergelayut dihatinya karena telah membohongi wanita yang telah menyayanginya dengan tulus itu. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kamarnya dan Reza, kemudian duduk di atas ranjang mengambil ponselnya untuk memberitahukan pada Ayahnya bahwa ia telah sampai di rumah.
Entah hanya perasaannya saja atau apa tapi Ayana merasakan ada yang berbeda dari Ayahnya. Namun setiap kali ia bertanya Indra selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Ayana memutuskan untuk mandi, ia berjalan menuju kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan menggunakan handuk yang melilit tubuhnya, clek.. Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian, Reza masuk dengan langkah lebar dan nafas yang tersenggal-senggal.
Ayana merasakan tubuhnya kaku saat suaminya itu memeluk erat tubuhnya secara tiba-tiba. Pelukan itu berlangsung cukup lama, keduanya sama-sama terdiam dengan perasaan dan pemikiran masing-masing.
"Aku senang kamu baik-baik saja." Suara Reza memecah kesunyian di antara mereka. "Jangan lakukan ini lagi. Aku mohon. Jangan pernah pergi dariku tanpa seijinku lagi. Bahkan untuk memikirkannya saja tidak boleh." Tutur Reza dengan kecemasan yang kentara dalam setiap kata-katanya.
Ayana mengangkat kedua tangannya yang sedari tadi hanya terkulai di sisi tubuhnya, balas memeluk Reza dan sesekali memberi usapan di punggung tegap suaminya berharap mengurangi ketengagannya. "Baiklah. Maafkan aku, ku pikir kamu tidak akan secemas ini hanya karena kepergianku. Aku janji, jika nanti aku ingin pergi darimu aku akan mengatakannya." Jawab Ayana dengan suara yang lembut.
Mendengar jawaban istrinya tak membuat kecemasannya hilang sedikit pun. Yang ada Reza malah semakin takut. Dulu ia berpikir setelah mendapat apa yang ia mau ia akan menceraikan istri yang ia nikahi karena keinginan Ibunya ini, semua masalah di hidupnya berakhir dan ia dapat hidup bahagia bersama Naya kekasihnya. Namun kini pemikiran itu ia buang jauh-jauh. Ia merasa sulit bernafas saat tak dapat melihat wanita yang tengah mengandung anak-anaknya ini. Ia begitu merindukan senyum serta suara lembutnya yang selalu menyambutnya ketika ia pulang bekerja. Merindukan usapan lembutnya saat kepala terasa sakit akibat beban pekerjaannya dan merindukan aroma rose yang menguar dari tubuh istrinya yang selalu dapat membuatnya merasa nyaman bila memeluknya
"Tidak! Aku tidak akan mengijinkannya! Sampai kapan pun kamu tidak akan kemana pun. Kamu akan tetap disini bersamaku." Ucap Reza tegas yang terdengar tak menerima bantahan.
Ayana tak mengatakan apapun, ia tak meng'iya'kan mau pun menolaknya. Tak ada yang tau kedepannya akan seperti apa. Ia takkan menjanjikan sesuatu hal yang belum tentu dapat ia tepati.
Reza masih enggan melepaskan pelukannya, namun ayana mengatakan sesak hingga mau tak mau ia melepas pelukannya.
"Ada apa denganmu hem? Kenapa aku merasa kamu semakin kurus. Dan bajumu. Kenapa kusut seperti ini?" Tanya Ayana. Wanita itu pun meraba wajah suaminya, menyentuh kantung mata yang terlihat menghitam dan bulu-bulu halus yang menghiasi rahang kokoh itu. "Kamu tampak kacau." Gumam Ayana masih dengan kegiatannya menyentuh permukaan wajah suaminya.
Reza memejamkan matanya menikmati sentuhan Ayana yang ternyata sangat ia rindukan. Ia begitu merindukan sentuhan lembut dari jari-jari lentik istrinya, merindukan suara yang terdengar merdu di gendang telinganya.
Meski tak mendapat tanggapan dari Reza, Ayana kembali berucap. "Ayo. Kita bersihkan kekacauan di wajahmu. Setelah itu kita beri makan perutmu. Karena aku yakin selama aku tidak ada kamu tidak makan dengan baik." Ayana menggiring Reza menuju kamar mandi, membantu pria itu mencukur bulu-bulu halus yang menghiasi rahangnya.
"Bergentilah menatapku seperti itu. Kamu bisa terluka jika terus membuatku risih seperti ini." Ucap Ayana di sela kegiatannya.
Mata Reza memang tak berhenti memandang wajah cantik yang berjarak beberapa cm dari wajahnya. Senyum tersungging di bibirnya, entah sejak kapan ia menyukai wajah serius Ayana.
"Kamu cantik." Satu kata itu berhasil menciptakan semburat merah di kedua pipi Ayana. Wanita itu berdehem untuk menormalkan kegugupannya, ia berusaha tetap tenang, tak ingin membuat Reza berpikir bahwa ia wanita yang mudah takluk hanya dengan sebuah rayuan.
Selesai membantu Reza bercukur kini Ayana tengah berkutat dengan masakannya untuk memberi suaminya itu makan. Reza tak melepaskannya barang sedikit pun, pria itu terus memeluknya dari belakang dan mengikutinya kemanapun kakinya melangkah. Entah apa yang terjadi padanya Ayana tidak tau, mungkin selama ia tidak ada suaminya itu salah makan atau kepalanya terbentur sesuatu.
"Sekarang makanlah." Ucap Ayana sambil menaruh sepiring nasi goreng buatannya di atas meja makan.
Reza malah semakin mengeratkan pelukannya, membuat helaan nafas panjang terdengar dari bibir Ayana. "Mas." Ucap Ayana dengan suara lembut.
"Berjanjilah kamu tidak akan pernah meninggalkanku lagi."
Ayana terdiam membuat ketakutan Reza muncul kembali. Seminggu ini ia nyaris gila mencari keberadaan Ayana yang tak ia temukan dimana pun. Bahkan mertuanya saja tidak tau dimana keberadaan istrinya ini saat beberapa kali ia mengunjunginya. Ia takut Ayana meninggalkannya lagi jika ia melepaskannya, itulah sebabnya Reza terus memeluk Ayana karena takut kehilangannya.
"Aku disini bersamamu. Makanlah. Kalau tidak aku akan marah padamu."
Reza melepas pelukannya, memegang kedua bahu Ayana membalik tubuhnya. Ia mencium setiap inci wajah Ayana dengan mata terpejam, mencoba menelisik sebuah rasa yang hadir dalam hatinya. "Temani aku makan." Reza duduk di kursi, menarik pinggang Ayana hingga istrinya itu duduk di pangkuannya.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu hm?" Tanya Reza dengan tangan yang ia lingkarkan di pinggang Ayana.
"Tidak ada." Jawab Ayana.
Sebetulnya ia merasa aneh dengan sikap suaminya. Dengan Reza yang seperti ini semakin membuat rasa cintanya bertambah besar. Ayana tidak ingin terpuruk semakin dalam saat suatu hari nanti Reza mencampakannya. Maka ia putuskan untuk membentengi dirinya agar tak seorang pun dapat melihat hatinya.
Reza makan dengan lahap di suapi oleh Ayana. Selasai makan kini keduanya berbaring saling berpelukan di atas ranjang.
Reza tak henti-hentinya mencium pucuk kepala Ayana, kini ia yakin dengan perasaannya, hatinya yang semula di tempati Naya tlah terganti oleh Ayana tanpa disadarinya.
Ayana bersandar dengan nyaman di dada bidang suaminya, tangannya memaikan kancing kemeja yang di pakai Reza. "Sayang." Gumam Reza dengan suara seraknya.
"Hm." Ayana hanya membalas dengan gumaman tanpa menghentikan kegiatannya yang ternyata membangunkan sesuatu di bawah sana.
Reza mencekal pergelangan tangan Ayana, dengan gerakan cepat kini ia telah mengukung Ayana dalam kuasanya. Mata mereka saling menatap dalam diam, perlahan entah siapa yang memulai kini bibir keduanya telah saling bertaut menciptakan bunyi decakan di kamar tersebut.
Tangan Reza menyusup ke dalam dress yang di pakai Ayana, menyingkapnya hingga sebatas pinggul. Dengan lembut tangan Reza membelai setiap lekuk tubuh yang dapat di raihnya. Lenguhan Ayana yang terendam ciuman mereka membuat kedua sudut bibir Reza tertarik membentuk senyum puas. Mudah sekali nembuat Ayana bergairah, kini bibirnya berpindah menyusuri rahang dan leher Ayana meninggalkan jejak basah.
"Aaahh Mass." Lenguh Ayana dengan punggung yang melengkung.
Adegan di skip takut cerita ini di repost pihak wattpad. Yang pengen baca bisa cari di lapak aku dengan judul Mature khusus dewasa.
Reza berguling masih dengan nafasnya yang tersenggal. Selama pernikahannya dengan Ayana baru kali ini ia menikmati percintaan mereka. Ia meraih Ayana dalam pelukannya, mengumamkan setiap kata yang tercurah dari lubuk hatinya yang terdalam.
"Aku mencintaimu Ayana, sangat."
Setetes air mata mengalir membasahi pipi Ayana. Ia membalas pelukan Reza tak kalah erat, bahagia membucah dalam dada mendengar pengakuan cinta dari pria yang sedari dulu di cintainya. Ayah dari anak-anaknya.
"Aku juga Mas. Aku juga mencintaimu."
Dan pertahanan Ayana pun runtuh seketika. Biarlah ia pikirkan nanti sakit rasanya jika suatu saat Reza meninggalkannya. Biarkan saat ini ia menyecap manisnya cinta walau semu. Biarkanlah ia bahagia dengan cinta yang berbalas walau pada kenyataannya mendua.
Reza begitu bahagia mendengarnya. Mereka saling berpelukan dengan erat sampai kantuk menyerang dan mata terpejam berkelana ke alam mimpi.
Reza mencintai Ayana, itu adalah nyata bukan sandiwara untuk melengkapi pernikahan sementara mereka. Saat hatinya telah terpaut pada satu nama maka hanya mana itulah yang akan ia ukir dalam jiwanya. Kepergian Ayana menyadarkannya betapa penting dan berharganya Ayana dalam hidupnya. Menyadarkannya bahwa hanya Ayanalah yang ia inginkan dan tak ada seorang pun lagi selain Ayana. Kelembutan dalam diri Ayana mampu menyentuh sisi terdalamnya yang tak dapat di jaungkau siapa pun sekali pun oleh Naya. Ia mencintai Ayana, mencintai ibu dari calon buah hati mereka. Ia mencintai ayana melebihi cinta yang dimilikinya untuk kekasihnya Naya.
Tbc..
**
Mature khusus dewasa gak akan aku post sebelum dapat 100 vote dan 100 coment untuk part ini!!
😁😁 sekali2 maksa gak apa-apa ya.
So yang mau baca jangan lupa vote dan coment-nya.
06 September 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top