Ayah Aku Rindu🥀

______________________________________

🌹Danau Talang🌹
______________________________________

***

Minggu ini aku dan dengan kedua temanmu serta Manda akhirnya pergi liburan, sesuai dengan rencana minggu-minggu ya lalu.

"Kak Windy sama Kak Najwa udah di jalan?" tanya Manda mengahampiriku yang duduk di teras.

"Udah, bentar lagi nyampe," ujarku. Kami pergi menggunakan kendaraan roda dua.

"Nah, tu mereka," ujarku menatap duo motor masuk ke pekarangan rumah.

"Langsung aja?" tanya Najwa. Aku dan Manda lantas mengangguk soal sudah minta izin tadi sama Bunda sebelum beliau berangkat ke Butik.

Aku boncengan dengan Windy sedangan Manda dengan Najwa.

Kami memilih lewat jalur Sitinjau Laut, di mana jalan tersebut lumaya ektrem dilalui karena tikungan-tikungan yang langsung berhadapan dengan jurang dan mobil-mobil besar banyak melintas hilir mudik.

"Seram," celetukku sampai di panorama satu. Kebetulan kami berhenti sejenak. Semuanya nampak indah karena hamparan kota Padang membentang dengan jelasnya serta laut yang terlihat jelas dari sini.

Windy terkekeh, "Efek anak rumahan mah gini," ledeknya.

"Kak nih," ujar Manda memberikan sebotuh teh botol ke tanganku.

"Makasi, ya." Akhirnya kami melanjutkan perjalanan yang kurang lebih sekitar  3 jam-an lagi untuk sampai di tempat tujuan.

Jam sekarang sudah menujukan pukul 11 siang. Kami baru sampai di kebun teh. "Ra, kita mampir di sini nggak?" tanya Windy melirikku lewat kaca spion.

"Boleh sih," jawabku akhirnya motor yang kutumpangi berhenti di depan warung-warung yang ada di tepi jalan. Hamparan kebun teh membentang dengan luasnya. Udara dingin mulai terasa menusuk ke dalam kulit.

"Jagung bakar," ujar Manda menghampiriku. Aku mengangguk singkat, Manda langsung memesan 4 buah jagung bakar rasa BBQ.

"Gimana seru nggak perjalanannya?" tanya Najwa mengahampiriku. Aku mengangguk singkat, "Lumayan," gumamku. Najwa tertawa, mungkin Maura bingung dengan daerah sekitarnya mengingat waktu dia pernah cerita baru sekali keluar dari kota Padang itupun ke Bukit Tinggi.

"Tenang, kalau kita banyak waktu free kami ajak keliling Sumbar deh," ujarnya lagi. "Manda jangan lupa di ajak ya Kak," sosor Manda mengahampiri kami. Di tangannya sudah ada empat buah jagung yang baru saja siap dipanggang.

"Wih, enak kayaknya, makaciii Adik manis," ujar Windy.

"Wajib ikut dong, masak ditinggal," ujar Najwa.

"Btw, Ra. Kamu lagi dekat sama cowok itu ya?" tanya Najwa hampir membuatku tersedak saja.

"Siapa?" tanyaku bingung.

"Itu yang nggak sengaja kamu tabrak di taman kampus itu," jelas Najwa.

"Ra kok kamu nggak pernah cerita?" Todong Windy.

"Kak Raihan ya," sahut Manda membuat semua menoleh ke arahnya.

"Raihan?' tanya Windy dan Najma berbarengan.

Manda mengangguk. "Hari apa ya, pas ada acara di komplek rumah. Aku dan Kak Ura ketemu sama dia. Siangnya Kak Ura juga di antarin pulang dari kampus. Dan tau nggak Kak, dia juga satu komplek sama kami," cerocos Manda. Aku menepuk jidat bisa-bisanya Manda menjelaskan semuanya.

"What!!"

"Kamu hutang penjelasan sama kami," ujar Najwa diangguki Windy.

Aku menghela napas gusar. "Kapan-kapan nggak harus sekarang kan?" gerutuku.

"Nggak juga sih," gumam Windy.

"Yaudah yuk lanjuti perjalanan, ntar takut kesorean kita pulanng," ujarku. Semua mengangguk kali ini aku berbocengan dengan Manda. Dia ngotot untuk membawa motor sendiri.

"Manda ngikutin dari belakang ya Kak," ujar Manda. Najwa dan Windy mengangguk mereka lebih dulu pergi.

"Tumben mau bawa motor?" tanyaku menatap Manda kaca spion.

"Lagi pengen aja sih," ujarnya.

"Nggak usah mikir macem-macem," dengkus Manda. Aku terkekeh, "Biarin kan otak Kakak yang bekerja bukan otak kamu," balasku.

"Ye in," gerutunya.

"Aku pengen deh, gas kencang-kencang sambil triak-triak lalu sambil nangis. Katanya sih enak," ujar Manda. Aku langsung memukul bahunya. "Jatuh sih alhamdulillah, tapi kalau disangka orang gila mah jangan bawa-bawa," ujarku.

Manda tertawa. "Sebenarnya aku tuh lagi nggak ada masalah, tapi rasanya nyesek banget di hati, itu kenapa ya?" tanyanya.

Aku tersenyum kecut apa yang dikatakan Manda. "Batinmu sedang lelah," gumamku.

"Jangan mikir macem-macem fokus bawa motor. Bisa-bisa nyunsep untuk kedua kalinya kita," omelku kepada Manda.

Manda berkelik kesal, kakaknya itu masih saja mengingat kejadian itu waktu mereka jatuh di jalanam komplek untung saja tidak ada luka serius.

Walaupun cuaca terang menderang hari ini. Tetap saja rasanya udaranya dingin. Sekarang mereka sudah sampai di Simpang Tanjung Nan IV sesuai tulisan yang ada di papan petunjuk arah.

Manda menepikan motornya begitu juga dengan Najwa. "Kita udah sampai?" tanyaku. Pasanya sudah melihat danau dari beberapa kilo perjalanan sebelumnya.

"Belum, ini namanya Danau di Atas, nanti kalau kita lewat jalan ini ke atas ketemu lagi dengan Danau di Bawah," jelas Windy.

"Aku tak pahamlah," sahut Manda geleng-geleng kepala.

"Lalu Danau Talang?" tanyaku pasalnya Windy tidak menyebutkan di mana letak Danau Telang.

"Nggak jauh dari sini, yuk langsung cas cus nanti di sana kita istirahat sambil shalat dan makan siang," ujarnya. Sekitar perjalan 15 menit aku menatap takjub ke danau kecil yang sudah hampir berada di depan mata.

"Keren," decak Manda melepas helm dari kepalanya. Dia merapikan rambunya dan menatapku.

"Jadi, kangen Ayah ya Kak," gumamnya. Aku mengangguk, memang benar Ayah mereka merupakan sosok pencinta alam, apa lagi suka melakukan traveling ke ketempat-tempat wisata alam saat mereka masih ditinggal di pulau Jawa.

"Yuk shalat dulu, ada mushala di sana. Dah masuk waktunya," ujar Windy. Kami melaksanankan kewajiban shalat sebagai seorang muslim. Setelah shalat kami istirahat sejanak sambil menikmati makan mie rebus di salah satu warung yang berada di sana.

"Boleh main di air kan?" tanya Manda. Soalnya dia melihat ada ayunan di dalam air.

"Boleh-boleh, bawa baju ganti kan?" tanya Najwa. Manda mengangguk kecil, "Aman, itu," ujarnya. Setelah mengisi perut mereka main di tepi danau. Asri sekali, danau yang masih terjaga yang berada di bawah kaki gunung Talang. Bahkan tadi aku sempat dengar Danau Talang ini juga dijadikan sebagai jalur pendakian baik darat maupun air karena mereka juga menyediakan transportasi air untuk menyebrangi danau.

Mata tak lepas dari pemandangan alam serta banyak juga tenda-tenda berdiri di sekitar tepi danau. Para pencinta alam yang camping di sini.

"Malam pasti seru nih, kan. Banyak cogan," bisik Manda ke Najwa. Kedua gadis  tersebut merupakan buaya darat yang sesungguhnya.

"Benar banget," balas Najwa setengah berbisik. "Apa lagi yang pakai baju merah itu ganteng," lanjutnya.

"Eh, katanya bisa mancing. Kita ikutan juga yuk," ujar Windy.

"Yuk," ujarku paling semangat. Mencoba rasanya mancing ikan dari alam walau kemungkinan akan bosan.

***
______________________________________

"Mereka tak akan tumbuh untuk kedua kalinya. Maka jagalah mereka dan lestarikanlah, belum tentu esok kita bisa melihatnya kembali."
______________________________________

🥀🥀🥀

(BAB 7)






























   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top