Awal
"Wari, jangan lupa nanti pulang sekolah singgah kos Ayah. Tolong bersihkan kamar, ya?" perintah pak Hans yang saat ini menghabiskan paginya untuk sarapan bersama di rumah.
"Iya Ayah, saya nanti singgah."
Nama gadis itu Prameswari Atala umurnya saat ini lima belas tahun. Kalian pasti heran kenapa sang ayah tinggal di kos, alasan ayahnya supaya dekat dengan kampus dalam berkonsentrasi menyelesaikan skripsi. Iya, ayah Premeswari sedang berkuliah disela kesibukannya mencari nafkah.
Alasannya dulu karena 'kecelakaan' memiliki anak disaat usia muda, yang membuat kuliahnya terganggu. Harus berbagi waktu dengan mencari nafkah menghidupi istri dan anak.
Sekarang sudah pukul dua siang, saatnya Prameswari mengikuti perintah sang ayah tadi pagi, dirinya bergegas ke kos ayah.
Jarak antara sekolah dan kos lumayan jauh sekitar satu jam perjalanan menggunakan bemo. Sesampainya di kos, Prameswari sempat tertegun karena mendapati seorang wanita sebaya ibu Prameswari sedang sibuk membersihan dan merapikan ruangan dalam kos sang ayah.
"Untuk apa aku ke sini jika sudah ada orang yang membersihkan kos ayah?" gumam Prameswari sebelum membuka pintu pagar. Ya tempat kos Hans memiliki pintu pagar masing-masing.
"Maaf, ibu siapa?" tanyanya.
"Hai, kenalkan namaku Tina, jangan panggil ibu dong Mbak Tina aja," jawabnya dengan senyum ramahnya.
"Kamu, Dek Wari kan? Adik bungsunya Bang Hans?"
Ada secubit rasa sakit terselip di dada. Aku memandangnya sambil mengernyitkan dahiku. Prameswari sempat meragu seolah pendengaran salah menangkap ucapan yang disampaikan Tina. Namun dirinya mencoba menepis kemungkinan buruk jika sang ayah tidak mengakui keberadaannya sebagai anak.
Belum sempat Prameswari menjawab pertanyaannya. Tina kembali berkata, "Tadi pagi Bang Hans bilang, kalau siang ini adik bungsunya bernama Wati akan datang untuk membantuku membersihkan kos dan kamu akan memasak untuk acara bersama teman-temannya nanti malam."
Prameswari tampak terkejut, karena dirinya sama sekali tidak tahu menahu mengenai hal itu. Ternyata sang ayah masih suka unntuk berhura-hura dengan teman-temannya dari pada menghabiskan waktu dengan anak dan istrinya. Jangan-jangan kepindahan di tempat kos ini hanya sebagai kedok agar dirinya lebih leluasa bebas bergaul dengan teman-teman mudanya.
Kenapa ayah tidak bilang apa-apa tadi pagi ya? Kebiasaan sang ayah yang selalu menyuruh tanpa boleh ada bantahan atau alasan apapun membuat anak dan istrinya lebih memilih diam terutama dengan perilakunya yang temperamental itu.
Perasaan Prameswari semakin tidak enak dan gelisah, pasalnya pakaian yang dipakai Tina sungguh seksi dan sedikit tidak pantas untuk dipakai di rumah seorang pria. Terlebih dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan si pemilik rumah.
Ada apa sebenarnya ini? Timbul rasa kecewa, Prameswari tahu betul, sang ibu tidak pernah dan tidak tahu tempat kos sang ayah. Namun sang ayah malah sudah membawa teman-temannya ke sini. Wajar juga karena dahulu sang ayah selalu menjamu teman-temannya sampai dini hari di rumah, kadang membuat tetangga menjadi sedikit tidak nyaman karena mereka mabuk dan membuat kegaduhan dengan berteriak-teriak tidak jelas.
Tempat kos ini lebih mirip dengan rumah type 21 ketimbang kos biasa.Semua ruang ada, kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Prameswari memutuskan untuk memasak saja, supaya dirinya bisa segera selesaikan tugas di sini dan pulang sebelum ayah datang. Entah kenapa, ada rasa enggan untuk bertemu dengannya.
"Dek Wari, kamu temannya Bima ya? Tadi mbak lihat kamu turun dari bemo bersama dia." Tina sudah duduk tidak jauh dari Prameswari yang sedang meracik bumbu. Walaupun dirinya masih remaja masakannya sangat enak dan sang ayah suka.
"Mbak kenal dengan Bima?"
Sambil senyum tipis. Tina berkata, " Kenal dong. Bima itu anak aku, aku ini janda."
Heem ... ternyata Bima anak kelas sebelah yang suka membullyku adalah anaknya dia.
Prameswari memasukan bumbu tersebut ke dalam panic seraya menjawab, "Bukan teman sih, tapi kami cuma satu angkatan beda kelas saja." Prameswari melirik dari ekor matanya, Mbak Tina memanyunkan bibir dan cemberut tapi sejurus kemudian dia tersenyum, wanita itu tampak tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Prameswari.
"Pintar masak rupanya, ya? Sering-sering ke sini ya, Tolong ajari aku masak ya? Eh, Dek Wari mau nggak jadi istrinya Bima?" tanya Tina seraya mencolek-colek bahu Prameswari. Wanita itu masih saja bertahan di sana seolah enggan meninggalkan Prameswari sendirian atau memang sengaja ingin mengorek informasi darinya.
Prameswari mendengkus. " Bima itu di sekolah setiap hari kerjanya membully saya, siapa yang mau dengan dia. Maaf ya Mbak Tina, saya tidak suka dijodoh-jodohkan," jawab Prameswari seraya meninggalkan Tina guna mengambil beras di ruang tengah.
============================================
penasaran nggak sih sama ceritanya Prameswari dan ayah Hans?
kelanjutan cerita ini hanya bisa di dapatkan melalui PDF Original yang akan segera terbit.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top