5. ngerandom isinya ヾ(^-^)ノ

☆࿐ཽ༵༆༒ 𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 ༒༆࿐ཽ༵☆
.
.
.
.
.

(Nanti screen geludnya gua jamin burik, soalnya gua gabisa bikin jadinya ngarang 🗿-S. Ayon)

Calon 4 Kesatria legendaris baru saja tiba di dekat Eternal Ice Dungeon yang ingin mereka selidiki, Dungeon itu terletak tepat di gunung bersalju yang sangat tinggi, suhu di sana benar-benar dingin bahkan dimalam hari suhu disana bisa mencapai -70° celcius

"Hey, kau yakin rencanamu berhasil Al?" Tanya Samsul sedikit kedinginan

"Sudah ku bilang berkali-kali, aku yakin 100% kita akan melawan monster monster yang ada didalam sana, karena semua jalan masuk saling berhubungan satu sama lain." Perempatan Imajiner muncul di dahi Rafel

Rafel terlihat tidak kedinginan padahal dia hanya menggunakan celana jeans panjang sobek-sobek berwarna hitam dan hoodie berwarna putih

"Wkwkwkwk Samsul emang gitu Fel, sering bertanya tentang rencana ini itu buat mastiin, dia kan orangnya emang kadang-kadang Parnoan." Ucap Marvel sedikit menggigil padahal dia menggunakan jaket bulu tebal, Syal dan Cossack Hat, jujur jika dibayangkan Marvel yang menggunakan pakaian yang kebesaran terlihat imut 🗿

"Hey Alva, kau tidak kedinginan." Ucap Via

"Hmm? Suhunya emang rendah sih tapi gak ngaruh buatku." Ucap Rafel

𝐁𝐫𝐮𝐤...

"Woah kalian lebih cepat sampai dari yang ku kira ya." Raphael jongkok di dahan pohon yang cukup tinggi tanpa takut tergelincir karena licin

Mereka(-Rafel) menganga karena melihat Raphael yang hanya menggunakan kaos oblong berwarna putih polos dengan jeans pendek selutut tanpa khawatir akan suhu tempat itu yang rendah

"Kalian kenapa menatap ku seperti itu." Ucap Raphael dengan polos

"Kau tidak takut kedinginan apa." Tanya Via dan hanya di respon dengan gelengan saja

"Sejak kapan kau berada di tempat ini." Tanya Samsul

"1 jam 37 menit 22 detik." Ucapnya

"Anjir, lama bet dah." Ucap Marvel

"Ohya, Jalur yang kalian lalui tidak terlalu banyak monster, jadi jangan khawatir." Ucap Raphael

"Tapi bukannya kita menggunakan jalan yg terjauh, kenapa kita tidak menggunakan jalan rusak yg terdekat saja." Tanya Samsul

"Begini, 2 jalan terjauh itu hanya memiliki 1 persimpangan yg menghubung jalan biasa, sedangkan jalan terdekat itu terdapat 7 persimpangan yang pastinya akan lebih banyak monster yg melewati persimpangan itu." Jelas Rafel

"Aku akan memakai jalan terdekat saja, biar aku jadi terbiasa bertarung." Samsul pun pergi menuju jalan yang dia pilih, Via dengan ragu ragu pun mengikuti Samsul

"Kak, lebih baik kau pergi awasi Samsul, aku dan Marvel bisa mengatasi semua itu sendiri, jangan sampai ada yang mati." Ucap Rafel

"Percayakan semuanya padaku, dadah Alva." Raphael pun menyusul Samsul dengan melompat lompat dari pohon satu ke pohon yang lainnya (Raphael cosplay shinobi 🗿-S. Ayon)

"Ayo masuk Vel." Rafel pun menuntun jalan

"Fel, Samsul dan Via tidak akan kenapa napa kan?" Tanya Marvel

"Percayakan semuanya pada Raphael, lagian mereka palingan cuma luka luka, gak sampe mati juga. Jadi jangan khawatirkan mereka." Rafel berjalan dengan santai

"Semakin mendekat semakin dingin brrr." Ucap Marvel

"Gunakan ini biar kau tidak terganggu dengan suhu dingin." Rafel memberikan gelang dengan kristal berwarna merah terpasang di gelang itu

"Walaupun aku tidak tau apa ini tetapi Terima kasih." Marvel sekarang sudah tidak kedinginan

.
.
.
.
.

𝐒𝐫𝐢𝐧𝐠...

𝐒𝐫𝐢𝐧𝐠...

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐠...

𝐒𝐫𝐚𝐤𝐤...

(Gabisa bikin sfx asu-S. Ayon)

"Undead nya banyak banget." Ucap Via sambil memegang pedang

𝐁𝐥𝐚𝐫𝐫...

"Walaupun gitu mereka gak terlalu kuat." Saat Samsul berbicara tangannya terangkat kearah undead dan terlihat percikan petir yang tersisa dari serangannya

𝐖𝐮𝐬𝐡...

Via pun menggunakan sihir(?) Apinya dengan menggabungkannya ke pedang, karena dengan ini ia bisa dengan mudah membunuh undead undead itu

"Awalnya aku tidak ingin menggunakan kekuatanku di awal, tapi ini satu satunya jalan agar kita cepat menerobos." Ucap Via

"Jangan gunakan kekuatan level tinggi atau kita akan cepat kelelahan." Samsul pun bersiap untuk menyerang

.
.
.
.
.

"Pasti mereka sudah sampai pada ruang bos sekarang." Ucap Marvel

Marvel berjalan santai dengan Rafel yang mengikutinya dari belakang, mereka berjalan seolah-olah tidak akan ada monster ataupun undead yang akan muncul

"Aku ragu dengan itu, pasti mereka sedang melawan para undead sebab jalan yang mereka lalui pastinya dijaga oleh banyak undead karena rutenya yang sangat pendek." Respon Rafel

Terlihat ada beberapa undead yang berjalan mendekati mereka, tapi mereka tetap tenang

𝐊𝐡𝐞𝐞𝐤...

𝐊𝐡𝐞𝐚𝐤𝐤...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

Marvel menusuk undead itu menggunakan sihir hitamnya, di wajahnya terpampang ekspresi malas dengan postur tubuh yang sangat santai

"Huft... Aku bosan Fel, kenapa kita mengambil rute yg monster nya dikit sih." Keluh Marvel

"Untuk saat ini kita pasti akan bosan, tapi nanti aku jamin kau akan bersenang senang saat sampai di ruang Bos." Sahut Rafel

"Awas saja jika nanti aku tidak bersenang senang." Gumamnya

"Ohya, nih makan. Pasti kau agak lapar kan." Rafel menyodorkan sepotong croissant kepada Marvel dan diterima oleh Marvel

"Terimakasih Rafel, eh kau mendapatkan croissant ini dari mana? Perasaan kau tidak memegang apapun selain sebilah pedang." Tanya Marvel

"Hmm... Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan jawaban dari pertanyaan mu itu." Jawab Rafel dengan senyuman terpasang diwajahnya

𝐊𝐡𝐞𝐞𝐤...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

"Membosankan." Ucap Marvel

"Mau melihat sesuatu yang seru." Tanya Rafel

"Aku mau!" Respon Marvel dengan excited

"Kontrak Jiwa... Flame God, Ifrit." Setelah Rafel selesai mengucapkan hal itu di belakang Rafel muncul sebuah iblis(?) Or Dewa(?) Dengan tubuh yang dikelilingi oleh api

"Manusia rendahan mana yang berani memanggilku." Ucap Ifrit

"Memangnya kau bisa mengabaikan panggilanku?" Ucap Rafel dengan sinis

"T-tuan Rafel, maafkan hamba." Ifrit sujud pada Rafel

"Sana bersihkan semua monster dan undead yg menghalangi jalanku, tetapi jangan bunuh bos Dungeon ini." Titah Rafel

"Baik tuan." Ifrit pun menyerang semua monster itu sepanjang jalan

Sedangkan tuannya dan Marvel berjalan dengan santai dan sesekali memakan cemilan yang entah dari mana Rafel dapatkan tanpa memperdulikan Ifrit yang menyerang monster monster itu

"Rafel, apa kau tidak kelelahan mempertahankan iblis itu selama ini." Sudah 2 jam berlalu mereka berjalan sesekali beristirahat tetapi tidak ada tanda tanda Rafel kelelahan, itu membuat Marvel terheran heran

"Tidak, aku hanya memerlukan sedikit Mana saat memanggil mereka, sedangkan mereka bisa tetap disini asalkan Energi mereka cukup." Sahut Rafel

.
.
.
.

"Shit, aku sudah tidak memiliki tenaga sama sekali." Samsul pun jatuh berlutut karena kelelahan

𝐒𝐫𝐫𝐡𝐡𝐡...

Beberapa Undead itu terbakar setelah terkena api milik Via,dan terlihat Via kelelahan menghadapi undead yang sedari tadi tidak berhenti berdatangan

"Bagaimana ini, aku tidak memiliki banyak energi yang tersisa." Ucap Via

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

Muncul duri duri berwarna merah dan menusuk undead undead itu, duri duri itu berbau anyir seperti darah, selang beberapa menit duri dari itu meleleh dan memberikan fakta bahwa duri itu terbuat dari darah

"Baru segini kalian sudah kelelahan, yang benar saja." Raphael entah sejak kapan sudah berada di antara para undead itu

Raphael memegang sebuah pedang di kedua tangannya, jika dilihat lihat pedang itu juga terbuat dari darah, entah bagaimana dia bisa merubah darah menjadi sebuah senjata

"Serahkan sisanya padaku." Saat Raphael menghilang tiba-tiba, semua undead itu tiba-tiba terbelah menjadi beberapa bagian

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

Dan beberapa undead itu mati dengan tertusuk dan terpenggal

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐒𝐫𝐢𝐧𝐠...

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐠...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐊𝐫𝐞𝐤...

Setelah semuanya selesai, Raphael pun kembali muncul di tempatnya berdiri tadi, kaos putih yang ia pakai pun berlumuran darah, dan darahnya pun sedikit berbau busuk karena itu adalah darah undead

"Sungguh menyedihkan, calon kesatria legendaris yang dipilih langsung oleh kesatria legendaris yang sekarang hanya memiliki kemampuan dibawah rata-rata." Raphael sengaja berbicara seperti itu untuk menyulut emosi Samsul (ini yang punya dendam pribadi ke samsul si Rafel&Raphael apa Luna dah, perasaan dri kemarin samsul kena mulu-S. Ayon)

"Monster yang datang bergerombolan itu sebabnya kami cepat kewalahan, pasti keadaan Marvel dan Alva tidak jauh berbeda dari kami." Samsul merespon dengan nada tidak terima

Raphael memperhatikan jalan menuju ruang Bos, ia pun berkata. "Sepertinya mereka berdua sudah sampai tempat Bos ya."

𝐁𝐔𝐌...

Terdengar suara ledakan dari kejauhan, Samsul dan Via terlihat khawatir, lain cerita dengan Raphael yang tersenyum lebar

"Minum ini, jika sudah ayo kita ke ruang Bos." Raphael melempar 2 botol berisi cairan berwarna biru kearah Samsul dan Via

Mereka berdua ragu-ragu tetapi tetap meminum cairan itu, setelah mereka selesai meminumnya Stamina mereka kembali pulih

Setelah mereka berdiri Raphael pun berjalan pergi dan disusul dengan Samsul dan Via

.
.
.
.
.

"Light Ablaze, Ars Nova." Dibawah Marvel muncul sebuah lingkaran sihir dan pedangnya juga diselimuti oleh sihir cahaya (pas Marvel baca mantra kedengeran sampe sini-S. Ayon)

Dan Sihir Cahaya milik Marvel membakar Bos Dungeon beserta Pemimpin para undead, tetapi Bos dan Pemimpinnya hanya terlihat sedikit terbakar

"Spinae tenebrarum." Ucap Rafel

Muncul duri duri berwarna hitam keunguan dan menusuk kedua monster itu hingga hancur, Pemimpin undead itu pun melebur menjadi pasir sedangkan Bos Dungeon itu pecah menjadi batu es yang cukup besar

(Yey, akhirnya selesai bikin screen gelud //sengaja skip adegan geludnya// -S. Ayon)

𝐓𝐚𝐩...

𝐓𝐚𝐩...

𝐓𝐚𝐩...

"Sudah selesai? Ayolah... aku belum melihat kalian bertarung." Rengek Raphael

"Nanti kita tonton bareng bareng pas udah balik." Rafel menunjukkan kamera kecil yang merekam kejadian tadi

"Gak seru." Ucap Raphael

"Salahnya telat datengnya." Ucap Marvel

"Mereka lama jalannya." Raphael menunjuk Samsul dan Via yang terluka cukup parah

"Kau tidak mengobati mereka?" Tanya Rafel

"Aku hanya membawa penambah Stamina, soalnya kukira mereka tidak terluka separah itu." Celetuk Raphael

"Argh sudahlah ayo kita kembali sekarang." Rafel mulai berjalan pergi

"Heh ini Samsul sama Via gimana." Tanya Marvel sambil menunjuk Samsul dan Via yang terduduk

"Setengah jam lagi akan ada helikopter yang menjemput kita, aku sudah menghubungi mereka beberapa saat yang lalu." Jawab Raphael

"Tidak akan ada undead yang menyerang lagi kan?" Tanya Via

"Tenang saja, aku juga sudah membereskan mereka semua." Raphael mengambil inti Bos Monster yang tadi Rafel dan Marvel kalahkan

.
.
.
.
.

"Kenapa mereka berdua tidak kalian obati." Tanya Liu

"Kan yang bertugas mengobati itu Raphael, tapi dia datang dengan tangan kosong." Ucap Rafel datar

"Bagaimana Raphael bisa bersama kalian? Bukannya berbahaya jika orang tanpa kekuatan ikut serta." Tanya Saryu

"Jika aku tidak meminta Raphael ikut, mereka berdua pasti sudah mati kelelahan atau mungkin karena diserbu undead undead itu." Jawab Rafel

"Gasalah sih." Gumam Blane

.
.
.
.
.

𝐓𝐚𝐩...

𝐓𝐚𝐩...

𝐓𝐚𝐩...

Terlihat Theo sedang berjalan mendekati sebuah dinding yang terukir rune yang sangat rumit, ia pun berhenti berjalan setelah jaraknya dengan dinding itu hanya sekitar 1 langkah saja

Theo mengangkat tangannya dan memegang dinding itu, ia menyebarkan sedikit Mana yang ia miliki untuk mencari tahu sesuatu, dari telapak tangannya terlihat jaring jaring Mana sedang menyebar di dinding itu

"Ternyata lokasi tersegelnya senjata itu berbeda dari dulu ya, seingatku dulu saat adanya utusan dewi dan utusan darkness tempat senjata itu bukan disini." Theo berbicara sendiri

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒏𝒋𝒂𝒕𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒄𝒖𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒘𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒈𝒆𝒍 𝒔𝒆𝒏𝒋𝒂𝒕𝒂 𝒊𝒕𝒖

"Kau mengeluh hanya karena Dewi itu tidak bisa menemukan tempat yang cocok untuk menyegel senjata ini? Yang benar saja Paman." Theo benar-benar heran dengan Pamannya itu

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝑴𝒆𝒏𝒂𝒕𝒂𝒑 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒔 𝒂𝒏𝒅𝒂

Theo mengabaikan pesan dari Lucifer, ia menutup matanya sambil berkata "ᚳ𐌵ᚷ ᛊᛘ ᛘᛊᚻᛊᛒᚱᛟᛇᚣ, ᛇ𐌵ᚹᛊᚱᛒ𐌵ᛇ ᛊᛘ ꃅ𐌵ᛖᚽᚳᚽᛇ, ᚣᚹᛊᚱᛘ𐌵ᛇ, ᛖ𐌵ᚱ𐌵ᛇ, ᛇᚽᚻ."

𝐆𝐫𝐮𝐝𝐮𝐤....

𝐆𝐫𝐮𝐝𝐮𝐤...

𝐆𝐫𝐮𝐝𝐮𝐤...

(Gua males pas nulis sfx sumpah 🗿-S. Ayon)

Dinding itu pun terbuka setelah Theo selesai mengucapkan mantra yang author buat asal asalan

"Waw mantranya simpel sekali 🗿." Celetuk Theo dengan ekspresi datar

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒕𝒖𝒋𝒖𝒊 𝒖𝒄𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒅𝒂

𝐓𝐚𝐩...

𝐓𝐚𝐩...

𝐓𝐚𝐩...

𝐊𝐥𝐢𝐤...

"Eh." Theo kaget karena dia menginjak pressure plate

𝐖𝐮𝐬𝐡...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

Arrow dengan effect poison dan weakness tertancap di dekat kaki Theo, jika ia tidak menghindar ia pasti akan terkena kedua Arrow itu

"Jebakannya klise banget." Ucap Theo sambil menatap datar panah itu

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒅𝒆 𝒌𝒐𝒏𝒚𝒐𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒆𝒃𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒃𝒂𝒌

"Lain kali minta Daddy yang masang jebakan ya Paman, pasti nanti orang yang baru 1 langkah memasuki tempat ini langsung mati." Ucap Theo

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒕𝒖𝒋𝒖𝒊 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒅𝒂

Theo pun berjalan sambil meningkatkan kewaspadaannya, jujur Theo cukup suka dengan tempat itu karena tempat itu penuh dengan ukiran Rune yang pastinya memiliki makna tersembunyi

Jika Theo tidak mengingat kalau pekerjaannya menunggunya ia pasti sudah memutuskan untuk tinggal ditempat itu sampai ia selesai menerjemahkan semua Rune itu tanpa memperdulikan sahabat nya yang pastinya menunggu ia kembali

Setelah sekian lama ia berjalan akhirnya ia menemukan ujung lorong ini, tapi dari kejauhan tampak pintu raksasa yang dijaga oleh 2 patung raksasa yang kemungkinan bisa bergerak, apakah ia harus mengangkat pedangnya hanya untuk meladeni ke-2 raksasa itu? Sayangnya author sudah malas untuk membuat screen bertarung itu sebabnya adegannya akan di skip

.
.
.
.
.

Penampilan Theo sekarang terlihat acak acakan karena ia beberapa kali bahkan tangan kirinya terlihat sepertinya habis terbakar, tetapi jika di perhatian baik baik luka bakar itu perlahan sembuh tanpa meninggalkan bekas sama sekali

Theo bisa dibilang memiliki regenerasi yang jauh dikatakan normal, bahkan luka goresan pun bisa sembuh hanya dalam sepersekian detik saja, tetapi lengan kirinya yang terbakar cukup parah itu butuh waktu beberapa jam untuk kembali seperti semula

"Ternyata mudah juga ya mendapatkan senjata ini." Terlihat Theo sedang berdiri di pinggir jurang yang dibawahnya terdapat lautan Lava, ia juga terlihat memegang sebuah pedang bernama 𝑺𝒘𝒐𝒓𝒅 𝒐𝒇 𝑹𝒆𝒔𝒖𝒓𝒓𝒆𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 di tangan kanannya

Lalu di lengan dan punggung tangan kanannya terlihat tattoo berbentuk ular basilisk, padahal sebelumnya tidak ada tattoo apapun di tangan kanannya

"Yaa walaupun perjalanan menuju tempat senjatanya itu membutuhkan effort yang gak sedikit." Theo pun sedikit kesal karena semua halang rintang yang ia lewati memakan waktu yang cukup lama

Theo tadi melewati 2 patung raksasa yang bisa menyerang, lalu harus mencari kunci diantara ratusan kunci yang berterbangan, berjalan di atas tali yang dibawahnya terdapat ratusan pedang yang tajam

Lalu ia harus melewati hellhound yang seharusnya berada di under world, melewati permainan catur raksasa dan itu cukup menguras otaknya, lalu harus meminum diantara 3 potion yang bisa membuka pintu menuju ruangan selanjutnya

Dan jebakan yang paling merepotkan, ia harus mendapatkan kunci yang berada di sebuah cermin, dan ia harus mencari segala cara untuk mengeluarkannya, padahal ia tau jika ia ingin mendapatkan kunci itu tanpa ingin menggunakannya ia pasti akan langsung mendapatkan kunci itu

Theo mendapatkan tattoo itu setelah melewati jebakan terakhir yaitu membunuh seekor naga tapi ia tidak boleh melakukan sendiri itu sebabnya ia menggunakan mantra Serpensortia, tetapi ia secara tidak sengaja memanggil seekor basilisk (sepertinya aku sedikit berlebihan ya 🗿-S. Ayon)

Setelah membunuh naganya ia pun merubah basilisk itu menjaga tattoo agar mudah dibawa, dan semoga saja Alois tidak terkena serangan jantung karena melihat seorang malaikat memiliki tattoo di tubuhnya

𝐃𝐞𝐠..

Tiba-tiba jantungnya berpacu dengan cepat, ia merasakan sesuatu yang buruk sedang terjadi

"Sial, aku harus kembali ke Kerajaan segera." Theo pun beranjak dari tempat itu

Ia berlari berlawanan arah dari letak portal yang ia buat, sebab ia berencana kembali ke kerajaannya dengan melewati nether agar tidak memakan waktu berhari hari

.
.
.
.
.

𝐖𝐮𝐮𝐬𝐡...

Theo pun keluar dari portal itu, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tidak ada siapapun disana sehingga ia mengernyitkan dahinya

"Dimana pengawal yang menjaga portal ini." Gumam Theo

Theo pun berlari menaiki tangga yang terhubung ke pintu keluar, sepanjang perjalanan ia mengernyitkan dahinya sebab tidak ada seorangpun yang menjaga lorong itu

Setelah keluar dari ruang bawah tanah Theo berlari menuju ke pintu keluar istana

𝐊𝐫𝐢𝐞𝐭𝐭...

Pintu raksasa itu pun di tarik olehnya

𝐃𝐞𝐠...

"Apa yang terjadi." Dari kejauhan terlihat asap dimana-mana bahkan Theo juga melihat banyak rumah warganya yang dilahap jago merah

Di udara ia melihat Alois dan Claude sedang bertarung melawan Naga yang jumlahnya mencapai 30 ekor lebih

𝐓𝐢𝐧𝐠...

𝑲𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒍𝒂𝒔𝒊 ⪻ 𝑴𝒐𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒕𝒂𝒓 ⪼ 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒊𝒍𝒍, 𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒌𝒊𝒍𝒍 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕?

Theo pun menekan tombol yes

𝑺𝒌𝒊𝒍𝒍 【𝑨𝒊𝒓 𝑾𝒂𝒍𝒌𝒊𝒏𝒈】
〖𝑳𝒆𝒗𝒆𝒍 𝟏〗

𝑺𝒌𝒊𝒍𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂
𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒂𝒏: 𝟏 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔
𝑪𝒐𝒐𝒍𝒅𝒐𝒘𝒏: 𝟏𝟐 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔
𝑵𝒐𝒕𝒆: 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒔𝒌𝒊𝒍𝒍 𝒏𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒆𝒗𝒆𝒍 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒃𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑪𝒐𝒐𝒍𝒅𝒐𝒘𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈

"Gunakan skill." Gumam Theo

𝑺𝒌𝒊𝒍𝒍 【𝑨𝒊𝒓 𝑾𝒂𝒍𝒌𝒊𝒏𝒈】〖𝑳𝑽.𝟏〗 𝒅𝒊𝒂𝒌𝒕𝒊𝒇𝒌𝒂𝒏

𝑺𝒌𝒊𝒍𝒍 【𝑺𝒉𝒂𝒅𝒐𝒘 𝑺𝒕𝒆𝒑】〖𝑳𝑽.???〗 𝒅𝒊𝒂𝒌𝒕𝒊𝒇𝒌𝒂𝒏

Theo menghilang dari tempatnya berdiri dan tiba-tiba muncul di dekat naga naga itu, lalu ditangannya terlihat sebuah gelas(?) Berisi darah/wine dan gelas itupun pecah

𝐏𝐲𝐚𝐫...

𝐖𝐮𝐬𝐡...

Darah/wine yang berada di dalam gelas itu berubah menjadi mata pedang/rapier sedangkan gagang gelas itu berubah menjadi pegangan pedang itu

𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐏𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭
(Btw ini rapier apa pedang?-S. Ayon)

"Aku terpaksa harus menggunakan artefak kesayanganku." Gumam Theo

Theo pun menebas semua naga itu, walaupun itu hanya menyebabkan luka kecil karena sisik naga cukup kuat

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

"Setidaknya luka ini cukup." Gumam Theo sambil melihat luka milik naga naga itu meneteskan darah

𝑺𝒌𝒊𝒍𝒍 【𝑩𝒍𝒐𝒐𝒅 𝒐𝒇 𝑭𝒊𝒓𝒆】 〖𝑳𝑽.??? 〗𝑫𝒊𝒂𝒌𝒕𝒊𝒇𝒌𝒂𝒏

𝐂𝐭𝐚𝐤...

𝐃𝐮𝐚𝐫...

𝐃𝐮𝐚𝐫...

𝐃𝐮𝐚𝐫...

𝐁𝐮𝐮𝐦...

𝐉𝐥𝐚𝐫...

Terjadi ledakan besar secara beruntun yang berasal dari luka naga itu, dan ledakan itu menyebabkan semua naga mati sehingga mayat naga itu jatuh menimpa rumah penduduk yang ada di bawahnya

𝐁𝐨𝐨𝐨𝐦...

Setelah itu mereka(Theo, Alois dan Claude) turun kebawah secara perlahan

"THEO, APA YANG TERJADI PADA TANGANMU." Alois berlari menghampiri Theo, ia khawatir melihat luka bakar di tangan kiri Theo

"Jangan khawatirkan aku, ini hanya luka kecil. Beberapa jam lagi juga bakal sembuh kok." Setelah menyimpan kembali pedang yang sudah berubah kembali menjadi gelas, Theo pun mengibaskan tangan kanannya

"Luka bakar anda terlalu parah tuan, lebih baik anda pergi menemui tabib." Ucap Claude

"Tidak, karena kita masih memiliki masalah yaitu para Orc." Theo menunjuk segerombolan Orc yang berlari mendekati mereka, ia pun menghilang dri pandangan dan kembali muncul tepat di depan kawanan Orc itu

𝐊𝐡𝐞𝐤𝐤....

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐉𝐥𝐞𝐛...

𝐒𝐫𝐚𝐤...

𝐁𝐫𝐮𝐤...

Seketika para Orc itu tumbang karena serangan Theo

"Aku dari dulu bingung, kok kamu bisa gampang banget ngalahin Monster monster itu sih, aku sama Claude aja radak kesusahan ngadepin nya." Alois menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Itulah kegunaan status window dan stats, siapa suruh gak mau join game buatan kakekku." Ucap Theo (dari ucapan Theo udah dipastiin siapa kakeknya dia tanpa ngasih tau 🗿-S. Ayon

"Aku gak tertarik dan gak mau terlibat sama permainan yang resiko kematiannya mencapai 80%, dan aku gak mau berurusan dengan para bintang yang ada di atas langit sana." Alois menunjuk kearah bintang bintang yang berada diatas langit

Jujur pemandangan langit disekitar mereka sangat indah (minus kekacauan yg terjadi) dikarenakan langit berwarna biru-oranye dengan awan putih yang seperti kapas dan bintang bintang yang bertebaran di langit

Walaupun matahari masih bersinar terang di sore hari itu, bintang bintang itu tetap bersinar terang seolah-olah sedang berlomba-lomba untuk menunjukkan siapa bintang yang bersinar paling terang

"Kau lihat kan Theo, mereka berkelap-kelip seolah-olah menikmati pertunjukkan para naga tadi menghancurkan sepertiga ibukota ini, untungnya kastil masih aman aman saja." Alois berterus-terang

"Kali ini aku setuju ucapanmu Alois." Ucap Claude

"Tidak semua konstelasi seperti itu, kau saja yang tidak tau akan hal itu." Sanggah Theo

"Oke aku akui bahwa aku tidak tau banyak tentang para bintang bintang sialan itu karena aku tidak mau tau :v, ohya aku mau bertanya apa tujuan kakekmu ingin menyatukan kembali Over World dengan Bumi, aku tidak percaya jikalau ia tidak memiliki niat tersembunyi dalam setiap tindakannya." Ucap Alois

"Kakek ingin menjalankan permainannya di Bumi itu saja, kau tau kan sekarang hanya bumi saja yang belum memiliki seorang Player." Jawab Theo

"Bukannya itu sama saja membuat bumi berada di ambang kehancuran sama seperti insiden yang menimpa Over World 2540 tahun yang lalu." Ucap Claude

"Iya memang sih, hanya saja permainan nantinya akan lebih mengerikan dari dulu, salah satunya adalah perang Orang Suci dan Iblis Besar." Ucap Theo (mwehehehe beberapa dri kalian seharusnya tau perang ini dari novel apa-S. Ayon)

"Aku bisa menebak awal kehancuran 'Eden' berawal dari peperangan itu." Celetuk Claude

"Hey jangan ngomong gitu dong, Father ku juga termasuk kedalam 'Eden', lagian Eden gak akan hancur jika ke-6 Archangel utama tidak ikut peperangan itu." Sanggah Theo

"Bukannya 7 ya." Ucap Alois

"Haishh... Kau lupa Paman Lucifer sudah menjadi Fallen Angel sejak lama, bahkan Paman adalah Raja Iblis di wilayah iblis ke-1 dan ke-2." Theo menatap datar Alois

"Terus kenapa dia masih disebut Konstelasi bukannya Raja iblis." Tanya Alois

"Nah klo itu jangan nanya aku, aku juga gak tau kenapa." Theo mengedikkan bahunya

.
.
.
.
.

Di sebuah laboratorium terlihat Rafel sedang eksperimen, terlihat dari ekspresinya yang terlihat senang dan pastinya dia sedang memikirkan ide gila lainnya

Saat Rafel sedang fokus dengan eksperimennya, pintu ruangan itu pun terbuka secara perlahan, sang pelaku yang membuka pintunya tersenyum ketika melihat Rafel yang sedang membelakanginya

Ia berkata dengan suara lembutnya yang khas. "Rafel, kamu sedang apa?" Tanyanya

Rafel yang mendengar suara seseorang pun langsung menengok ke belakang, ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu berbicara. "Aku lagi eksperimen kak, omong omong kenapa Kak Revan nyari aku?" Rafel melontarkan balik pertanyaan

Revan berjalan mendekat sambil berkata. "Kakak cuma lagi ngecek adek adek kesayangan kakak, dan ternyata kamu lagi eksperimen." Ucapnya

"Raphael lagi ngapain kak?" Tanya Rafel

"Biasa, kakak kembarmu itu lagi gibah bareng ikan koi yang ada di kolam belakang." Celetuk Revan

Rafel mengerjapkan matanya bingung. "Lah sejak kapan Raphael bisa bahasa ikan." Ucap Rafel

"Entahlah, mungkin semenjak Raphael kenal sama Raja ikan pas di Hogwarts." Jawabnya asal

Rafel yang mendengar itu terkekeh. "Hehe ya ya ya, untung saja Ayon tidak ingat masa lalunya, jika ingat pastinya dia langsung menyadari siapa yang tiba-tiba membicarakannya." Ucap Rafel

Rafel membalikkan badannya dan memasukkan cairan berwarna emas dan cairan berwarna silver ke dalam gelas beaker, dia pun mengaduk ke 2 cairan itu dengan menggunakan Overhead Stirrer

Revan memperhatikan apa yang Rafel lakukan, dia yang sepertinya gabut bertanya. "Bolehkah aku membantumu?"

Rafel menengok ke arah Revan dan berkata. "Bolehkah kakak ambilkan buah Belladona di lemari pengawet yang ada disana?"

"Hey, apa yang mau kau lakukan dengan buah itu?" Tanya Revan memicingkan matanya curiga

"Aku hanya ingin mencampurkannya sari buahnya kedalam cairan ini." Rafel mengambil cairan yang sudah di aduk, dan cairan itu berubah menjadi hijau keperakan (Jangan bingung kenapa jadi hijau, soalnya ini bukan tentang percampuran warna 🗿-S. Ayon)

Revan yang mendengar itu hanya bisa speechless, walaupun begitu ia tetap mengambilkan buah itu sesuai permintaan adiknya

Saat Revan kembali dengan membawa buah Belladona di tangannya, cairan yang di dalam beaker sudah berubah warna menjadi hitam pekat dan sedikit asap berwarna ungu gelap

"Ini Fel." Revan memberikan buah Belladona pada Rafel

Revan pun duduk di kursi terdekat dan mengamati Rafel, sedangkan Rafel mengambil sari buahnya dan memasukannya kedalam tabung reaksi

Rafel mengambil sebuah botol berisi racun basilisk (njir-S. Ayon) dan memasukkan 1 tetes ke dalam tabung reaksi sehingga cairan yang awalnya berwarna ungu berubah menjadi hitam legam

Revan yang sedari tadi memperhatikan Rafel pun dibuat kebingungan dengan apa yang akan Rafel lakukan dengan cairan itu

Rafel pun mencampurkan cairan hitam di tabung reaksi dengan cairan yang berada di gelas bearker, saat kedua cairan itu diaduk menggunakan Overhead Stirrer seketika cairan itu berubah menjadi jernih seolah-olah itu adalah air yang bisa di minum

"Sudah jadi~" Rafel mengangkat gelas beaker itu tinggi tinggi dengan ekspresi senang yang terpasang pada wajahnya

"Lalu fungsinya untuk apa?" Tanya Revan

Rafel yang mendengar itu tersenyum, ia mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengambil tikus yang berada di kurungan

Rafel melempar tikus itu ke udara dan menggumamkan. "Engorgio." Dan seketika tikus itu berubah ukuran menjadi besar

Sebelum tikus itu kabur Rafel segera mengikat tikus itu menggunakan Rantai yang terbuat dari cahaya

"Fungsi cairannya itu seperti ini." Rafel meneteskan cairan bening itu ke mulut tikus menggunakan pipet

Sepersekian detik kemudian tikus itu Mencicit/memekik dengan keras dan bergerak gerak seolah-olah dianya sedang kesakitan, Revan menutup kedua telinganya karena cicitan(?) Tikus itu sedangkan Rafel memandang tikus itu dengan senyum lebarnya

Tidak ada 15 detik tikus itu mati dengan mulut yang sudah berbusa

"YES, BERHASIL LAGI." Rafel melompat lompat kegirangan

Sedangkan Revan hanya geleng geleng kepala karena heran. "Bukannya itu berbahaya ya?"

"Ayolah~ aku cuma ingin bermain." Rengek Rafel

"Untung saja mansion ini terhindar dari jangkauan para konstelasi, jika tidak mereka akan tahu apa yang kau lakukan di lab ini dan pastinya mereka akan mendiskriminasi dirimu seperti dulu lagi, 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪." Ucap Revan dan bergumam di akhir

"Tenang saja Kak, aku yang sekarang bukanlah diriku yang dulu, sekarang aku sudah bisa melawan kehendak mereka semua, ayah juga pasti tidak akan tinggal diam seperti dahulu, jadi jangan khawatir jika hal itu akan terjadi lagi di masa depan." Rafel memegang kedua tangan Revan sambil menunjukkan senyumannya yang menenangkan

Revan yang melihat senyuman itu seketika menangis, dia tahu apa yang sudah adiknya lalui, dan dia merasa dirinya bukanlah sesosok kakak yang baik untuk adiknya itu, Revan menggumamkan ucapan maaf berkali-kali

Rafel yang melihat kakaknya menangis langsung melepaskan sarung tangan yang ia pakai, ia kemudian menghapus air mata yang keluar dari kelopak mata milik Revan

"Kenapa kakak minta maaf? Kakak tidak pernah melakukan kesalahan sehingga harus meminta maaf padaku." Rafel berbicara sambil mempertahankan senyumannya

Revan yang mendengar ucapan Rafel pun menggelengkan kepalanya. "Kakak minta maaf karena dulu kakak tidak selalu ada untukmu." Gumamnya

"Kakak tidak perlu minta maaf akan hal itu karena aku tahu kakak dulunya sangat sibuk, lagian aku gak sendirian kak, masih ada Raphael disisiku." Ucap Rafel

Seseorang yang sedari tadi mendengar percakapan mereka dari luar pun sontak pergi dari sana dengan terburu-buru, orang itu sengaja membiarkan dua orang yang berada di laboratorium untuk menghabiskan waktu berdua dikarenakan mereka jarang sekali menghabiskan waktu berdua untuk mengobrol satu sama lain

.
.
.
.
.

Dan di sinilah kita di atap Mansion milik Revan, Raphael membaringkan tubuhnya di genteng yang miring, ia memandangi langit dengan tatapan kosong, jarang bagi seorang Raphael menunjukkan tatapan kosongnya saat ia berada di dunia ini

Walaupun dulu tugasnya adalah sebagai Malaikat maut, tatapannya selalu terlihat dengan berbagai emosi walaupun ekspresinya tertutup oleh ekspresi datarnya

Setelah bermenit-menit Raphael disana, muncul seseorang yang wajahnya sangat mirip dengan Rafel, yang membedakannya adalah rambut putih orang itu dihiasi warna merah, sedangkan rambut putih Rafel dihiasi dengan warna emas, bahkan mata orang itu berwarna merah dara

(Walaupun Raphael dan Rafel adalah anak kembar, mereka berdua mukanya gak mirip ya, soalnya mereka berdua kembar fraternal-S. Ayon)

Orang itu sedang memperhatikan Raphael yang dari tadi menatap langit, ia pun berkata. "Apa yang sedang kau lakukan Emrys." Ucap orang itu

Raphael melirik orang itu sekilas. "Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau berada di sini Kak Mordial?" Tanya Raphael

Orang itu a.k.a Mordial terkekeh pelan. "Jika bukan karena ayah, aku pasti tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di dunia ini." Jawabnya

"Jadi benar ayah mulai menunjukkan dirinya lagi? Bagaimana jika konflik dimasa lalu kembali terulang karena dia menampakkan dirinya?" Tanya Raphael

Mordial yang mendengar itu terdiam, memang benar alasan utama konflik dimasa lalu adalah karena ayah mereka dan pastinya alasan ayah bersembunyi dari mereka agar konflik diantara mereka mereda

Setelah sekian lama mereka berdua saling diam satu sama lain, akhirnya Mordial berbicara. "Jika terjadi konflik lagi berarti mereka yang terlibat tidak pernah belajar dari kesalahan, dan mereka akan kembali dihukum bukan?"

Raphael yang mendengar itu pun mengangguk. "Ya, beberapa dari mereka memang belajar dari kesalahan, tapi aku ragu dengan mereka ber-6, kau tahukan sempat terjadi bentrokan diantara mereka." Ucap Raphael

"Memang ada kemungkinan besar bentrokan itu akan terjadi lagi saat dunia ini sudah berakhir, dan ada kemungkinan besar Ra dan juga Selene akan dilenyapkan oleh ayah agar bentrokan itu tidak terjadi lagi." Ucap Mordial

Setelah Mordial selesai berbicara, mereka berdua kembali saling diam satu sama lain, Raphael yang masih menatap kosong langit dan Mordial yang melihat pemandangan disekitarnya

Mereka berdua lebih sering diam karena sejak dahulu kala mereka berdua tidak terlalu dekat, Raphael yang selalu berada di sisi Rafel dan terkadang melakukan tugasnya sebagai Malaikat maut membuatnya jarang bertemu Mordial

Sedangkan Mordial yang memang sedari dulu lebih suka menyendiri diantara tumpukan buku sangat jarang bertemu dengan saudaranya yang lain termasuk Raphael, dan karena itu mereka tidak terlalu mengenal satu sama lain sehingga mereka bingung mau mengobrol tentang apa

Mordial merutuki dirinya sendiri karena sedari dulu lebih memilih berkencan dengan buku dari pada meluangkan waktu bersama saudaranya, tetapi pada akhirnya dia mencoba bertanya dengan pertanyaan acak. "Sebenarnya kau kenapa sih, kau dari tadi terlihat tidak baik baik saja."

"Aku kenapa? Apakah aku akan baik baik saja setelah ingatan tentang masa kelamku menyerang secara bersamaan." Ucap Raphael

Mordial yang mendengar itu reflek mengusap rambut Raphael dengan lembut. "Kau anak yang kuat Raphael, tidak seperti diriku yang akan kabur dari masalah."

"Kak, apakah aku saudara yang buruk?" Tanya Raphael

"Jika orang sepertimu disebut saudara yang buruk lalu aku apa? Kau selalu berada disamping Rafel jika dia membutuhkanmu sedangkan aku tidak pernah ada ketika kakak tertua membutuhkan orang lain untuk mendukungnya." Ucap Mordial

Mereka berdua pun saling mengobrol hingga matahari terbenam, setelah mereka berdua selesai mengobrol Mordial pun pergi entah kemana dan Raphael turun ke bawah untuk makan

Saat Raphael masuk kedalam mansion terlihat Rafel berdiri sambil berkacak pinggang dan menatap tajam Raphael, sedangkan yang di tatap hanya menatap polos Rafel sambil berkata. "Kenapa?"

"Kau dari mana saja hah? Aku dan kak Revan mencarimu sampai mengelilingi mansion ini tahu, lihat itu, Kak Revan jadi kelelahan gara gara nyari kamu." Rafel mengoceh sambil menunjuk Revan yang sedang tertidur di sofa dalam keadaan kepala di lantai dan kaki di atas sofa (astaga -_-" -S. Ayon)

"Maaf, aku tadi niatnya cuma berjemur di atap tapi ketiduran." Raphael menunjukkan jurus andalannya yaitu puppy eyes

Rafel langsung mengalihkan pandangannya saat melihat tatapan menyilaukan dari Raphael. "Sebagai gantinya kau yang memasak, dan jangan lama lama." Ucap Rafel

Raphael langsung pergi ke dapur setelah mendengar titah dari permaisurinya :v

Dan hari itu ditutup dengan makan malam yang dipenuhi canda tawa oleh ke-3 Malaikat bersaudara itu

𝐓𝐛𝐜...

Catatan: kembar fraternal ini terjadi ketika dua sperma membuahi dua sel telur sehingga pasangan kembar tidak memiliki materi genetik yang sama. Alhasil, pasangan kembar fraternal biasanya tidak memiliki kemiripan pada karakteristik fisiknya. Bahkan, jenis kelaminnya pun bisa berbeda. [Source of Google]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top