AWAKE

Cast :
Kim Seok Jin a.k.a Jin BTS
Lee Jae Hwan a.k.a Ken VIXX
Lee Joo Hyun a.k.a OC
Yumi Park a.k.a OC
Other Cast (temukan sendiri)

_________________\_______<____\______

Seorang gadis menyeka air matanya pelan, sudah nyaris 2 minggu dia berdiam diri di sebuah kamar bernuansa putih itu. Tidak beranjak sedikitpun dari hadapan seseorang yang tengah tertidur pulas. Bukan tanpa alasan dia berdiam diri disini, dia tengah menunggu seseorang yang begitu dicintainya sadar dari koma.
Sesekali gadis itu mencium tangan kekasihnya yang terasa dingin di gemgamannya, kecelakaan yang menimpa kekasihnya beberapa waktu lalu, sudah cukup membuatnya nyaris kehilangan orang yang paling dicintainya ini. Tapi, tuhan ternyata masih memberikan kekasihnya umur panjang, meskipun pria di hadapannya belum juga menunjukan akan segera bangun dari koma. Tapi gadis ini tidak menyerah, dia yakin masih ada keajaiban untuk kekasihnya, dia hanya perlu menunggu. Tidak peduli jika harta kekayaannya akan habis, yang penting kekasihnya bisa sembuh dan kembali seperti sedia kala.

"Joo Hyun-ah kau belum pulang?" seseorang yang di panggil Joo Hyun itu menoleh kepada orang yang memanggilnya, matanya tampak kuyu karena lelah dan mengantuk. Joo Hyun tersenyum kepada sahabat dekatnya itu.

"Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian Yumi-ya" jawabnya pelan, Yumi hanya menggeleng pelan mendengar ucapan sahabatnya itu, sudah 3 hari Joo Hyun tidak pulang kerumah dan memilih tinggal di rumah sakit. Lihatlah wajah sahabatnya itu sudah sangat kuyu.

"Pasti kau tidak tidur selama 3 hari ini kan? Kantung matamu sangat besar"

"Aku pasti terlihat sangat jelek yah?" tanya Joo Hyun geli, dan hanya di balas anggukan oleh Yumi.

"Tidurlah, aku akan menunggui Jin oppa. Kau harus banyak istirahat, aku tidak ingin melihatmu sakit" Joo Hyun tersenyum mendengar ucapan Yumi, temannya ini memang sangat pengertian sekali, dengan gerakan sedikit tidak rela Joo Hyun beranjak pergi menuju kursi dan merebahkan badannya,
Aku benar-benar butuh tidur.
Hingga tidak beberapa lama suara dengkuran halus terdengar oleh telinga Yumi.

"Jin oppa, apa kau tidak kasihan pada Joo Hyun?  Dia menunggumu setiap hari seperti ini" Yumi memperhatikan wajah dari kekasih sahabatnya itu.

"Cepatlah bangun, kasian jika dia harus menunggumu terlalu lama"



Setiap langkah yang Joo Hyun ambil tidak luput dari sebuah senyum lebar, matanya berbinar ceria, auranya benar-benar baik sekali hari ini. Bagaimana tidak, penantiannya selama dua minggu ini akhirnya terbayar.  Kekasihnya telah sadarkan diri tadi pagi, meskipun sedikit kesal karena pihak keluarga Jin baru memberitahunya siang tadi. Nafasnya terengah, namun binar matanya tidak juga hilang, dengan sedikit canggung dia merapihkan penampilannya terlebih dahulu. Ohh ayolah dia harus tampil cantik di depan kekasihnya itu bukan?  Setelah yakin penampilannya sudah rapih, Joo Hyun menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan.

Semua orang yang ada di dalam kamar menoleh begitu mendengar suara pintu di buka, Joo Hyun tersenyum manis di ambang pintu. Nafasnya tertahan begitu matanya bersitatap dengan lelaki yang begitu di rindukannya itu. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, tidak menyangka lelaki di hadapannya sudah sadarkan diri, padahal rasanya baru kemarin dirinya masih berdo'a kepada tuhan agar kekasihnya cepat bangun dari komanya.

"Hyunie kenapa kau malah berdiri disitu, ayo masuk" interupsi dari nyonya Kim menyadarkan lamunan Joo Hyun, masih dengan senyum yang sama Joo Hyun melangkahkan kakinya memasuki ruangan tempat Jin di rawat selama ini.

Orang-orang yang berada disana bergantian memeluk Joo Hyun, mengucapkan selamat karena penantiannya telah berakhir. Hingga tibalah dia di hadapan lelaki pemilik hatinya itu.
joo Hyun membuang nafas panjang, ahh dia seperti anak remaja yang gugup saat bertemu kekasih mereka.

"Annyeong Kim Seok Jin" lelaki di hadapannya menatap Joo Hyun dengan dahi berkerut bingung.

"Nado Annyeong" balas Jin pelan, ahh rasanya lutut Joo Hyun lemas seketika. Berapa lama dia tidak mendengar suara Indah milik Jin? Joo Hyun tidak pernah menyangka jika efek dari tidak mendengar suara lelaki bernama Kim Seok Jin itu akan sangat besar baginya.
Langkah Joo Hyun bergetar saat berjalan mendekati Jin, seolah takut jika dia tidak hati-hati maka lelaki di hadapannya akan menghilang seperti buih.

Jin menatap bingung kearah wanita yang berjalan mendekatinya, bibir gadis itu tidak berhenti menyunggingkan senyum dan matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis.

"Apa kau merasa lebih baik?" Joo Hyun meringis mendengar pertanyaannya barusan, pertanyaan macam apa itu pikirnya.

Jin hanya mengangguk merespon ucapan Joo Hyun yang sudah duduk di kasurnya.
Dengan perlahan Joo Hyun menggengam tangan Jin, jantungnya berdetak kencang merasakan kehangatan dari tangan Jin, kehangatan yang mengaliri tubuhnya.

"Aku benar-benar takut, aku takut tidak bisa menggengam tangan ini kembali"
Joo Hyun mengarahkan kepalanya untuk mengecup tangan Jin, namun belum juga sempat Jin lebih dulu menarik tangannya dari gemgaman Joo Hyun.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jin bingung. Sementara itu orang-orang di ruangan itu hanya tertawa melihat kelakuan dua sejoli ini.

"Wae?  Apa aku tidak boleh mencium tanganmu?"

"Tentu saja tidak boleh" jawab Jin tegas, Joo Hyun yang mendengar suara dingin Jin mengerutkan dahinya bingung.

"Apa kau marah karena aku datang telat?  Atau kau marah karena aku tidak ada di sampingmu saat kau sadar?" Jin menatap gadis di hadapannya dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa aku harus marah padamu. Memangnya aku siapamu hah?" Joo Hyun bangkit dari duduknya, dia menatap Jin marah.

"Nan nuguya?  Yang benar saja"

"Apa kau sedang mengerjaiku?  Baiklah, aku minta maaf karena telat datang. Jangan merajuk lagi kau bukan lagi anak kecil. Atau kau ingin aku cium yah?" tanya Joo Hyun asal. Jin yang mendengar perkataan Joo Hyun menatap penuh kebingungan pada gadis di sampingnya.

"Neo nuguya? Aku rasa aku tidak punya teman atau kerabat seperti mu. Bahkan dalam mimpipun aku tidak pernah bertemu denganmu" tatapan Jin begitu mengintimidasi Joo Hyun. Bagaimana tidak, lelaki itu menatap Joo Hyun dari atas sampai bawah, seolah tengah memberi penilaian. Dia seperti Jin yang dulu, Jin yang dia temui beberapa tahun yang lalu.

Joo Hyun menelan ludahnya susah payah, sementara orang-orang yang ada disana menatap dirinya dan Jin bergantian.

"Jangan bercanda Jin, masa iya kau tidak mengenal Joo Hyun" ucap nyonya Kim lembut pada anaknya itu.

"Apa eomma mengenal wanita itu?  Sudah kubilang aku tidak tahu dia itu siapa" jawab Jin kekeuh, matanya menatap Joo Hyun tajam.

"Kau benar-benar tidak mengenalku?" suara Joo Hyun bergetar, air mata yang di tahannya luruh juga. Seharusnya tangisannya ini tangis bahagia, tapi kenap ini terasa begitu menyesakan untuk Joo Hyun.

"Ahh tunggu sebentar, Jin apa kau ingat padaku?  Coba sebut namaku" tanya Ken memastikan. Semua orang di ruangan itu menunggu dengan harap-harap cemas.

"Tentu saja aku ingat, kau itu Lee Jae Hwan alias Ken sahabatku" Ken menghembuskan nafas lega karena Jin mengingat dirinya, dia kembali menyuruh Jin untuk menyebutkan nama semua orang yang ada di ruangan itu, hingga giliran Joo Hyun.

"Apa kau bisa mengingatnya sekarang?"
Jin menggeleng sebagai jawabannya.

"Aku tidak ingat apapun tentang dia"

Tangan Joo Hyun terkepal rapat, ini sangat menyakitkan. Dirinya menunggui lelaki ini siang dan malam, dan pada saat dia sudah mendapatkan secercah kebahagiaan dia kembali di hempaskan ke dasar.

"Jangan bercanda, ini tidak lucu"

"Untuk apa aku melucu?  Kau ini siapa? Bahkan aku tidak mengenalmu" Jawab Jin sinis.

"Ehemm, sayang coba ingat-ingat lagi. Perhatikan wajahnya, kau pasti merasa familiar bukan" Nyonya Kim mencoba membuat Jin mengingat Joo Hyun kembali. Jin memperhatikan Joo Hyun dengan intens membuat Joo Hyun merasa tidak nyaman.

"Kenapa kau mirip Ken?" Joo Hyun mengepalkan jari-jarinya erat, menahan marah dan sakit bersamaan.

"Tentu saja dia mirip denganku, diakan memang adikku" sambar Ken cepat.
Jin yang mendengar itu menoleh dengan dahi berkerut.

"Bukannya kau bilang adikmu sedang di laur negeri , sedang kuliah jurusan management bisnis?" Ken membuka mulutnya tak percaya, semua orang yang ada di ruangan itu meringis mendengar perkataan Jin, satu yang mereka pikirkan, kepala pria ini bermasalah.

"Cepat panggil dokter" titah tuan Kim, dengan segera Yumi dan Ken berlari dari ruangan rawat Jin.

"Dokter untuk apa?  Mereka sudah memeriksaku tadi"

"Kita harus memastikan sesuatu"




Jin keluar dari ruang pemeriksaan, semua orang yang menunggu berdiri seketika. Termasuk Joo Hyun yang ikut menunggu, sebenarnya iya sangat ingin pergi dari tempat ini sedari tadi. Sudah cukup menyakitkan untuknya tidak di ingat oleh orang yang paling di cintainya, dia harus mendengar penjelasan apa lagi. Sudah jelas jika lelaki itu tidak dapat mengingatnya lagi.

Dokter yang memeriksa Jin keluar, dan dengan segera di kerubungi oleh semua orang.
"Dokter bagaimana keadaanya?  Tidak ada yang salahkan dengannya? Semuanya baik-baik sajakan?" tanya nyonya Kim beruntun.
"Secara fisik dia memang baik-baik saja, dia tidak mengalami luka atau cidera serius" semua orang menghela nafas lega, termasuk Joo Hyun yang diam-diam mendengarkan percakapan mereka.

"Lalu kenapa di tidak bisa mengingat Joo Hyun?" tanya Ken penasaran. Sang dokter menghela nafas panjang.

"Dia mengalami amnesia" Deg!  Joo Hyun merasa jantungnya nyaris saja berhenti berdetak, apa katanya tadi amnesia?  Dia bilang  tadi Jin baik-baik saja, lalu kenapa sekarang dia bisa amnesia?

"Bagaimana bisa? Kau bilang tadi dia baik-baik saja" tanya Joo Hyun sarkas, matanya menatap dokter tua itu tajam.

Dokter dengan name tag Cha Taehyun itu mengurut pangkal hidungnya pusing.

"Dia mengalami selective amnesia, hanya sebagian dari ingatannya yang hilang" nyonya Kim menangis di pelukan sang suami mendengar penjelasan dokter Cha, sementara Yumi dan Ken hanya menunduk tidak tahu harus berbuat apa.

"Jadi maksudmu aku termasuk kedalam ingatan yang di lupakannya" Dokter Cha mengangguk pelan, dan Joo Hyun hanya mendengus tidak percaya.

"Jika mendengar dari cerita kalian tadi, kurasa mungkin memori yang di lupakannya bisa 2 sampai 3 tahun kebelakang"

"Bagaimana cara menyembuhkannya"

"Ne?? Ahh itu, sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan amnesia, ahh dan juga jangan terlalu memaksanya untuk mengingat sesuatu yang tidak dapat di ingatnya, itu sangat berbahaya untuknya. Apa ada di tanyakan lagi?" Joo Hyun hanya menggeleng lemah menjawab pertanyaan dokter tua itu.

"Kalau begitu saya permisi"

Joo Hyun membalikan badannya, berniat untuk pergi dengan sisa tenaga yang masih dimilikinya, air matanya mengalir dengan deras. Namun belum juga berjalan seseorang menarik dirinya kedalam sebuah pelukan ternyaman yang slalu mampu membuatnya tenang.

"Tumpahkan semuanya, oppa akan menampungnya. Sama seperti dulu" bisik Ken di telinga adiknya itu.

"Bagaimana bisa dia melupakanku? Ini menyakitkan, sangat"




Sudah seminggu semenjak kejadian di rumah sakit, dan sudah selama itu pula Joo Hyun tidak keluar dari kamarnya. Semua orang di rumah sudah berulang kali membujukny untuk keluar dari kamar, tapi dia bebal dengan keputusannya. Nyonya Lee sudah putus asa menghadapi kekeras kepalaan anak bungsunya itu, bahkan Ken sudah membujuknya dengan berbagai hal tapi hasilnya nihil. Kali ini Ken mendatangkan sahabat karib adiknya itu, siapa lagi kalau bukan Yumi, Ken harap Yumi dapat membujuk bocah keras kepala itu.

"Apa kau benar-benar tidak ingin keluar dari kamar?" tanya Yumi dari balik pintu, sementara Joo Hyun masih menenggelamkan dirinya dalam selimut tebal, keadaanya kacau sekali. Kedua matanya sembab dengan kantung mata yang besar, hidungnya merah wajahnya juga terlihat pucat.

"Tadinya aku ingin mengajakmu makan bersama, kebetulan ada restoran Italia yang baru saja dibuka dekat sungai Han. Tapi, sepertinya aku harus pergi sendiri" Yumi tidak bohong tentang hal ini, dia memang ingin datang ke restoran yang baru buka itu.

"Aku tidak tertarik untuk makan-makan"
Yumi hanya tersenyum mendengar jawaban Joo Hyun.

"Tadinya aku juga mau memebelikanmu sebuah tas keluaran terbaru dari gucci, tapiiiiiii....... "

Braaaaaaaaaakk...
Yumi menahan tawa begitu pintu di hadapannya dibuka dengan kasar dan menampilkannya sosok penghuninya yang begitu kacau.

"Awas jika kau bohong" Yumi mengangguk pasti sebelum Joo Hyun kembali masuk kedalam kamar untuk bersiap-siap.

"Bagaimana bisa kau membujuknya untuk keluar kamar?" tanya Ken takjub, Yumi hanya tersenyum misterius kearah Ken.

"Yang jelas ku harus tahu apa yang paling diinginkan perempuan" Ken hanya mengerutkan dahi tidak mengerti akan perkataan kekasihny itu, tapi dia bersyukur karena Yumi mampu mengajak Joo Hyun keluar dari kamar.





Masih ingat perkataan Joo Hyun bahwa dia tidak tertarik untuk makan? Sepertinya di sudah lupa dengan perkataannya barusan, buktinya sekarang dia sedang memasukan segala jenis makanan yang ada tersaji di meja mereka dengan lahap, mirip orang yang tidak makan dalam jangka waktu yang lama.

"Pelan-pelan nanti tersedak" ujar Yumi memperingatkan temannya itu, Joo Hyun tidak menggubris ucapan Yumi sama sekali dia terlalu sibuk mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Apa kau tidak akan kembali berkerja?" Joo Hyun menghentikan gerakan tangannya saat mendengar pertanyaan Yumi.

"Aku belum siap bertemu dengan dia"

"Jin oppa akan cuti selama 1 bulan, dia butuh waktu untuk penyembuhan secara total" Joo Hyun menghela nafas panjang, dia mengalihkan tatapannya ke luar jendela.

Setelah percakapannya dengan Yumi hari itu, keesokan harinya Joo Hyun mulai masuk kerja kembali. Tentu hal ini membuat kedua orangtuanya senang karena anaknya sudah bisa kembali seperti sedia kala.
Tapi, mereka tidak tahu jika sebulan terakhir ini Joo Hyun seperti robot pekerja, bahkan di hari liburpun dia tetap berkerja, badannya tampak kurus karena nutrisi yang masuk tidak seimbang dengan aktivitas yang dilakukannya. Dia memforsir tubuhnya untuk terus berkerja tanpa henti.

Yumi dan Ken yang melihat perubahannya tidak bisa berbuat apa-apa,berulang kali mereka membujuknya untuk berhenti bekerja namun hal itu tidak di idahkan oleh Joo Hyun, dia seolah menulikan kedua telinganya.
Ada saja yang di kerjakan Joo Hyun setiap harinya, bahkan jika tidak berkerja di kantor dia akan berkerja paruh waktu di cafe milik kakak sepupunya, Yumi sampai tidak habis pikir dari mana sebenarnya dia mendapatkan tenaga untuk terus berkerja.

Joo Hyun sendiri bukan tanpa alasan memilih berkerja rodi seperti ini, ini adalah bentuk pertahanan dirinya. Berkerja tanpa henti membuatnya bisa melupakan Jin untuk sementara, setidaknya dia bisa melupakan lelaki itu untuk sementara. Tapi, tetap saja jika malam telah larut dia akan menangis diam-diam. Hatinya menahan sakit luar biasa, dia ingin kekasihnya kembali kedalam pelukannya.

Semua pegawai wanita di kantor hari ini begitu ribut, mereka sibuk berbisik satu sama lain. Joo Hyun tidak ambil pusing mengenai hal ini, dia lebih memilih bergegas pergi ke ruangannya. Ken sudah menelponnya sedari tadi karena terlambat datangke kantor.

"Kenapa di luar ribut sekali?" tanya Joo Hyun pada Ken yang sedang sibuk menekuni berkas ditanganya.

"Kau tidak tahu?" Joo Hyun menggeleng pelan sembari mendudukan dirinya di kursi miliknya.

"Dia kembali" gerakan tangan Joo Hyun terhenti begitu mendengar perkataan Ken.

"Kau mau menyapanya? Berikan berkas ini padanya" Ken menyerahkan sebuah map berwarna merah.

"Aku tidak mau, kau serahkan saja sendiri"

"Apa maksudmu tidak mau?  Mau bagaimanapun aku imi atasanmu tahu"
Ucap Ken sembari menaik turunkan alisnya.
Dengan gerakan kesal Joo Hyun mengambil berkas yang di berikan Ken. Dan Ken hanya terkekeh melihat wajah kesal adiknya.

"Apa dia ada di ruangannya?" Yumi mendongkak saat suara Joo Hyun menyapa pendengarannya.

"Kau mau menemuinya? Dia ada di dalam"
Tanpa menjawab Joo Hyun membuka pintu di depannya.

"Annyeonghaseyo Kim sajangnim, saya membawa berkas yang harus anda tandatangani" Joo Hyun menelan ludahnya susah payah begitu melihat penampilan Jin hari ini. Kemeja putih slimfit yang sangat pas di tubuhnya, kacamata anti radiasi yang bertenngger sombong di hidung mancungnya, dasi yang berantakan dengan dua kancing teratas yang terbuka lalu lengan kemeja yang di gulung sampai siku. Ya tuhan bunuh saja Joo Hyun sekarang, kenapa Kim Seok Jin begitu menggoda iman sekarang, apa rasa bibirnya saat ini?
Ya tuhan apa yang kau pikirkan Lee Joo Hyun?  Pikirnya. Dengan segera Joo Hyun mengalihkan pandangannya, sebelum pikirannya semakin menjalar kemana-kemana.


"Dimana aku harus tandatangan?"

"Ne? Aahh disini" tunjuk Joo Hyun. Dengan gerakan cepat Jin menandatangani berkas itu lalu menyerahkannya pada Joo Hyun, dengan gerakan sedikit kikuk Joo Hyun mengambilnya. Dia masih diam di tempat tidak beranjak sedikitpun.

Bagaimana aku harus mengatakannya?  Pikir Joo Hyun keras.

"Apa ada yang masih kau butuhkan"

"Aa.. Ahh tidak. Hanya saja ituu.. Emm ituu anu" Jin menatap Joo Hyun dengan sebelah alis terangkat, menunggu gadis di hadapannya melanjutkan kata-katanya.

"Itu... Saya ingin minta maaf" ucap Joo Hyun pelan.

"Minta maaf untuk apa?" tanya Jin, suaranya terdengar heran.

"Kejadian waktu di rumah sakit saat itu saya... Ehm saya minta maaf untuk kejadian waktu itu" ucapan Joo Hyun berhasil memancing ingatan Jin tentang hari dimana dia pertama kali bertemu Joo Hyun.

"Ahhh kejadian waktu itu, gwenchana aku sudah melupakannya. Mungkin kau terlalu lama tinggal di luar negeri jadi budaya disana kau bawa kesini" Jin tersenyum kearah Joo Hyun, membuat gadis di hadapannya menahan nafas seketika.

"Terimakasih, kalau begitu saya pergi dulu"


Sudah dua bulan semenjak kejadian Joo Hyun meminta maaf pada Jin, semenjak itu Joo Hyun kembali bertekad untuk mengembalikan ingatan Kim Seok Jin akan dirinya. Berbagai cara sudah Ji Yeon lakukan untuk membuat ingatan pria itu kembali. Seperti menaruh makanan buatannya di meja kerja pria itu tapi dia malah membuangnya, padahal makanan buatan Joo Hyun tidak kalah enak dari masakan restoran. Atau sengaja menunjukan cincin tunangan mereka, tapi Jin malah mengucapkan selamat padanya. Bahkan kemarin Joo Hyun dengan sukarela menggantikan Ken untuk presentasi di depan para dewan deraksi hanya demi mendapatkan perhatian Jin, tapi hasilnya Jin hanya mengatakan jika dirinya sangat bagus saat presentasi.
Itu hanya sebagian kecil usaha Joo Hyun, tidak terhitung usaha macam apa saja yang sudah di lakukan oleh Joo Hyun.

"Hyun kau tahu sepertinya ada yang aneh dengan Seok Jin oppa" Joo Hyun mengerutkan dahinya begitu mendengar ucapan Yumi.

"Dia slalu menatapku seolah-olah aku ini makanan"

"Maksudmu?  Aku tidak mengerti"

Yumi membenarkan posisi duduknya.
"Maksudku, dia slalu menatapku dengan penuh minat. Seperti aku ini makanan"

"Jangan bercanda" ucap Joo Hyun malas menanggapi perkataan Yumi.

"Aku serius Hyun, kau tahu aku yakin sebenarnya dia masih mengingatmu dalam alama bawah sadarnya"
Joo Hyun bersedekap menatap Yumi dengan penuh minat.

"Kemarin setelah memakan bekal yang kau titipkan padaku, dia berkata seperti pernah memakan makanan itu"

"Lalu beberapa waktu lalu dia bertanya padaku apa aku pernah memotong pendek rambutku, kau tahu sendiri aku tidak pernah memotong rambutku. Tapi kau dulu memotong rambutmu sebahu"

"Dan kau tahu, kemarin dia berkata jika dirinya bermimpi bertemu seorang perempuan. Kau tahu aku yakin alam bawah sadarnya masih mengingatmu seutuhnya Hyun"

"Benarkah?" tanya Joo Hyun, matanya berkaca-kaca mendengar penjelasan Yumi barusan. Yumi mengangguk semat.


Hari ini entah mengapa Jin merasa senang,  bahkan sedari tadi dia tidak berhenti tersenyum membayangkan wajah seorang gadis yang berhasil mencuri perhatiannya.

"Anda memanggil saya tuan"

"Ahh ne Joo Hyun-ssi kemarilah" senyum Jin masih mengembang dengan lebarnya.

"Aku ingin meminta bantuanmu" Joo Hyun yang berdiri di hadapan Jin menatap bingung kearahnya.

"Bantuan apa?" Jin mendorong sebuah kotak beludru berwarna biru, terdapat sebuah liontin bermotif matahari disana. Sangat Indah.

"Aku ingin memberikan ini pada seseorang, apa menurutmu dia akan menyukainya?" Jin sama sekali tidak menyadari perubahan raut wajah Joo Hyun, wajah gadis itu berubah menjadi pusat pasi.

"Seseorang?  Nuguya" tanya Joo Hyun pelan, Jin tersenyum mendengar pertanyaannya barusan.

"Yumi, aku akan memberikan ini pada Yumi. Karena kau teman dekatnya aku pikir tidak ada salahnya meminta saran darimu" jantung Joo Hyun serasa di remas oleh sesuatu yang sangat kuat, tangannya terkepal rapat menahan segala macam emosi yang menguasainya. Sakit dan sesak secara bersamaan.

"Tentu saja dia akan menyukainya" jawab Joo Hyun datar.

"Tentu saja, pilihanku tidak pernah salah"

"Mian sajangnim, tapi aku harus kembali berkerja"

"Ahh tentu saja, ohh iyah besok kita akan makan siang bersama, datanglah bersama Ken arra" Joo Hyun hanya mengangguk lalu bergegas pergi dari hadapan Jin.

Yumi yang melihat Joo Hyun keluar dengan keadaan menangis menautkan kedua aliasnya bingung, dia berniat mengejar Joo Hyun tapi teleponya lebih dulu berbunyi.



Joo Hyun menangis sejadi-jadinya di ruangan Ken, membuat sang kakak kelimpungan sendiri melihat adiknya yang tiba-tiba menangis.

"Berhentilah menangis dan ceritakan semuanya padaku" bujuk Ken lembut, namun Joo Hyun semakin menyembunyikan kepalanya di dada Ken.

"Hyunie, kau tidak percaya padaku hmm?  Kenapa kau menangis hmm?" Ken menangkup gadis kecilnya itu, dulu hal ini slalu ampuh jika Ken melakukannya pada Joo Hyun agar dia mau bercerita.

"Dia menyukai kekasihmu" DEG. Ken menelan ludahnya susah payah, segala macam pikiran buruk menghantuinya sekarang. Namun Ken masih mampu mengendalikan dirinya.

"Apa maksudmu aku tidak mengerti, jelaskan pelan-pelan mengerti"
Dan mengalirlah cerita dari mulut Joo Hyun, mengenai Yumi yang merasa aneh pada Jin karena sikapnya berubah menjadi lebih hangat. Lalu firasat Joo Hyun jika Jin tengah menyukai seseorang dan Yumi yang blak-blakan mengatakan jika Jin sepertinya menyukai dirinya, lalu Jin yang manggil dirinya keruangannya ternyata menanyakan beberapa hal tentang Yumi, termasuk mengenai liontin yang tadi di perlihatkan oleh Jin padanya.

Ken menghela nafas panjang saat mengingat cerita Joo Hyun tadi, kenapa semunya terasa sangat rumit sekarang. Ken percaya jika Yumi tidak akan mengkhianatinya begitu juga Joo Hyun yang yakin akan hal ini. Tapi Jin?  Apa dia akan menerima hal ini jika tahu dirinya dan Yumi adalah sepasang kekasih, Jin adalah orang yang nekat jika sudah menginginkan sesuatu. Ken merasa khawatir sekarang,  tangan Ken terulur untuk mengelus kepala Joo Hyun yang kini tengah tertidur pulas di pangkuannya.

Siang ini Joo Hyun memutuskan untuk naik taksi menuju restoran untuk makan siang, lebih tepatnya di undang makan siang.
Joo Hyun sampai disana bersamaan dengan Yumi dan Jin, sedangkan Ken masih di jalan karena tadi di ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.

Yumi berjalan menghampirinya dengan sedikit berlari, Joo Hyun yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Ya Yumi memang belum tahu mengenai masalah ini, Jin yang melarangnya untuk memberitahu Yumi.
Yumi masih berlari kecil menghampiri Joo Hyun tanpa sadar jika si belakangnya ada sebuah sepeda motor yang melaju kencang.

"YUMI AAAAWASSS!!!!" Dengan sigap Joo Hyun menarik tubuh Yumi sebelum terserempet motor itu, tubuh mereka berdua menghantam kerasnya aspal. Joo Hyun meringis merasakan sakit di kaki dan lengannya, sementara Yumi mengaduh saat kepalanya menghantam badan trotoar.

"Gwenchanayo? " Yumi mengangguk menjawab pertanyaan Joo Hyun, Yumi meringis melihat keadaan Joo Hyun yang tidak lebih baik darinya.

Jin yang melihat kejadian barusan berlari secepat yang dia bisa, pikirannya kacau sekarang. Bagaimana tidak orang yang di sukainya nyaris saja tertabrak motor.

"Yumi Gwencahan?" tanya Jin panik  begitu sampai di hadapan Yumi dan Joo Hyun.

"Ahh ne, aku baik-baik saja" Joo Hyun membeku di tempatnya.
Bahkan kau tidak menyadari keberadaanku
Joo Hyun memalingkan wajahnya kearah lain, tidak sudi melihat adegan romantis di hadapannya.

"Kepalamu berdarah, tanganmu juga lecet. Kita kerumah sakit sekarang"

"Ne??  Tidak-tidak aku baik-baik saja" Joo Hyun bangkit dari posisinya, memilih menghindari kedua orang di hadapanya.

"Kau bilang tidak apa-apa?  Kau terluka dan memerlukan perawatan dokter secepatnya"

"Iyah aku tau tapii.... " tanpa babibu Jin mengangkat tubuh Yumi dan membawanya kedalam mobil, tidak mengdisahkan teriakan protes dari gadis itu. Sementara itu di sudut lain Joo Hyun hanya menonton kejadian tersebut, menonton kepergian sahabatanya dengan kekasihnya sendiri.

Ken datang tidak lama kemudian, dia panik begitu mendapat kabar jika Joo Hyun dan Yumi kecelakaan. Ken terdiam melihat adiknya yang tengah meringkuk di trotoar jalan.

"Hyunie" Joo Hyun mendongkak menatap kakak laki-lakinya itu,mata gadis itu basah dan sembab. Ken berjongkok lalu merengkuh tubuh rapuh adiknya itu, sontak saja tangis Joo Hyun semakin keras.

"Kenapa dia meningalkan aku? Harusnnya aku yang pergi bersamanya"
Tangan mungil Joo Hyun memukuli dada Ken pelan, tangan gadis itu terluka dan mengelurkan darah.

"Dia kekasihku, tunanganku oppa......kenapa dia pergi dengan orang lain" tangis Joo Hyun semakin kencang. Suaranya meracau tidak jelas sebelum akhirnya kegelapan merenggutnya.


Semenjak kejadian hari itu Joo Hyun lebih banyak diam, Yumi berulang kali meminta maaf padanya namun Joo Hyun hanya mengatakan untuk melupakan semuanya. Jin menyatakan perasaannya pada Yumi beberapa waktu kemudian, tapi tentu saja Yumi menolak Jin dengan tegas. Hubungan Jin dengan Ken juga merenggang karena Ken dan Yumi mengakui hubungan mereka, Joo Hyun sudah berhenti untuk berusaha membuat Jin mengingatnya kembali.
Seminggu setelah kejadian itu Joo Hyun memutuskan untuk resign, dia terlalu sakit hanya untuk melihat wajah Jin saja.

Beberapa waktu lalu Joo Hyun memutuskan untuk berkerja di Osaka Jepang, di perusahan milik pamannya.
Keputusannya ini di tentang habis-habisan oleh kedua orangtuanya dan juga Ken, mereka tidak habis pikir bagaimana bisa Joo Hyun berfikir untuk lari dari masalah ini.

"Karena aku terlalu pengecut, aku terlalu takut hanya untuk bisa menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa mengingatku seperti biasanya" jawab Joo Hyun kala itu.

Tidak ada yang bisa mencegah kepergian Joo Hyun, hari ini Ken,  Yumi dan kedua orangtuanya mengantarkan Joo Hyun ke bandara Incheon. Tapi, tentu saja tidak ada orang yang dia harapkan kedatangannya. Joo Hyun tersenyum lalu memeluk kedua orangtuanya erat sebelum masuk ke pintu keberangkatan.

"Jaga dirimu baik-baik, bibimu pasti akan menjagamu dengan baik. Dan ohh iyahh jika tidak betah bilang saja pada pamanmu kau ingin pulang, apa kah benar-benar akan pergi?" tanya ibunya memastikan, Joo Hyun hanya tersenyum lalu memeluk kedua orangtuanya lebih erat, seolah mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja.
"Jaga dirimu, kau sudah dewasa huh" Ken memeluk adiknya itu erat, merasa berat melepaskan adik satu-satunya itu.

"Yumi kau tidak ingin memelukku?"

"Sialan kau!" Yumi memeluknya erat, berulang kali dia mengumamkan kata maaf tapi seperti biasa Joo Hyun mengatakan untuk melupakannya.

Joo Hyun menatap satu persatu orang yang di sayangnya sebelum benar-benar pergi. Dengan senyum dibibirnya Joo Hyun melangkah memasuki pintu keberangkatan. Joo Hyun menoleh kearah keluarganya memperhatikan dengan lamat-lamat wajah mereka, hatinya berkata ingin melihat wajah Jin sekali ini saja.

Kau tahu aku tidak pernah takut jika kau menderita penyakit separah apapun. Yang aku takut hanyalah kau tidak bisa mengingatku kembali.

Bisakah kau bangun dari mimpi indahmu?
Mengingatku seperti sedia kala.
Bisakah kau terbangun dari dunia khayalmu?
Tentang  cinta yang seharunya jadi milikku.

Bisakah.... Bisakah aku bersamamu kembali.








Yeyeyeyeyeyyeee FF nya berese juga ^^ maaf telat, kemaren malem hui ketiduran guys :'v.
Happy birthday Kim Seok Jin, doanya terbaik buat dia wish you all the best my honey bunny sweety. And CONGRATULATION FOR DAESANG ARTIST OF THE YEAR OHH MY GOSHH HUI SENENG BANGEEET GUYS SAMPE NANGISS LOHH INI TAU BTS MENNAG ITU :""")
Ohh iya uuntuk let me know sorry Hui gk bakal update dulu yah soalnya mau fokus UAS, buat yg lagi UAS semngat yahh ^^ pokonya Happy birthday Jin, Congrats buat BTS,  BTS JJANG ARMY JJANG....

SALAM
HUI





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top