2-1 | Start From The Beginning

Moorevale High School, Moorevale, USA.
Present day, 9 September, 2020. 08.50 AM.

Beberapa bulan setelah nyaris tewas dilahap Partikel 201X, Dylan Grayson melanjutkan hidupnya sebagai remaja normal di Kota Moorevale. Pemuda itu mendaftarkan diri ke salah satu sekolah terbaik di kota.

Sebelum itu, Dylan juga mengasah kembali kemampuannya. Bisa dibilang, pemuda itu kini sudah 'menyatu sepenuhnya' dengan benda bercahaya itu. Jika ia menggunakan kekuatannya secara tepat, partikel tersebut tidak akan menyakitinya.

Bagian terbaiknya, Dylan bisa membuat potato chips kesukaannya yang sudah habis menjadi utuh kembali. Bisa dibilang, pemuda itu nyaris memiliki persediaan camilan gratis selama satu tahun, pengeluarannya pun tidak membengkak!

Mengenai Sean Grayson, pemuda itu sudah bisa menerima kematian ayahnya dengan berlapang dada. Bagaimana pun, takdir Tuhan tidak bisa diganggu gugat, 'kan? Menghidupkan orang mati hanya bisa terjadi di Game of Thrones.

Dylan memasuki kelas dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Bangku paling depan sudah terisi dengan murid-murid berkacamata tebal, sedangkan bangku belakang sudah dipenuhi oleh murid-murid yang sedang berkerumun dan tertawa bersama. Beberapa dari mereka mengecat rambutnya dan berpakaian serba hitam, termasuk ripped jeans, Vans atau Doctor Martens.

"Uh, bad guys," Dylan bergumam.

Selain kerumunan yang berpenampilan seperti 'preman', beberapa murid laki-laki berbadan besar—yang sepertinya adalah atlet—juga berkumpul di bangku belakang dan saling mengobrol.

Beberapa bangku di tengah masih kosong dan hanya diduduki oleh murid-murid yang menurutnya normal. Ia melangkah menuju bangku yang tersedia.

Baru saja ia mendaratkan bokong di atas kursi, atensi teman-teman sekelasnya teralihkan, mereka berhenti melakukan apa yang mereka lakukan.

"Oh my God! Are you Dylan Grayson?" ucap salah satu teman sekelasnya dengan lantang.

"Um, yes?" jawab Dylan gugup.

Teman-teman sekelasnya terkejut, beberapa saling berbisik satu sama lain.

"Kau bocah yang bangkit dari kematian!" seru pemuda berkacamata tebal di bangku depan.

"Bagaimana kau selamat dari ledakan itu dan bagaimana bisa kau baru kembali delapan bulan setelahnya?" tanya seorang gadis bertubuh mungil.

"Um, aku ... pingsan?" jawab Dylan asal.

"Pingsan? Selama delapan bulan? Impossible!"

"Pingsan selama delapan bulan? Itu dinamakan koma, kau tahu?"

"Bagaimana bisa tim SAR tidak menemukan tubuhmu di lokasi kejadian?"

"Something fishy. Apakah kau alien dan keluargamu menyelamatkanmu dengan UFO? Kemudian kau diturunkan kembali ke bumi delapan bulan kemudian?" tanya salah satu murid berkacamata tebal.

"What? No!" Dylan tertawa canggung.

"Oho, aku tahu dari mana kau berasal, Grayson. Area 51, 'kan? Area rahasia di Nevada yang dirumorkan menjadi sarang alien?" tanya salah satu laki-laki berotot di belakang kelas.

Beberapa murid tertawa. "Kita dengan senang hati akan datang ke rumahmu, Grayson! Tenang saja, kami akan merahasiakan identitasmu!"

Dylan tidak mengerti apakah teman-teman sekelasnya sedang mengejeknya atau hanya sekadar bercanda.

"Jadi ... kalian menganggapku alien? That's the weirdest thing I've ever heard!" jawab Dylan.

"Okay, maybe you're a ghost, dan kau sebenarnya sudah tewas delapan bulan yang lalu!"

Salah satu anak perempuan memukul bahu Dylan dengan kasar.

"Hei!" Dylan protes.

"Nope. Dia bukan hantu. Aku bisa menyentuhnya," jawab murid perempuan yang tadi memukulnya.

"Aku akan memberitahu sebuah rahasia pada kalian, berjanjilah apa yang kukatakan ini tidak kalian katakan pada orang lain," ucap Dylan serius.

Semua teman sekelas yang mengerumuninya mengangguk beberapa kali, mereka terlihat antusias.

"Lukaku cukup parah, aku koma selama tiga bulan dan menjalani perawatan di Brooklyn. Keluargaku tidak pernah mengonfirmasi kematianku, jadi awak media menganggapku sudah tewas. And yeah, in the end, my family faked my death," ucap Dylan lagi.

Beberapa murid mengernyit. Dylan berharap teman-temannya percaya dengan omong kosongnya.

"Why would your family do that? And how? Bagaimana dengan ayahmu?" tanya salah satu gadis berkacamata.

Dylan menekuk wajahnya. "Ayahku benar-benar tewas."

"Aaaaw, we're so sorry ...," lirih beberapa teman sekelasnya.

"Rich family nonsense privilege. Dengan uang, kau bisa dengan mudah membuat media mengarang berita bohong," ucap pemuda berkacamata.

"Kurasa itu terserah pada mereka, 'kan?" bela salah satu murid laki-laki berotot.

"I understand, keluargamu pasti ingin kau menjalani perawatan dengan tenang di Brooklyn. Kau tahu semua wartawan-wartawan tak tahu etika di luar sana?" Seorang gadis berambut cokelat mengangguk.

"Yeah! Bahkan ketika aku pulang ke sini, wartawan-wartawan gila itu tidak mau pergi dari depan rumahku!" seru Dylan.

"I know, right!"

Perlahan, nyaris semua murid di kelas mengerumuni pemuda itu dan banyak melontarkan pertanyaan. Keadaan inilah yang harus Dylan hadapi dengan bijak. Semua orang tidak ada henti-hentinya bertanya bagaimana ia bisa selamat dari ledakan itu dan Dylan harus pintar menjawab dengan alasan yang logis.

Tentu saja Dylan tidak menjawab sejujurnya. Dunia portal dan partikel 201X tetap menjadi rahasianya. Jika semua orang mengetahui tentang itu, dunia akan gempar. Bisa saja ia diculik dan dijadikan objek eksperimen, 'kan?

"Bolehkah aku berfoto bersamamu?" tanya salah satu gadis berambut pink.

Dylan tertawa canggung. "Huh? For what?"

"Untuk memamerkan pada teman-temanku, tentu saja. Mereka akan iri padaku jika mengetahui aku sekelas dengan Dylan Grayson yang bangkit dari kubur," jawabnya.

"Hei! Ikut!" seru beberapa teman sekelas Dylan yang lain.

Dylan melirik kanan dan kiri, kemudian tersenyum canggung saat teman-teman sekelasnya berkerumun untuk berfoto. Sungguh, mereka hampir sama hebohnya dengan wartawan yang mendatangi kediamannya beberapa bulan lalu.

Pemuda itu harus membiasakan diri dengan popularitasnya mulai dari sekarang.

*****

Moorevale High School, Moorevale, USA.
Present day, 9 September, 2020. 02.00 PM.

Bel pulang berbunyi, hari pertama bersekolah di Moorevale High School sudah selesai, Chloe Wilder berjalan menelusuri koridor untuk menyimpan beberapa textbook di dalam loker. Lorong sekolah merupakan tempat berkumpul yang cukup populer. Murid-murid saling bercerita sambil berdiri di depan loker. Itulah yang menyebabkan sebuah gosip cepat menyebar hingga ke seluruh penjuru sekolah hanya dalam waktu satu hari saja!

Setelah menyimpan textbook biologinya ke dalam loker, gadis itu menguncinya. Pendengarannya menangkap percakapan murid-murid yang berlalu lalang di koridor.

"It's him, right?" tanya salah satu murid berseragam cheerleader.

"Yup, It's him," jawab cheerleader di sebelahnya.

"Are you kidding me? How is it possible?"

Chloe melirik dua cheerleader yang baru saja melintas, kemudian menatap kosong punggung keduanya yang menghilang di balik kerumunan.

"Mungkin dia itu alien!"

"I know, right! Lihatlah ketika kita bertanya apakah dia alien atau bukan, ia terlihat gugup!"

"Kita harus mengawasi anak itu!"

Kali ini, kumpulan murid laki-laki dan perempuan saling mengobrol di koridor, beberapa dari mereka menggunakan kacamata tebal. Kerumunan tersebut masih terus mengobrol hingga menghilang di persimpangan koridor.

Chloe tertawa mengejek sambil bergumam. "Nerds. Tidak ada alien di dunia ini! Kalian terlalu banyak membaca komik!"

Atensi gadis itu tertuju pada semua murid di koridor yang terbagi menjadi beberapa kerumunan. Setelah mengamati mereka cukup lama, gadis itu mendapatkan satu kesimpulan yang ganjil, semua murid di sini membicarakan orang yang sama. Pemuda alien itu.

"Who is he?" gumamnya.

Chloe berusaha untuk tidak memikirkan tentang si Murid Alien dan memutuskan untuk menelepon Kelsey.

"Halo?" ucap Kelsey di seberang telepon.

"Where are you? Bolehkah aku pulang bersamamu?"

"I'm sorry, Sweetie. Aku ada kencan denganum, siapa namanyaHarry! Yeah, Harry! Si quarterback sekolah!"

Chloe menghela napas malas. "Biar kutebak, Harry adalah murid kedelapan yang mengajakmu berkencan bulan ini?"

"Yeah, but he's cute, jadi aku menerima ajakannya."

"Well, good luck with that." Chloe menekuk wajah dan memutus panggilan telepon.

Berbeda dengan dirinya, Kelsey merupakan murid populer, semua orang suka padanya. Dengan posisinya sebagai kapten cheerleader, banyak sekali murid laki-laki yang mencoba mendekatinya. Padahal kini mereka satu sekolah, tetapi rasanya sulit untuk menghabiskan waktu berdua. Kelsey adalah murid senior yang akan lulus tahun depan, sedangkan Chloe baru menjalani hari pertamanya sebagai murid SMA.

Gadis itu menunduk untuk memasukkan ponselnya ke dalam celana jeans, kemudian berjalan menelusuri koridor. Tiba-tiba, tubuhnya menabrak seseorang, dengan cepat ia mendongak.

"I'm sorry" Ucapannya terputus, kedua netranya membola ketika mendongak dan menatap seseorang yang ditabraknya.

Gadis itu nyaris terkena serangan jantung ringan ketika menabrak seseorang yang sudah menghantuinya selama berbulan-bulan. Jantungnya berdetak berkali-kali lipat dari biasanya.

"Dylan Grayson!" seru gadis itu, "is that really you? Kau sekolah di sini?"

"Ssssttt!" Pemuda itu meletakkan jarinya di bibir dan berbisik, "Yeah, it's me. Tapi, pelankan suaramu! Aku lelah dengan reaksi orang-orang ketika mereka sadar aku bersekolah di sini!"

"Kita ...." Chloe menatap pemuda itu dari ujung kepala hingga ujung kaki, kemudian netranya kembali terfokus pada kedua manik cokelat tua milik Dylan. "Kita akhirnya bertemu."

Dylan mengernyit dan menatap gadis di depannya untuk waktu yang cukup lama, kedua netranya menyipit.

"Do I know you?" tanya Dylan.

Chloe mengerjap, ia terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Dylan.

"Kau tidak ingat aku?" tanya gadis itu.

Dylan menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Ini kali pertama kita bertemu."

"Kau beberapa kali datang ke mimpiku, kau bilang suatu saat kita akan bertemu dan—"

Dylan memotong ucapan Chloe. "Kau salah orang. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Chloe menggigit bibir, merasa malu atas pengakuan bodohnya. Bagaimana bisa pemuda berambut cokelat itu tidak mengingat dirinya? Hal itu akan membuat Chloe terlihat seperti stalker yang terobsesi pada idolanya.

Lalu Dylan, ia merasa ada yang aneh dengan gadis ini. Pemuda itu paham bahwa seluruh rakyat Amerika tahu tentangnya, tetapi ia tidak pernah bertemu dengan orang yang sampai memimpikan dirinya.

"Forget it, m-maaf jika kau merasa tidak nyaman," lirih Chloe dengan gugup.

Dylan mengusap tengkuk lehernya dengan canggung, kemudian pergi meninggalkan Chloe sendirian di koridor dan berjalan secepat mungkin dari gadis itu. Sedangkan Chloe, ia menatap punggung Dylan sambil merutuki dirinya sendiri.

"What have I done?"

Setelah kepergian Dylan, Chloe Wilder menghela napas kecewa. Gadis itu memutuskan untuk pulang. Tidak jauh dari posisi mereka tadi, seseorang bersandar di loker siswa sambil melipat kedua tangan di dada. Atensinya tertuju pada Dylan dan Chloe yang berjalan berlainan arah.

Seseorang itu menyeringai. Setelah puas menyimak percakapan kedua remaja itu, ia membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kaki untuk pergi dari sana.

"I found you."

Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top