1-9 | The Boy Who Brought Back From The Dead

Grayson Residence, Moorevale, USA.
4 Maret, 2020. 06.00 PM.

Dylan duduk tegak di atas ranjang, menatap serius layar laptop, kedua netranya bergerak cepat membaca artikel-artikel lama di portal berita online.

[Ledakan Vortex Laboratory Menelan Korban Sekitar 200 Jiwa]

[Dylan Grayson Diduga Tewas Bersama Sean Grayson Dalam Ledakan Vortex Laboratory]

[Keluarga dari Ratusan Korban Yang Tewas Menuntut Vortex Laboratory]

[Ledakan Dipastikan Bukan Karena Konsleting Listrik, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Vortex Laboratory?]

[Kerugian yang Terjadi Atas Ledakan di Vortex Laboratory Mencapai 3 Juta US Dollar]

[Ekonomi Hari Ini: Vortex Laboratory Musnah, Investor Merugi]

Pemuda itu menggigit bibir, berusaha fokus pada layar dengan kedua netra yang memburam. Selama satu jam ke depan, ia membaca semua artikel mengenai ledakan di laboratorium ayahnya. Dylan juga secara tidak sengaja membaca komentar-komentar menyedihkan dari keluarga korban. Bagaimana ibunya bisa tahan membaca hasil ketikan dari jari-jari masyarakat yang turut bersedih dan menghadapinya sendirian?

Selama Dylan terjebak di dunia portal, Mrs. Grayson hidup sendirian, dihantui oleh kenyataan bahwa suami dan putra semata wayangnya sudah tewas. Bagaimana beliau masih tetap waras menghadapi ini semua? Dada pemuda itu mendadak sesak ketika membayangkan bagaimana rasanya menjadi sang ibu saat itu. Tangisnya tak terbendung lagi.

Bagian terburuknya, Dylan harus menghadapi kenyataan bahwa sang ayah tewas akibat kecerobohannya sendiri. Pemuda itu juga secara tidak langsung membunuh semua karyawan ayahnya yang jumlahnya sekitar 200 orang.

Dadanya sesak, napasnya memendek, Dylan mengusap wajahnya kasar, kemudian menyimpan laptopnya dan berbaring di atas tempat tidur. Pemuda itu merasa marah, bingung, malu dan kecewa pada dirinya sendiri, rasanya tidak sanggup menatap wajah ibunya secara langsung.

Terdengar suara ketukan halus di pintu kamar Dylan.

"Dylan, it wasn't your fault. Keluarlah, kau harus makan malam," lirih Mrs. Grayson di seberang ruangan.

Dylan tidak menjawab, ia masih berusaha mengontrol napasnya. Pemuda itu yakin ibunya dapat mendengar suara isakannya.

"Kau sudah mengalami banyak hal, kumohon, keluarlah. Kita hadapi bersama-sama," lirih Mrs. Grayson lagi.

Hening. Tidak ada balasan apa pun dari Dylan.

Mrs. Grayson menyerah. Terdengar suara piring dan gelas yang diletakkan di depan pintu, kemudian suara langkah kaki yang kian memudar. Wanita itu menuruni tangga kembali ke lantai satu.

Pemuda itu tidak bercerita apa pun mengenai Partikel 201X. Dylan hanya bilang, di hari ayahnya tewas, ia tidak sengaja menyentuh hasil eksperimen yang berbahaya dan menghasilkan ledakan. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, Dylan melakukan itu karena tidak ingin ibunya semakin khawatir. Bagaimana reaksi Mrs. Grayson nanti ketika mengetahui putra semata wayangnya terkena radiasi partikel asing yang berbahaya?

*****

Dylan membuka kedua netranya. Setelah mengurung diri selama berjam-jam, rupanya ia tertidur dalam keadaan belum mengganti pakaian. Waktu menunjukan pukul sebelas malam, secara perlahan ia bangun dan duduk tegak di ranjang.

Pemuda itu beranjak, ia berjalan menuju pintu kamar. Ketika ia membukanya, terdapat semangkuk oatmeal dengan buah-buahan, dilengkapi segelas susu cokelat tepat di depan kakinya. Dylan menggigit bibir, ia merunduk untuk mengambil makanan yang sudah dibuat sang ibu.

Setelah meletakkan makanan di meja belajar, pemuda itu melangkah menuruni tangga menuju lantai satu. Sesampainya di ruang keluarga, ia melihat ibunya tertidur di atas sofa.

Dylan mengambil selimut rajut tebal di kamar utama, kemudian kembali ke ruang keluarga untuk menyelimuti ibunya. Sudah berjam-jam Mrs. Grayson menunggu Dylan keluar dari kamar untuk makan malam bersama, tetapi pemuda itu tidak kunjung datang.

"I'm sorry, Mom. Aku hanya ingin sendiri."

Setelah mengecek keadaan ibunya, pemuda itu melangkah menaiki tangga untuk kembali ke kamar. Setelah terdengar suara pintu tertutup, Mrs. Grayson membuka kedua netranya.

Beliau mengerjap, setetes air bening mengalir di pipinya. Bibirnya bergetar, tangisnya pecah. Rasanya ingin sekali membuka mata di depan putra kesayangannya, tetapi ia menahan diri. Mrs. Grayson sangat merindukan pemuda itu, tetapi beliau paham betul bahwa Dylan membutuhkan ruang.

Seandainya pemuda itu tahu bahwa ibunya akan selalu ada di sisinya dan ia tidak perlu menghadapinya sendirian.

*****

Stop Burger, Moorevale, USA.
5 Maret, 2020. 02.00 PM.

Chloe dan Kelsey menikmati makan siang di restoran fast food terkenal di kota Moorevale, Stop Burger. Tidak hanya mengantar Chloe ke sekolah, Kelsey terkadang menjemput Chloe di Moorevale Middle School dan pulang bersama-sama.

Kali ini, Kelsey harus rela dietnya rusak karena Chloe bersikeras ingin makan fast food.

"C'mon, Kelsey, ini hanya veggie burger! Mereka bahkan mengganti patty-nya dengan jamur! Tidak ada daging dan keju di burger-mu!" Chloe berusaha menenangkan sepupunya yang sedang menggerutu.

"No, burger is burger! Mereka tetap memasaknya dengan minyak panas!" gerutu Kelsey, "kau tahu berapa kalori satu sendok makan minyak panas? 90 kalori!"

"Jeez, whatever." Chloe menggigit cheeseburger-nya dengan santai.

Kelsey memalingkan pandangan ke arah televisi di restoran. Headline dari tayangan berita lokal mengalihkan perhatian remaja itu.

"Dylan ... Grayson ... Bangkit ... Dari ... Kematian. Oke, siapa Dylan Grayson? Dan bagaimana bisa ia bangkit dari kematian?" tanya Kelsey.

Chloe nyaris tersedak dengan cheeseburger-nya sendiri, dengan cepat ia memalingkan atensi pada layar televisi.

"Oh my God, Dylan Grayson katamu?" cicit Chloe.

"Yeah. Who is he?" tanya Kelsey.

"Dia ... dia anak Sean Grayson, si ilmuwan itu!" jawab Chloe.

"Are you kidding me?" Kelsey menoleh ke arah sepupunya. "Sean Grayson? Ilmuwan pemilik Vortex Laboratory yang meledak tahun lalu?"

"Ssssttt! Quiet!" Chloe meletakkan telunjuknya di bibir, menghentikan Kelsey yang terus mengoceh. Gadis itu kembali fokus pada berita di televisi.

"Senin sore, 4 Maret 2020, Dylan Grayson yang sudah dinyatakan tewas datang ke rumahnya dalam keadaan baik-baik saja. Diduga pemuda itu memang sengaja tidak pulang untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan wartawan" ucap pembawa berita di televisi.

Layar televisi menampilkan Dylan Grayson yang sedang berdiri di depan pintu pagar sebuah rumah, serta banyak wartawan yang berusaha untuk mendobrak masuk. Dengan susah payah, ia berusaha menutup pintu pagar untuk menghindari wartawan yang ingin mendobraknya. Chloe menduga tayangan berita tersebut diambil langsung di rumah pemuda itu.

"Bagaimana kau bisa selamat dari ledakan itu, Dylan?" tanya salah satu wartawan.

"Dylan, apakah selama ini kau bersembunyi bersama Sean Grayson di suatu tempat? Di mana dia? Apakah benar ilmuwan itu juga masih hidup?" tanya wartawan yang lain.

"He's gone! Kumohon, pergilah! Leave me alone!" Dylan mendorong wartawan-wartawan di depannya. Setelah mereka mundur, pemuda itu menutup pintu pagar dan masuk ke dalam rumah.

"Dylan Grayson? But, how?" Chloe bergumam sambil mengernyit.

"Oke, aku punya banyak pertanyaan untukmu. Apakah kau punya hubungan dengan Dylan? Mengapa kau terlihat tertarik sekali dengan anak itu?" tanya Kelsey.

"No! A-aku ... hanya terkejut karena ia bisa tiba-tiba bangkit dari kematian! I mean, dia sudah dinyatakan tewas tahun lalu!" Chloe berbohong.

Chloe tidak ingin Kelsey tahu bahwa Dylan sudah menghantuinya di dalam mimpi hampir setahun ini. Gadis itu pasti menertawakannya habis-habisan.

"Wow, itu artinya ia kabur dan menetap di suatu tempat. Kurasa ia memalsukan kematiannya dan pergi ke luar negeri, seperti Kanada, atau dia memang tidak ada di sana sejak awal." Kelsey terdiam sejenak. "Jelas sekali ia memang tidak ada di lokasi kejadian saat laboratorium itu meledak!"

"No way! Bukankah ahli IT mengecek GPS ponsel milik Dylan? Dylan ada di sana saat laboratorium itu meledak!" sanggah Chloe, "maka karena itu ia dinyatakan tewas dalam ledakan!"

"How do you know?" Kelsey mengernyit.

"Aku membaca beritanya tahun lalu, Kelsey!" Chloe menjawab dengan sedikit ketus.

"Lalu, bagaimana ia bisa selamat dan menghilang selama delapan bulan, kemudian tiba-tiba muncul hari ini? I mean, ke mana saja dia selama ini?" tanya Kelsey.

"Mungkin ia bersembunyi dari publik sambil berduka atas kematian ayahnya?" jawab Chloe.

"Kalau itu benar, mencurigakan sekali, oke? Untuk apa ia bersembunyi dari publik dan awak media? Kematian seseorang adalah hal yang wajar dan untuk apa ia bersembunyi? Bahkan istri Sean Grayson juga sempat muncul di media setelah kejadian itu, 'kan?" tanya Kelsey lagi.

"I don't know, he's a teenager like us. Maybe he can't handle a situation like that?"

"You have a point. Tapi, jika Dylan ada di laboratorium itu saat kejadian, ia tidak mungkin selamat," ujar Kelsey lagi, "aku yakin sekali pemuda itu tidak di sana saat ledakan itu terjadi! Mungkin ponselnya ada di sana, tapi tidak dengan orangnya, 'kan?"

Chloe terdiam, ucapan Kelsey cukup masuk akal. Semua orang yang ada di sana tewas termasuk Sean. Tidak mungkin Dylan bisa selamat dari ledakan itu jika pemuda itu benar-benar ada di sana.

Jadi, ada di mana Dylan sewaktu ledakan itu terjadi?

Gadis itu teringat mimpinya. Apakah laboratorium yang ada di mimpinya itu adalah Vortex Laboratory? Gadis itu melihat portal di sana. Apakah Dylan menyelamatkan diri dengan cara masuk ke dalam sana?

Lagi pula, portal apa itu? Dan untuk apa gerbang futuristik tersebut ada di sana?

"No way. Portal seperti itu hanya ada di film sci-fi," gumam Chloe sambil menggeleng.

"Huh? Sorry?" Kelsey mengernyit.

Dengan cepat Chloe menoleh ke arah Kelsey. "Oh, nothing."

Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top