1-1 | Home [Part 1]

"When the time is come, nobody can run away from their fate."  Kimberly Blake

*HONNE - Location Unknown
Play this song for a better experience

Present day, 2 November 2020.

Beberapa jam setelah kedatangan Quentin ke apartemen Kimberly.

Quentin tidak banyak bicara hari ini. Sejak kedatangannya, ia terus bergeming, pikirannya melayang entah ke mana. Meskipun canggung, Kim berusaha menjadi pendengar yang baik.

Sudah hampir satu tahun mereka berpisah dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tiba-tiba saja, pemuda ini berdiri di depan pintu dan menangis di pelukannya. Rasanya Kim ingin mendorong Quentin menjauh, seperti apa yang pemuda itu lakukan padanya setahun lalu. Namun, bagaimana mungkin ia tega melakukan itu? 

Pemuda itu bahkan baru menceritakan tentang detail kematian ayahnya setelah Kim bertanya. Setelah tangisnya mereda, barulah Kim tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada Quentin.

Tak terasa waktu berlalu, hari semakin larut. Setelah menikmati satu cangkir hot chocolate dalam keheningan, Quentin tertidur di atas sofa. Alunan musik lembut dari Spotify laptop Kim rupanya mampu membuat ia terlelap. Karena diamnya pemuda itu, butuh waktu lama bagi Kim untuk menyadarinya. Pemuda keturunan Jepang itu berbaring sambil meringkuk, t-shirt katun tidak mampu menghalanginya dari dingin, terlihat jelas dari tubuhnya yang sedang menggigil.

Kim tersenyum simpul sambil mendesah pelan, ia beranjak dari ranjang dan meletakkan laptopnya di atas nakas, lalu mengambil remote AC, mengatur suhu ruangan menjadi lebih hangat.

Seekor Corgi berputar di bawah kaki Kim. Ia beberapa kali menoleh ke arah Quentin, kemudian mendongak ke arah sang majikan dan menggonggong pelan.

Kim menggeleng, kemudian meletakkan telunjuknya di bibir dan berbisik, "He's sleeping. No barking!"

Anjing berkaki pendek itu menurut. Ia duduk dan menjulurkan lidah pada Kim. Perlahan, Kim menyunggingkan senyum, ia menunduk untuk mengelus peliharaannya.

"Good boy," pujinya.

Gadis itu menegakkan tubuh, berinisiatif untuk mengambil selimut cadangan di lemari pakaian, kemudian melangkah menuju sofa dan menyelimuti Quentin.

Travelling places, I ain't seen you in ages
But I hope you come back to me

Setelah menyelimuti Quentin, Kim berlutut di hadapannya. 'Location Unknown' dari HONNE mengalun lembut, mewakili perasaannya malam ini. Gadis itu mengamati fitur wajah pemuda tampan di hadapannya. Kulit pucatnya sedikit tak terawat, kantung matanya membesar akibat tangisnya beberapa jam yang lalu. Kim menyibak poni hitam Quentin ke belakang, hingga dapat mengamati wajah pemuda itu lebih jelas lagi.

My mind's running wild with you far away
I still think of you a hundred times a day

"Poor guy," bisiknya, "bagaimana bisa kau menghadapi semuanya sendirian?"

Setelah berlutut beberapa saat, gadis itu beranjak. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, hari sudah sangat larut, tidak mungkin ia tega membangunkan Quentin untuk pulang dan berkendara sendirian, apalagi dalam keadaan hancur seperti ini.

Kim bergeming sesaat. Diiringi dengan senyum tipis, ia berbisik, "Good night."

Saat Kim memutar tubuh dan hendak kembali menuju ranjang, seseorang menggenggam pergelangan tangan gadis itu, mencegahnya untuk pergi.

I still think of you too, if only you knew
When I'm feeling a bit down and I wanna pull through

Panik, Kimberly menoleh ke arah sofa. "Oh, I thought you were sleeping—"

"I'm sorry." Bisikan Quentin memotong ucapan Kim.

"For what?"

"Everything."

Quentin menarik lengan Kim perlahan, mengisyaratkan gadis itu untuk kembali berlutut.

I look over your photograph
And I think how much I miss you, I miss you

"Aku tidak pernah meminta maaf secara layak padamu. Setelah apa yang kulakukan padamu satu tahun lalu, entah apa aku pantas untuk mendatangimu lagi." Quentin memecah keheningan.

Refleks, Kim menggigit pelan mulut bagian dalamnya. Banyak kata yang ingin diucapkan, tetapi ia menahannya.

"Kau sedang kacau saat itu." Berbeda dengan isi hatinya, hanya itu yang bisa Kim katakan.

"Hidupku sudah kacau sejak dulu."

I wish I knew where I was
'Cause I don't have a clue
I just need to work out some way of getting me to you

"I miss him," bisik Quentin, "every single day."

"I know."

Quentin menggeleng. "I can't save him. I failed."

Kim mengulas senyum tipis, kemudian menyisir surai hitam pemuda di hadapannya. "He was proud of you, Quentin."

"He did?"

Kim mengangguk. "He knew what you did. You sacrificed everything to save him."

Quentin bergeming sesaat. "Mengapa harus ayahku?" Kemudian ia menatap lekat manik emerald milik gadis di hadapannya. "Apakah Tuhan sedang menghukumku atau semacamnya?"

"Quentin ...."

"I don't understand, Kim," lirihnya parau. Pandangannya memburam akibat air mata. "I love him so much. Why do I always lost someone I love?"

"Pada akhirnya, semua orang akan kehilangan seseorang yang dicintainya," balas Kim sambil mengusap air mata Quentin dengan ibu jari, "dunia ini tidak abadi, begitu pula eksistensi seseorang."

Quentin bergeming sesaat, masih menatap lekat netra Kim. "Antara mereka yang pergi meninggalkanku, atau ... aku yang pergi meninggalkan mereka," lirihnya, "apakah ini balasan karena aku pernah memperlakukanmu dengan buruk?"

"No. I don't believe in karma, Quentin," ucap Kim, "people come and go. When the time is come, nobody can run away from their fate."

"Aku tetap beranggapan bahwa itu adalah balasan atas perbuatanku di masa lalu," ujar Quentin, "setelah apa yang kulakukan, apa aku pantas menjalani hidupku lagi? Dengan normal?"

Gadis itu mengangguk pelan. "Kembali berkuliah, belajar seperti mahasiswa pada umumnya, mengapa tidak?"

Cause I will never find a love like ours out here
In a million years, a million years

"Yeah." Quentin mengangguk pelan, perlahan mengukir senyum. "You once said, everyone deserve a second chance."

"Yeah, termasuk kau."

"So ... will you be my second chance?"

Kimberly kehilangan kata. Netra cokelat tua milik pemuda di hadapannya membuat jantungnya terpacu lebih cepat. Gadis itu merasakan kehangatan menjalar di pipinya, ia menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah.

My location unknown
Tryna find a way back home to you again

Quentin tersenyum tipis, ia sedikit menegakkan tubuh, menopangkannya dengan siku kiri dengan lengan kanan terulur ke tengkuk gadis di hadapannya. Perlahan, ia menarik Kim mendekat, netranya terpejam ketika bibir keduanya bertemu. Waktu seakan berhenti. Dengan sendirinya, Kim balas melumatnya, memperdalam ciuman mereka. Kupu-kupu yang semula tertidur di dalam tubuh, kini terbangun dan menggelitik dinding lambung, menimbulkan perasaan asing yang sulit didefinisikan, tetapi keduanya merasa bahagia.

I gotta get back to you
Gotta, gotta, get back to you

Kim melepas ciuman pemuda di hadapannya. Quentin melempar senyum, tetapi Kim tidak membalasnya, masih merasa shock dan bingung dengan hubungan mereka sekarang. Namun, pemuda itu tahu, dengan membalas ciumannya, gadis itu sudah memberikan jawaban.

"Kau tahu apa dosa terbesarku selain tidak berhasil menyelamatkan ayahku?" tanya Quentin, kemudian bergeming sesaat. "Meninggalkanmu sendirian pada malam itu. And I won't do that again."

Kim tidak tahu bagaimana harus merespons. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, berusaha meredam kegugupannya.

I just need to know that you're safe
Given that I'm miles away
On the first flight, back to your side.

"Kau tidak akan mengatakan sesuatu?" tanya Quentin.

"I ... I have no words," ucap Kim sambil menjaga intonasinya tetap datar.

"After the night we had a fight, I can't stop thinking about you. Kukira aku hanya dihantui rasa bersalah sudah berkata kasar padamu, tapi ... ternyata apa yang kurasakan lebih dari itu," ujar Quentin.

"Apa yang kau rasakan?"

"It's getting more and more complicated, but all I know is ... I just want to be with you."

Kim terkekeh. "Of course. Akulah satu-satunya orang yang selalu bersamamu di kampus, Quentin."

"No." Quentin menggeleng. "I want to be with you, every day, every night."

"Kau tidak akan menghilang dan meninggalkanku lagi seperti dulu, 'kan?"

"Apa aku terlihat seberengsek itu, meninggalkanmu setelah menciummu seperti tadi?"

"Aku harus bertanya untuk memastikannya, 'kan?"

"I've learned my lesson, Kim. Leaving you is my biggest mistake." Quentin menyibakkan surai cokelat tua gadis itu ke belakang telinga. "Do you trust me?"

I don't care how long it takes
I know you'll be worth the wait
On the first flight, back to your side

"I do." Kim tersenyum. "Because I know you never make promises you can't keep."

Mendengar jawaban Kim, Quentin tak kuasa menahan senyum bahagianya, sebuah kurva lengkung yang sudah lama tak ia tunjukkan pada dunia. Di kedua pipinya, Kim melihat lekukan yang menawan, fitur yang paling ia sukai dari pemuda itu.

"I like your dimples," bisik Kim jujur.

Quentin tak menjawab, ia sedikit terlonjak ketika gadis bersurai cokelat di hadapannya tiba-tiba menyentuh pipinya.

"It's like I haven't seen them for ages," bisik Kim lagi.

"Kurasa aku harus banyak tersenyum di depanmu."

"Yeah." Gadis itu mengangguk, bergeming sesaat. "So, move on and be happy, okay?"

"I will." Quentin mengelus lembut pipi Kim dengan ibu jarinya.

Mendengarnya, Kim mengukir senyum, merasa bangga dengan pemuda di hadapannya. Gadis itu melipat kedua tangan dan menyandarkan kepalanya di dada Quentin, merasakan debaran yang kian cepat setiap detiknya. Pemuda itu mengelus pucuk kepala Kim, membuat gadis itu terhanyut akan sentuhannya. Keduanya bertukar pandangan untuk waktu yang lama, tak rela jika malam berganti dan momen ini berlalu begitu saja.

Dukung Avenir: Redemption dengan menekan bintang di pojok kiri bawah 🌟

Yang mau liat dimples-nya Quentin~

Oh iya, yang mau ngobrol-ngobrol bareng aku dan teman-teman yang lain, join WA grup Avenir yuk! Bakalan ada special sneak peek, games, dan sharing-sharing seputar dunia kepenulisan atau Avenir-related. Langsung aja DM author!🥰

See you! ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top