🍁TIMELESS

-
A story by jinhyukology

-

“I can not get away from it today
time passes but memories always keeps remembering..”

"sudah siap?"

"Belum, masih berberes-beres dulu. entar gue pergi kesana sendiri aja. Kalau lo mau duluan yaudah duluan aja."

"beneran? Yaudah deh gue duluan. Kalau masih ada yang harus gue bantu telpon aja. Nanti gue sama kak seungwoo bantu."

"sip, hati-hati."

bip!

Setelah menyelesaikan telpon nya dengan byungchan, wooseok segera masuk ke kamar nya sambil mulai memasukan barang-barang di dalam kotak yang sudah dia siapkan.

Hari ini adalah hari kepindahan nya ke apartement yang lebih dekat dengan tempat kerjanya. Di karenakan jarak tempat kerjanya dengan apartement yang lama ini lumayan memakan waktu yang lama, jadi dia memutuskan untuk pindah dari sini. Sekalian mencari suasana baru juga setelah tinggal disini ± 2 tahun lamanya.

"sepertinya sudah selesai sem— oh? Kotak apa itu?" wooseok mengernyit keheranan.

Lantas saat itu juga wooseok menarik kursi meja kerjanya untuk di dekatkan ke lemari. Dia naik ke atas kursi itu dan mulai mengambil sebuah kotak yang sudah berdebu tersebut untuk di turunkan ke bawah. Wooseok terkejut mengetahui ternyata dirinya masih menyimpan kotak itu. Dipikirnya tadi itu adalah kotak sepatu atau apalah, ternyata itu adalah kotak kenangan.

Iya kotak kenangan, itu tertulis jelas di atas kotak berwarna kelabu dengan beberapa hiasan daun maple di sekitarnya. Sebenarnya berat buat wooseok untuk membuka kembali kotak kenangan itu, tapi hatinya tak selaras dengan pikiran nya. Pikiran nya berkata untuk tidak membuka kotak itu, tapi hatinya berkata untuk membuka kotak itu. Lantas yang mana harus wooseok turuti?

Tentu saja kata hatinya.

"dan kini musim gugur tiba. Kenangan tentang dirinya kembali terkuak."

Itulah hal pertama yang terlintas di pikiran wooseok saat dirinya mulai membuka kotak tersebut. Suara nya terngiang di pikiran nya.

Pertama membuka kotak tersebut yang di temui pertama adalah beberapa kumpulan foto-foto, dan beberapa daun maple yang sudah lusuh. Terlalu banyak foto-foto kala bersamanya, sesak di dada wooseok seakan mendobrak ingin keluar saat melihatnya.

Sepertinya wooseok benar-benar ingin bernostalgia kembali dengan kenangan masa lalunya. Iya kenangan nya kala bersama lelakinya, lee jinhyuk.


🍁


cekrek!

cekrek!

Lelaki dengan tubuh mungil itu terbangun dari tidurnya yang kurang nyaman kala merasakan silau akan blitz dari kamera lelaki dengan berperawakan tinggi di depan sana.

"LEE JINHYUK!!" Itulah kata pertama yang terlontar dari mulut wooseok kala dirinya sudah sadar sepenuhnya. Yang di panggil namanya pun malah tertawa sambil sibuk melihat foto-foto yang mungkin hasil dari kesibukan nya memotret wajah wooseok tidur tadi.

Tak terima, wooseok bangun dari duduk nya dan melemparkan jinhyuk di depan sana dengan tas kameranya. Untung saja tidak ada lensa di dalamnya.

"hapus nggak!!" pekik wooseok yang benar-benar kesal akan kebiasaan jinhyuk. Udah kebiasaan jinhyuk memang jikalau memergoki lelaki mungil itu tertidur atau entah apalah yang di perbuatnya tak akan segan-segan dirinya mengabadikan semuanya di kamera itu.

Aksi kejar-kejaran pasti ada layaknya tom and jerry yang memperebutkan sebuah makanan. Tapi lain halnya dengan mereka, bukan memperebutkan makanan. Melainkan memperebutkan sebuah kamera yang di dalamnya terlalu banyak foto wooseok yang selalu di abadikan jinhyuk tanpa terlewat satu pun.

Tetap saja, wooseok kalah dalam aksi kejar-kejaran ini. Langkah kaki nya dan jinhyuk sungguh sangatlah berbeda. Jika dirinya baru melewati satu kotak untuk melangkah, beda lagi dengan jinhyuk yang sudah melewati dua atau mungkin tiga kotak saat melangkah.

Keduanya terengah-engah, dengan jarak beberapa langkah tatapan mereka bertemu. Keduanya tertawa, entahlah apa yang membuat keduanya tertawa. Tanpa ba-bi-bu jinhyuk berjalan mendekat kearah wooseok, dan lantas ketika mereka sudah berada di jarak yang sangat dekat di tariknya bahu sempit wooseok untuk mendekat ke sisi jinhyuk.

"menjengkelkan kau lee jinhyuk." ujar wooseok sambil mendongak melihat jinhyuk tak lupa dirinya menahan senyumnya.

Jinhyuk melihat kearah wooseok yang lebih pendek beberapa senti itu dengan tatapan gemas nya. "iya, aku juga mencintai mu kim wooseok." dan saat itu juga pukulan dari kepalan tangan wooseok mendarat indah di perut jinhyuk.

"a-aduh sakit beb!"

"bodo, siapa suruh moto-motoin aku."

"karena kamu tuh salah satu objek paling indah yang kalau di lihat dari kamera bakalan cantik banget keliatan nya."

"terus kalau diliat nggak pakai kamera jelek gitu?"

"nggak kokk, malahan makin cantik lagi."

"ihh malah gombal, aku rontokin gigi kamu mau? Lagian aku ganteng yah bukan cantik." setelahnya jinhyuk malah tertawa dan mengacak rambut wooseok gemas.

"lagian kamu tuh aneh tau nggak. Kamu suka memotret, tapi tidak suka di potret." mereka duduk kembali ke tempat wooseok yang sempat tertidur. Jinhyuk malah senyum dan pura-pura menyetel kameranya dan hanya memfokuskan telinganya buat mendengar celotehan wooseok yang berada di sampingnya.

"aku juga tidak tahu mengapa demikian."

"yah makanya kamu harus tau. Mana kamu motret aku nggak bilang-bilang. Kalau banyak foto aib kan aku malu!!"

Tawa jinhyuk pecah saat mendengar perkataan wooseok. Percayalah, sekalipun itu foto aib wooseok tetap terlihat menawan dan cantik seperti biasanya.

"kok ketawa!! Aku nangis nih :<"

"eh jangan dong, maaf yah heheh."

"yaudah aku maafin, hehehe."

Se-menggemas-kan ini hubungan mereka, sampai-sampai jikalau berpisah sedetik saja keduanya bakalan tak bisa. Hahahah begitulah mereka.

Mereka pun memilih buat pulang ke apartement karena hari sudah semakin malam. Di jalan mereka bercerita semua hal, mau yang serius atau tidak serius pun bakal di jabanin sama mereka.

"ini, buat kamu." baru saja wooseok mendudukan dirinya di kursi samping kemudi, jinhyuk langsung memberikan satu kotak besar di hadapan nya.

"kotak kenangan? Hahaha ini apaan?"

"seperti yang kamu bilang di awal, ini kotak kenangan. Jikalau kau merindukan ku, kau bisa melihat semua isi di dalam kotak itu." wooseok mulai membuka kotak tersebut, begitu banyak foto wooseok atau pun foto mereka berdua di dalam kotak tersebut. Di tambah dengan beberapa lembar daun maple yang di jadikan hiasan di dalamnya.

"kenapa harus foto? Kamu nih aneh-aneh aja. Kayak mau pergi mana aja ish." ujar wooseok sembari melihat-lihat semua foto yang ada di dalam kotak itu.

"kenapa yah? Karena foto selalu berbicara jelas tanpa perlu kata-kata. Kau hanya memandang sebuah foto dalam beberapa detik, dan kau akan mendapatkan rentetan cerita dari foto tersebut. Foto menyimpan kenangan dengan nyata wooseok-ah."

"mewujud dalam lembar-lembar foto yang akan dilihat setiap malam, dan bernostalgia dengan masa lalu dalam hitungan detik hanya dengan sebuah foto-foto ini. Percayalah ini suatu hal yang menyenangkan."

"j-jinhyuk apa maksudmu??" saat itu juga wooseok merasa perkataan jinhyuk terlalu ambigu. Seakan-akan setelah mengantarkan wooseok pulang dia tidak akan bertemu lagi dengan wooseok.

Jinhyuk malah tersenyum dan mengenggam salah satu tangan wooseok dan menciumnya lama.

"turun lah, sudah sampai."

"t-tapi jelaskan kepada ku apa maksud dari perkataan mu—"

"bukan apa-apa kim wooseok. Aku hanya ingin memberikan dan memberitahukan mu saja. Jika pun aku pergi aku tak akan kemana-mana, aku akan selalu ada di sini. Bukan kah begitu?" tunjuk jinhyuk ke dada wooseok. Wooseok yang memang sudah merasa ini aneh langsung menangis, dan melarang jinhyuk untuk pulang kerumah.

Dia takut untuk ditinggalkan jinhyuk akibat dari kata-kata ambigu jinhyuk tadi. Setelah memeluk wooseok, jinhyuk pun turun untuk membuka kan pintu wooseok, tak lupa menghapus jejak-jejak airmata di kedua pipinya.

"masuklah, aku tak akan kemana-mana kim wooseok. Percayalah padaku." ujar jinhyuk dengan senyum terbaiknya, dengan harap agar wooseok tidak khawatir dan menangis karena nya.


















“sudah kuduga ternyata kamu disini.”

Wooseok mendongak dan langsung memeluk lelaki bermarga cho itu. Tangisan nya makin pecah, ditambah dengan racauan racauan yang membuat hati seungyoun jadi sakit mendengarnya.

“a-aku merindukan nya seungyoun-ah..  Hiks apa yang harus ku lakukan untuk menebus kerinduan ku...”

“iya-iya aku tau kau merindukan nya. Tapi aku bingung juga harus bagaimana.”

“kita pulang yuk, udah mau malam. Kamu nggak takut di krematorium sendirian? Kalau aku takut hiihh” dengan pelan-pelan seungyoun membawa wooseok berjalan keluar ke pintu krematorium. Meninggalkan kotak kenangan itu di hadapan etalase abu jinhyuk.

“wooseok ah, kau melupakan kotak kenangan kita....”





















THE END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top