🍁DARIKU, YANG AKAN SELALU MENCINTAIMU

Jika perjuanganmu selama ini diremehkan, pada akhirnya kau juga akan menyerah, 'kan?

🌑🌑🌑

by JeongCTLee


"Halo Wei, hehe. Selamat pagi! Apa semalam kau tidur nyenyak?"

Sudah menjadi kebiasaannya sejak beberapa bulan terakhir ini untuk menyapa-ah, tidak, mungkin lebih tepatnya 'mengganggu' pria tinggi ini walaupun jawabannya selalu sama-

"Diamlah, kau berisik!"

-selalu seperti ini setiap pagi, namun pria manis itu tetap saja menyapa pria yang lebih tinggi seakan harinya akan kurang bersemangat tanpa melakukan hal itu.

"Wei, kau-"

"Sudah kukatakan namaku itu Lee Jinhyuk, bukan Wei!" ucapan yang terdengar sangat menusuk itu sedikit membuat hatinya sakit, namun dengan cepat dia merubah raut wajahnya kembali seperti semula. Wajah cantik itu menunjukkan senyuman lebar yang membuat matanya menyipit, terlihat sangat manis.

"Baiklah, baiklah Tuan Lee Jinhyuk..."

🌑🌑🌑

"Halo Jinhyuk! Apa kau sudah memakan bekal yang ku buatkan?" Wooseok bertanya dengan mata yang berbinar penuh harap, menunggu jawaban 'ya, aku sudah memakannya. Masakanmu sangat enak Wooseok, terima kasih' walaupun dia tahu jelas bahwa-

"Aku sudah membuangnya"

-jawaban seperti ini yang akan diterimannya. Namun tanpa lelah dia akan kembali membuat makanan untuk Jinhyuk lalu menaruhnya di loker milik pria tampan itu dan ya, setiap hari juga Jinhyuk hanya akan membuangnya ke tempat sampah.

"Hah... Baiklah, selamat menikmati makan siangmu Jinhyuk" setelah mengatakan itu dengan segera Wooseok pergi meninggalkan Jinhyuk untuk kembali ke kelasnya.

"Bagaimana? Dibuang lagi 'kan? Sudah kukatakan padamu untuk berhenti berharap pada bajingan itu. Tapi kenapa kau terus menerus mengabaikan perkataanku?" Byungchan bertanya dengan kesal, merasa jengah dengan tingkah Wooseok yang bertingkah mengabaikan hal-hal jahat yang dilakukan Jinhyuk.

"Dan sudah kukatakan berkali-kali juga padamu Chan, aku akan terus melakukan ini. Karena hanya dengan cara ini dia dapat mengingatku walaupun hanya sebagai hama pengganggu" Wooseok berucap pelan dengan wajah sedihnya yang menunduk, namun tidak lama dia langsung merubah raut wajahnya dan berseru dengan semangat.

"Sudahlah, masa muda itu harus diisi dengan hal menyenangkan! Ehehehe"

"Hah... Terserah apa katamu saja Shin," aku hanya tidak ingin sahabatku merasakan sakit semakin banyak.

"Ayo, lebih baik kita makan sekarang, kau tidak boleh lupa dengan jadwalmu!"

"Baiklah Han Byungchan~"

"WOOSHIN!

Setidaknya berpura-pura tidak terjadi apa-apa itu lebih baik 'kan?

🌑🌑🌑

Jinhyuk baru saja keluar dari kelas ketika ada tangan mungil yang menariknya menjauh dari gerombolan temannya, namun ketika dia mengetahui siapa orangnya dia langsung menghentakkan tangan itu dengan kasar dan berniat untuk pergi sebelum tangan mungil itu menahan tangannya lagi.

"KAU MAU APA LAGI?! Sudah kubilang jangan menggangguku!" Jinhyuk pun membentak Wooseok yang masih menahannya, takut kalau Jinhyuk akan pergi.

Wooseok baru saja akan membuka mulut ketika telinganya menangkap bisikan-bisikan yang tidak bisa dikatakan sebagai bisikan karena sebenarnya mereka mengencangkaan suara agar Wooseok dapat mendengarnya mencela dari para siswi yang melihat mereka.

'Woah... Jinhyuk yang tenang bisa membentak orang juga ya'

'Murahan sekali orang itu, selalu saja menggoda Jinhyuk walau sudah ditolak berkali-kali'

'Menjijikkan!'

'Jinhyuk itu normal, dasar jalang!'

'Biarkan saja mereka Wooseok, lagipula kau sudah sering mendapatkan yang lebih dari ini kan'

Terserah apa kata mereka, yang terpenting sekarang adalah dia akan mengatakan hal ini pada Jinhyuk

"Jinhyuk, kumohon kali ini dengarkan aku. Bisakah kau nanti temui aku di taman belakang? Tolong, untuk kali ini saja. Aku janji setelah ini kau tidak akan terganggu lagi dengan keberadaanku" dan untuk pertama kalinya Wooseok menunjukkan ekspresi wajah yang menyedihkan pada Jinhyuk, dan hal itu membuatnya sedikit terkejut.

"Baiklah"

Setidaknya setelah ini dia akan terbebas dari Wooseok 'kan?

Dan benar saja, sesaat setelah bel sekolah berdenting Wooseok langsung berlari keluar kelas, meninggalkan Byungchan yang berteriak melarangnya berlari. Sesampainya di taman belakang Wooseok langsung duduk di salah satu bangku yang ada, matanya mengamati lingkungan sekitar berjaga-jaga kalau Jinhyuk datang

Sekarang jam di pergelangan tangan mungilnya menunjukkan pukul lima sore, yang artinya sudah satu setengah jam berlalu sejak dia duduk untuk menunggu Jinhyuk. Sorot matanya nampak meredup sedih dan pikirannya bercabang.

'Apa Jinhyuk lupa?'

'Apa dia sengaja tidak datang?'

'Atau dia ada pertemuan klub basket mendadak?'

Namun setiap hatinya meyuruh dia untuk beranjak dari sana dan pulang otaknya menolak dan mengatakan bahwa 'mungkin Jinhyuk lupa, tidak apa, aku akan menunggunya sebentar lagi'. Selalu seperti itu dan sekarang dia akan mengikuti apa kata hatinya, besok dia akan meminta maaf pada Jinhyuk yang mungkin nanti akan datang dan tidak mendapati dirinyaa disana.

Tapi baru saja dirinya sampai didepan ruang musik sepasang obsidian indah itu menangkap sosok familiar yang sedang berciuman panas, dan sosok itu merupakan Jinhyuk dan Eunbi si primadona sekolah. Hatinya tentu saja sakit melihat itu, jadi dari tadi dia menunggu untuk apa?

Tanpa pikir panjang dia mempercepat langkah kakinya dengan mata yang semakin memburam akibat air mata. Namun dia tidak tahu kalau Jinhyuk sedang menyeringai di tempatnya.

🌑🌑🌑

Hari ini tepat seminggu setelah hari itu, hari dimana Jinhyuk seharusnya menemui Wooseok di taman belakang dan ya, sudah seminggu ini juga dia tidak merasakan kehadiran Wooseok di sekelilingnya dan ini membuatnya sedikit tenang karena selama ini dia selalu merasa terganggu akan kehadiran pria mungil itu. Namun sebagian hatinya merasakan kesepian, tapi bukankah hal ini merupakan hal yang diharapkannya?

Dirinya baru saja duduk di kursi ketika Bungchan datang dan langsung menampar keras pipinya, Jinhyuk pun langsung mendorong bahu yang lebih muda dengan kasar.

"APA MAKSUDMU SIALAN?!"

"Kau pria brengsek Lee Jinhyuk!" ujar Byungchan dengan suara yang bergetar

"APA MAKSUDMU?!"

"Kau-"

'Pemberitahuan kepada seluruh siswa PDX High School, hari ini pukul 07.45 salah satu siswa kelas 12-03 yang bernama Kim Wooseok telah meninggal dunia'

Pemberitahuan yang terdengar di speaker sekolahnya itu membuat hatinya mencelos. Apa yang didengar oleh telinganya tadi hanya sebuah kebohongan 'kan?

"KAU BRENGSEK LEE JINHYUK! KAU BRENGSEK! KAU YANG MEMBUATNYA MENJADI SEPERTI INI!"

Byungchan terus meracau sambil menangis dihadapan Jinhyuk, membuatnya tiba-tiba merasa bersalah.

Disela tangisan Byungchan dia mendengar siswa-siswa didalam kelasnya membicarakan tentang Wooseok dan entah kenapa hatinya terasa sangat sakit saat siswa lain menggosip tentang Wooseok yang 'bunuh diri'.

Tidak tahan lagi dengan hal itu dia langsung menggebrak meja yang berada didepannya dengan kencang, membuat siswa-siswa itu langsung terdiam kecuali Byungchan yang masih menangis. Jinhyuk pun langsung berlari di koridor sekolah -berniat untuk mencari kebenarannya dari Seungwoo si ketua OSIS- tapi tak sengaja sudut matanya menangka pintu loker milik Wooseok yang tertempel puluhan pita, sebuah simbol untuk memberikan apresiasi pada para pejuang kanker.

Dengan mata memerah dirinya mengambil ponsel di sakunya yang bergetar, terdapat pesan dari Seungwoo yang membagikan lokasi rumah Wooseok, dan tanpa ragu dia langsung berlari menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya ke rumah duka.

Bukannya dia harusnya senang akan kematian Wooseok? Tapi kenapa hatinya rasanya sakit sekali?

Sesampainya di rumah mewah itu dirinya disambut oleh para sanak saudara keluarga Kim yang mengenakan pakaian serba hitam. Pria Lee itu langsung melangkahkan kakinya lebar-lebar ke pintu utama dan tepat dihadapannya sekarang terdapat sebuat peti berwarna putih yang belum tertutup, disampingnya terdapat orang tua Wooseok yang menggenggam tangan anak semata wayangnya.

Kakinya melangkah mendekati peti, membuat atensi si Ibu beralih padanya.

"Bisa ikut Bunda sebentar nak?" beliau bertanya dengan mata yang sendu. Jinhyuk pun langsung mengatakan 'Ya' tanpa ragu, jawabannya itu pun membuat Nyonya Kim mengajaknya ke lantai atas untuk masuk ke kamar Wooseok. Segera setelah mereka sampai beliau langsung menuntun tubuh Jinhyuk untuk duduk di kasur berseprai putih itu lalu beliau langsung mengambil sebuat kotak yang berada di atas kasur.

"Nak Jinhyuk, Bunda pikir Bunda harus mengatakan ini karena pasti Wooseok belum pernah mengatakannya padamu.

Wooseok mungkin benar-benar mencintaimu nak, dia bahkan menolak untuk melakukan satupun pengobatan yang ada karena berfikiran kalau hal itu akan membuatmu tidak mengenalinya dan dia juga berfikiran akan percuma saja kalaupun dia tetap melakukan semua pengobatan pun pada akhirnya dia akan tetap pergi"

"Tunggu, maksud nyonya? Apa yang anda maksud dengan saya tidak akan mengenalinya?" seingatnya dia sama sekali belum pernah mengenal Wooseok sebelumnya, tapi kenapa Nyonya Kim berkata seperti itu?

"Jadi kau belum tahu? Hah... Apa kau ingat Wooshin nak?"

"Woo-jangan bilang kalau Wooseok itu adalah Wooshin" ucapan Jinhyuk yang dibalas anggukan pelan membuatnya langsung memeluk bunda Wooseok lalu menangis keras. Terdengar menyakitkan bahkan bagi yang mendengarnya.

"Maaf... Maafkan Jinhyuk Bunda, hiks Jinhyuk yang membuat Wooshin seperti ini hiks Jinhyuk tidak memperlakukan Wooshin dengan baik hiks"

"Tidak apa nak, ini bukan salah siapa-siapa. Wooshin pergi karena Tuhan sangat menyayanginya, Tuhan ingin menghilangkan rasa sakit yang Wooshin rasakan" beliau menepuk-nepuk pundak lebar Jinhyuk yang sekarang terlihat rapuh, mencoba untuk menenangkan pria yang dicintai anaknya itu.

"Nak, Bunda rasa kau berhak menyimpan ini semua dan Bunda harap setelah ini kau tetap akan mengingat Wooshin" Nyonya kim memberikan sebuah kotak berukuran sedang yang berada disampingnya lalu memberikannya ke Jinhyuk yang masih terisak. Namun saat membuka kotak itu dia semakin menangis, kembali merasakan rasa bersalah yang saat ini semakin besar.

Didalam kotak itu terdapat banyak surat dan barang yang ditujukan untuk Jinhyuk dan ada juga barang-barang lama mereka, namun benda yang membuat mata Jinhyuk terpaku adalah sebuah diary milik Wooseok. Tanpa suara dia mulai membacanya dari halaman paling pertama.

Setelah sekian lama akhirnya aku bertemu dengan Wei lagi, dia semakin tampan! Kuharap dia mengingatku, aku sudah sangat merindukannya.

Hiks

Dokter bilang waktuku tinggal sebentar lagi, aku ingin sebelum aku pergi Wei bisa kembali mengingatku.

Hiks

Aku kembali menganggu We-ah tidak, dia akan selalu marah kalau kupanggil Wei, tapi kenapa?

Hiks

Wei kembali membuang bekal buatanku :( padahal aku sudah sangat rajin belajar masak sampai jari-jari tanganku terdapat banyak luka goresan :( kuharap suatu saat nanti Wei akan memujiku seperti ini 'makananmu sangat enak Wooshin-ah, terimakasih sudah memasak untukku'.

Hiks

Seperti biasanya aku selalu mendapat bully-an dari orang-orang karena mereka tidak suka aku mendekati Wei. Kali ini aku mendapatkan luka di kepala lagi, padahal kepalaku sudah merasakan sakit :(.

Hiks

Aku sedih, hari ini saat aku memakai lip balm agar tidak memperlihatkan bibirku yang pucat Wei mengataiku banci.

Hiks

Byungchan bilang aku harus menyerah, tapi Wei sama sekali belum mengingatku! Setidaknya aku akan tetap melakukan ini sampai waktunya aku pergi.

Hiks

Saat kuminta Wei agar bertemu denganku aku sangat senang, kupikir aku dapat memberitahukannya kalau aku ini Wooshin dan ingin menepati janjiku dengannya dulu, tapi saat aku sudah menunggu lama sekali aku malah melihatnya berciuman bersama Kwon Eunbi.

Hiks

Dokter mengatakan kalau waktuku benar-benar tinggal sebentar dan hari ini adalah hari keempat aku tidak pergi ke sekolah. Aku benar-benar merindukan Wei, dan seperti hari sebelumnya Byungchan mengunjungiku bersama Seungwwoo hyung dan lagi-lagi dia menangis saat masuk ke kamarku dan berbicara tentang takutnya dia jika aku benar-benar pergi.

Hiks

Aku rasa hari ini akan menjadi hari terakhirku menulis di buku ini, aku hanya akan menuliskan kalau aku menyayangi kalian semua ❤

Ayah dan bunda yang selalu mencintaiku,

Byungchan yang akhir-akhir ini selaku manangis saat bersamaku,

Seungwoo hyung yang selalu menyemangatiku

Dan juga untuk Wei aku ingin mengatakan maaf padamu yang beberapa bulan terakhir ini selalu terganggu karena ku, maaf juga tidak dapat menepati yang kita buat bersama.

Tuhan, aku berterimakasih karena Engkau mempertemukanku dengan orang-orang yang sangat aku cintai, mereka yang selalu ada disampingku bahkan saat aku kembali melemah. Tolong sampaikan maafku pada mereka karena aku mengingkari janjiku untuk bertahan.

Tuhan, terimakasih Engkau sudah sudi membiarkanku menikmati hidup ini, terima kasih karena Engkau sudah sudi mencabut rasa sakit ini.

Tangisan Jinhyuk semakin keras terdengar saat dia membaca halaman terakhir yang terisi oleh tulisan tangan Wooseok yang terdapat banyak noda bekas air mata disana. Bunda Wooseok yang memeluknya kembali menangis sambil terus mengelus pundak rapuh yang berada didekapannya.

"Wooshin pergi didalam kamar ini, dia mengatakan ini pada Bunda 'Bunda, jika Wei sudi melihatku untuk yang terakhir kalinya tolong atakan kalau aku mencintainya dan sampaikan maafku' dia juga mengatakan dia akan bahagia disana jika setelah dia pergi kita akan tetap mengingatnya, lalu setelah bunda menjawab 'ya' dia pergi untuk selamanya di pelukan Bunda. Sekarang ayo kita kebawah, Wooshin sudah menunggumu, sebentar lagi kita akan mengantarkannya pulang. Jangan menangis lagi nak, Wooshin tidak akan senang kalau dia tahu kita masih menangisinya, biarkan dia tidur dengan tenang"

Sesampainya dihadapan peti Wooseok dia kembali menangis seraya tangannya menggenggam keda tangan mungil pria mungil yang dicintainya, terasa sangat pas seolah Tuhan memang menciptakan mereka untuk bersama.

Bibirnya tidak berhenti mengecup tangan dan seluruh bagian wajaahnya hingga bibir yang sudah membiru itu tidak luput dari kecupannya.

'Aku mencintaimu'

'Aku mencintaimu'

Bibirnya pun tak berhenti untuk mengatakan itu saat mengecup wajah cantik yang kini sudah terlelap.

'Terimakasih sudah hadir di hidupku. Maafkan aku yang sudah terlalu dalam menyakitimu. Sekarang kau tidak akan merasakan sakit lagi. Aku sangat mencintaimu Wooshin-ku, sampai jumpa di surga nanti, tunggu aku ya'

Dan untuk yang terakhir dia membisikannya di telinga Wooseok lalu dia mengecup lama kedua kelopak mata yang tidak akan kembali terbuka itu.

Sekarang biarkanlah dia untuk memberikan seluruh afeksi pada Wooseok sebelum dia tidak bisa melihatnya lagi. Biarkan dia meminta maaf padanya walaupun Wooseok tidak dapat mendengar suaranya. Biarkan dia menyalurkan semua rasa rindu yang sudah tersimpan lama di relung hatinya.

Semesta memang jahat, saat dia tahu kebenarannya disaat yang sama dia juga kehilangan mataharinya.

Tapi semesta juga adil, dia membiarkannya merasakan rasa sakit dan penyesalan yang akan dibawa semasa hidupnya karena dia sudah terlalu banyak menyakiti mataharinya.

END







Note: Iya, aku tahu ini alay bin jelek nan gak nge-feel :( maafkeun ya. Apa ini terlalu kepanjangan? Maaf ya gak sebagus cerita kakak-kakak yang di upload sebelumnya, huhuhu ㅠㅠ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top