Page 4
.
.
.
『 Alkisah, suatu hari, seekor siluman rubah yang tengah terluka parah bertemu dengan seorang gadis desa yang lugu. Tak tega hati, gadis itu membawanya ke rumah untuk diobati. Dengan bantuan kakak sang gadis, rubah itu kembali sehat. Mereka bertiga pun semakin hari, semakin dekat. Namun, ada warga desa yang tak senang. Kedua bersaudara itu mati dibunuh.
Tak terima gadis yang dicintainya meninggal, si rubah memakai permintaannya kepada mawar ajaib.
"Aku ingin bertemu dia, lagi."
Waktu diputar, membawanya pada pertemuan pertama mereka. Kali ini, si rubah memutuskan untuk tidak diobati di rumah sang gadis, melainkan di hutan tempat tinggalnya, sebuah kastil terasingkan. Mengira sang gadis diculik oleh monster dan menjadi penyihir, warga desa membakar kastil miliknya.
Lagi, lagi, dan lagi.
Mengapa Tuhan begitu kejam?
Rubah itu, hanya ingin tinggal bersama sosok yang ia cintai. Ia tidak ingin berpisah. Tetapi, kalau bayarannya adalah hidup sang gadis, maka biarkanlah ia yang menanggung dosa ini. 』
***
"Ah, Nii-chan, aku bertemu dengan sosok aneh di hutan tadi," sahut Kumiko seraya mengintip dari balik halaman buku yang tengah dibacanya.
Pria tampan dengan rambut putih itu memiringkan kepalanya, menaruh piring berisi siomai. Di meja makan, sudah biasa bahwa gadis berambut biru muda itu menyantap makanan sembari tenggelam dalam narasi buku.
Yukikaze mengangkat sebelah alisnya, menatap datar tetapi penuh perhatian, "Begitukah? Tapi, Kumiko, bukankah sudah kubilang untuk jangan pergi ke hutan? Terlebih, saat hari menjelang malam. Itu berbahaya, adikku."
"Hehe, maaf. Aku tidak bisa mengabaikannya. Lagipula ..."
Kumiko terdiam, menunduk dan memberi jeda pada kalimatnya.
"Lagipula?"
"Lagipula, ia terluka dan nampak kesakitan. Sementara, tidak ada yang menolongnya. Aku ... tidak bisa membiarkannya," ujar Kumiko, merasa pahit.
Melihat gelagat adiknya, Yukikaze memejamkan mata setelah menghela napas. Ia mengelus kepala Kumiko, membuat gadis itu mengerutkan dahi dan tersenyum tipis, "Aku membuatmu khawatir, lagi, 'kan? Maaf, ya."
"Tidak, tak apa. Aku menyayangimu, sudah sepantasnya aku khawatir. Tapi, apa kau yakin tidak ingin mengejarnya besok?"
"Eh?"
"Kau nampak sangat kepikiran. Jadi, aku berpikir, apa mungkin kau sudah bertemu dengan seseorang yang ingin kau ajak berteman."
"Hmm, aku bahkan tidak tahu di mana rumahnya. Soalnya, dia bukan orang desa ini."
"Tapi, kau ingin berteman, bukan?"
"Iya ...."
Yukikaze mengulas senyum, "Kalau begitu, tidak perlu memikirkan hal yang lain lagi. Aku akan membantumu."
『 Sungguh bodoh, bukankah rubah itu sudah berusaha menjauhi mereka berdua? Mengapa, mereka masih berusaha untuk mendekatinya? Jika ini adalah takdir, maka ini sangatlah jahat baginya. 』
"Oke!"
『 Tidak, jangan.
Oh, angin musim gugur ini mulai membawa kabar duka.
Kalau hukuman karena monster buruk rupa mencintai manusia yang baik hati, maka hukum saja monsternya. Karena ...
Kafka tidak ingin melihat kematianmu lagi, Kumiko. 』
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top