Extra Chapter
"Butuh berapa tahun bagi Orpheus berjalan ke dunia kematian hanya untuk bertemu dengan Eurydice lagi?"
"Siapa?"
"Ah... tidak jadi."
"Kamu tidak bisa menarik kata-katamu begitu saja, apalagi di saat aku sudah kepikiran saat ini."
"Aku membicarakan novel yang baru saja aku baca, tapi itu tidak penting. Ngapain aku memikirkan hubungan pasangan yang lain? Itu ujian hubungan mereka."
"Novelnya berakhir dengan akhir gantung? Jika kamu sudah berbicara seperti ini, artinya kamu sedang merajuk karena karakter favoritmu tidak mendapat akhir yang bahagia."
"Tidak, tuh!"
"Kamu cemberut, sayang. Terlihat jelas dari bibirmu yang mengerucut seperti minta dicium.
"Jangan lihat ke bibirku dong! Aku... Aku hanya menyayangkan saja, padahal umur pernikahan mereka belum sapai satu tahun, sepetinya."
"Sepertinya? Novelnya juga tidak memberikan banyak keterangan, ya?"
"Iya! Itu bagian yang paling menyebalkan! Makanya, aku nanya ke kamu tadi, tapi pertanyaan itu sudah basi. Aku ganti pertanyaan."
"Hm, padahal aku tidak keberatan menjawab dua-duanya, jika kamu memberi banyak keterangan lagi."
"Nggak, nggak! Kita rubah topiknya."
Tawa pelan bagaikan senandung angin terdengar dari belakang. Jari-jari lembut tapi penuh kapalan masih setia mengepang rambut, entah bagaimana hasilnya karena si pemilik tidak diperbolehkan menoleh ke belakang.
"Oke, aku mendengarkan."
"Apa yang akan kamu lakukan jika aku menghilang suatu hari?"
Jari-jari yang sibuk mengikat beberapa helai ke satu sama lain berhenti bergerak. Sebentar. Tidak sampai dalam hitungan detik tangannya kembali sibuk. Namun, degupan jantung yang awalnya begitu tenang tetapi berisik berubah menjadi gaduh dan berantakan--berdentum keras seolah ingin melompat keluar. Pertanyaan itu membuat nafasnya berhenti sejenak.
Dia tersenyum lembut sambil melepaskan rambut yang telah terkepang rapi, memandang bangga pada hasil karya yang telah dihiasi oleh beberapa bunga liar.
"Maaf, pertanyaannya terlalu berat, ya?"
"Tidak. Tidak sama sekali. Itu pertanyaan retoris yang sudah pasti kamu miliki jawabannya."
"Sungguh?"
"Sungguh."
Kazuha memberikan kecupan di sepanjang rambut yang baru saja dikepang, menumpah kasih, cinta, dan rindu yang tak bisa digantikan oleh mora. Jejak miliknya di seluruh tubuhmu akan hilang dalam hitungan beberapa hari, tetapi dia berharap perasaan cintanya tetap tertulis di hatimu. Dia harap kamu tidak pernah merasa kesepian jika suatu saat dia pergi berlabuh jauh tanpa kabar kapan dia bisa kembali ke pelukanmu.
"Aku akan mencarimu hingga ke ujung Teyvat."
Kamu tertawa geli, bersandar ke sepenuhnya ke dada bidang Kazuha. Pemuda itu langsung melingkarkan lengannya di pinggangmu, menenggelamkan lebih jauh dirimu ke pelukannya. Seolah Kazuha ingin menyatukan kalian berdua menjadi satu.
"Aku juga. Aku juga akan mencarimu, meskipun aku bukan manusia lagi."
-
I was Orpheus,
Having the urge to look back,
You were Eurydice
***
A/N
AKHIRNYA!!! Extra chapter telah selesai!
Keterangan tambahan bahwa percakapan mereka terjadi sebelum mereka melakukan petualangan ke gua misterius dan bertemu ular raksasa itu.
Project bulan ini beneran seru banget dan I have fun writing for Kazuha! Selama ini aku hanya nulis untuk Wanderer dan Xiao (draftnya hilang), dan aku nggak nyangka ternyata menulis dialog Kazuha begitu mudah. Mungkin karena dia seperti anak-anak aku lainnya jadi aku bisa tebak kepribadian dia lol
Welp, sampai disini yang semuanya! Terima kasih sudah membaca Kazuha x Reader versi Orpheus dan Eurydice. Nantikan project selanjutnya~ <3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top