PERTANYAAN DI DALAM HATI
Luna menatap Shaoqiang yang duduk di sebelahnya. Suami Qiuyue itu sedang menatap keluar dari jendela kereta kuda yang mereka naiki bersama. Mereka sekarang berada dalam perjalanan menuju Houfu tempat mereka tinggal. Sejak keluar dari kota tempat mereka merayakan Festival Musim Panas, Shaoqiang dan Luna tidak berbicara apa pun.
Beberapa kali Luna menoleh ke arah Shaoqiang dan memperhatikan suami Qiuyue itu dengan diam-diam. Saat Shaoqiang menoleh kepadanya, Luna segera memalingkan mukanya ke arah lain. Luna tidak mengerti mengapa dia berulang melakukan hal itu.
Luna memang mengidolakan Shaoqiang, tetapi karena rasa takutnya selama ini, dia terus berusaha menghindar dari suami Qiuyue itu. Bahkan, dia merasa sangat senang ketika Shaoqiang tidak berada di Houfu. Namun, sekarang dia merasakan kekagumanya bertambah kepada Shaoqiang. Kekaguman itu bahkan mengalahkan rasa takutnya.
Seperti saat ini, dia begitu berani duduk bersebelahan dengan Shaoqiang. Biasanya, dia akan duduk dengan memberi jarak diantara mereka berdua. Namun, saat ini dia duduk tepat bersebelahan dengan Shaoqiang. Biasanya, dia takut untuk menatap Shaoqiang. Namun, sekarang dia berulang kali menatap Shaoqiang dengan diam-diam.
“Qiuyue, apa ada yang ingin kamu katakan kepadaku? Beberapa kali aku memergokimu sedang menatapku, tetapi saat aku menoleh kepadamu, kamu malah menoleh ke arah lain,” Shaoqiang bicara dengan suara yang tenang lalu menoleh kepada Luna. Luna terkejut mendengar perkataan suami Qiuyue itu. Dia berpikir kalau Shaoqiang tidak menyadari aktivitasnya itu.
“Saya,” Luna ingin mengutarakan alasan karangannya, tetapi melihat mata Shaoqiang yang teduh menatapanya langsung, pikiran Luna menjadi kosong untuk sesaat.
"Iya, katakan saja! ” Shaoqiang mengerutkan keningnya. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia menunggu jawaban Luna. Luna merasa pipinya memanas. Dia menundukkan wajahnya.
“Saya hanya ingin bertanya berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk sampai di Houfu,” Luna akhirnya bisa mengutarakan alasan yang dia karang.
“Wajahmu sedikit merah. Apakah kamu demam?” Shaoqiang bertanya sambil meletakkan tangannya di dahi Luna. Hal itu membuat Luna gugup.
“Tidak, Houye. Saya tidak demam. Aku hanya bosan,” Luna melepas tangan Shaoqiang yang memegang dahinya itu. Shaoqiang menghela nafas,
“Kita akan tiba di Houfu nanti sore jika kita menempuh perjalanan ini tanpa berhenti,”
“Baguslah,” Luna menjawab singkat.
“Kalau kamu merasa lelah, kamu harus mengatakannya sehingga kita bisa berhenti sejenak untuk berisitirahat,” Shaoqiang berkata dengan lembut.
“Baik, Houye,”
“Qiuyue,” Shaoqiang memanggil nama istrinya itu dengan lembut. Luna yang menundukkan kepalanya, menoleh ke arah suami Qiuyue itu secara refleks. Shaoqiang tersenyum kepadanya. Senyumannya itu membuat Luna merasa jantungnya berdebar tidak beraturan.
“Bukankah aku memintamu memanggilku dengan namaku saat kita hanya berdua?” Shaoqiang mengingatkan Luna akan perkataannya di tepi sungai setelah mereka berdua menghanyutkan lampion berisi permohonan mereka.
'Mungkinkah perkataan Shaoqiang saat itu yang membuatku menjadi seperti ini' Luna bertanya kepada dirinya sendiri didalam hati.
"Qiuyue!" Shaoqiang berkata lagi sambil memegang tangan Luna. Hal itu membuat Luna kaget dan secara otomatis menarik tangannya.
“Baik, Hou, maksudku Shaoqiang,” Luna berkata dengan gugup. Shaoqiang menganggukkan kepalanya.
“Seperti itu lebih baik,” Shaoqiang memegang puncak kepala Luna. Luna terkejut lagi dan langsung melepas tangan Shaoqiang yang memegang puncak kepalanya itu. Luna menatap Shaoqiang dengan raut kesal. Bibirnya mengerucut.
“Kamu yang cemberut ini seperti kucing kecil yang sedang marah,” Shaoqiang berkata lalu tersenyum. Luna terkejut mendengar perkataan Shaoqiang. Tokoh utama laki-laki di beberapa novel yang pernah Luna baca kerap menyebut kekasihnya dengan sebutan kucing.
“Hou, maksudku Shaoqiang. Saya tidak nyaman mendengar kamu memanggilku dengan sebutan kucing,” Luna mengutarakan keberatannya. Shaoqiang langsung kehilangan senyumannya.
“Maaf. Aku hanya ingin kita menjadi akrab,” Shaoqiang memberi alasan.
Alasan Shaoqiang itu membuat Luna mengingat perkataan Shaoqiang di tepi sungai tadi malam. Suami Qiuyue itu berkata kalau dia ingin menjadi akrab dengannya. Shaoqiang berkata kalau dia akan menjadi suami Qiuyue sampai maut memisahkan mereka. Pernyataan Shaoqiang itu membuat Luna susah tidur.
Di satu sisi dia merasa senang karena pernyataan Shaoqiang itu menjelaskan kalau Shaoqiang tidak terlalu membenci Qiuyue seperti dulu. Jika Shaoqiang tidak terlalu membenci Qiuyue seperti dulu, Shaoqiang tentu akan memberi lebih banyak kepercayaan kepada Luna. Saat Shaoqiang percaya sepenuhnya kepadanya, Luna bisa bergerak lebih bebas untuk mencari cara kembali ke dunia nyata.
Di sisi yang lain, Luna menjadi khawatir. Dia mengkhawatikan perasan kagum yang ada pada dirinya saat ini bisa berubah menjadi cinta di masa yang akan datang. Bukankah cinta bisa lahir dari kekaguman?
Luna tidak mau terjebak dengan perasaan cinta karena cinta bisa membuatnya menjadi egois. Saat rasa egois memenuhi batin, dia bisa berubah menjadi jahat seperti Qiuyue yang asli. Qiuyue menjdi nekat dan bertindak jahat kepada Rufen karena dia sangat mencintai Shaoqiang. Cintanya berubah menjadi obsesi yang tidak saja menghancurkan dirinya sendiri, tetapi juga menghancurkan orang-orang yang dia sayangi.
Luna menghela nafas.
Dia menatap keluar melalui jendela kereta kuda. Berharap kalau perjalanan mereka akan segera berakhir. Dia bukan tidak tahan berada di dekat Shaoqiang seperti saat ini. Sebenarnya, dia takut kalau dia menjadi merasa terlalu nyaman berada di dekat Shaoqiang.
‘Luna, ingat kalau Shaoqiang adalah kekasih Rufen. Jika kamu mau kembali ke dunia nyata, kamu harus membuat Shaoqiang bahagia. Itu artinya, kamu tidak boleh jatuh cinta kepadanya. Bahkan, kamu harus memikirkan cara untuk membuat kedua tokoh utama itu bersatu,’ Luna berkata kepada dirinya sendiri di dalam hati. Namun, setelah dia berkata kalau dia harus menemukan cara untuk menyatukan Shaoqiang dengan Rufen, Luna merasa hatinya sedikit sakit.
Luna memegang dadanya yang terasa perih itu. Entah mengapa, dia merasa ingin menangis.
***
Shaoqiang melihat Qiuyue yang menoleh keluar melalui jendela kereta kuda. Beberapa kali dia memergoki istrinya itu sedang memperhatikannya. Awalnya Shaoqiang berpikir kalau istrinya itu ingin mengutarakan sesuatu. Namun, saat Shaoqiang memintanya untuk bicara, perempuan itu malah menghindar dan membuat alasan kalau dia bosan.
Shaoqiang sebenarnya ingin mengajak istrinya itu berbincang-bincang untuk membunuh waktu dan membuat mereka menjadi lebih akrab. Namun, dia tidak memiliki topik yang menarik untuk dibahas oleh mereka berdua. Selama ini perbincangan diantara mereka berdua selalu dimulai oleh Qiuyue. Istrinya yang kehilangan ingatan itu banyak bertanya tentang dirinya sendiri.
Kacaunya, saat dia berusaha mengakrabkan diri dengan membuat candaan kecil dan mengatakan kalau Qiuyue itu seperti kucing, istrinya malah kesal. Shaoqiang tidak mengerti mengapa istrinya kesal sekali karena dipanggil kucing. Padahal kucing adalah binatang yang lucu. Jarang orang marah dipanggil dengan sebutan kucing.
'Rufen biasanya tersenyum jika dipanggil dengan sebutan kucing olehku, ' batin Shaoqiang. Namun, setelah berpikir seperti itu, Shaoqiang merasa bersalah. Dia lupa kalau Qiuyue dan dirinya tidak akrab. Shaoqiang sendiri baru menyatakan kalau dia mau berusaha mengakrabkan diri dengan Qiuyue tadi malam.
Akan tetapi, hari ini dengan cepatnya dia berkata seakrab itu. Sikapnya itu tentu membuat Qiuyue merasa tidak nyaman. Jika berada di posisinya, Shaoqiang pun aka merasakan hal yang sama juga.
'Namun, mengapa aku bisa secepat ini bersikap seperti itu kepadanya,' batin Shaoqiang.
Dear pembaca,
Terimakasih untuk dukungannya. Maaf, part ini tidak panjang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top