MIMPI DAN INGATAN
KOSAKATA
-Jiejie = Kakak Perempuan
-Didi = Adik Laki-laki
-Gongzhu = Putri
-Niangniang = Yang Mulia, digunakan untuk perempuan keluarga Kerajaan. Digunakan kepada Tuan Putri, Permaisuri, Selir, Ibu Suri dan istri Pangeran.
-Qinwang = Pangeran Tingkat Pertama
-Gonggong = panggilan kepada Kasim
-Nubi = hamba, digunakan oleh perempuan
***
Seorang perempuan berpakaian hanfu berwarna merah tua menggunakan segenap tenaganya untuk memacu kuda yang dinaikinya. Rasa takut yang memburunya, membuatnya tidak berniat memelankan kecepatan kudanya. Tidak peduli dengan jalanan terjal dan jurang di kiri kanannya. Yang pentingnya baginya saat ini adalah harus sampai sesegera mungkin ke tempat yang ditujunya.
"Xiaojian, mengapa jadi seperti ini?" teriak perempuan itu dan terus memacu kudanya.
"Xiaojian, tunggu Jiejie-mu!" teriak perempuan itu ketika dia hampir sampai dia di gerbang utama Ibu Kota. Saat hendak melewati gerbang itu, para pengawal mengahandangnya dengan membentuk barikade dari dua tombak yang disatukan. Namun, perempuan itu menarik ujung pisau yang disimpannya di balik hanfunya. Meletakkan ujung yang tajam ke kulit lehernya sendiri. Lalu dia pun berteriak, "Jangan halangi jalanku!"
"Yue Gongzhu, apa yang Anda lakukan?"
"Minggir atau aku akan mati dan kalian akan disalahkan atas kematianku," ucap perempuan itu dan para pengawal yang beada di gerbang Ibu Kota terpaksa membuka barikade yang mereka buat dengan tombak mereka tadi. Perempuan itu maju dan memacu kudanya dengan cepat. Semua orang yang berada di jalan yang dilaluinya panik karena ulahnya dan berlari ke pinggir supaya tidak ditabrak kuda. Perempuan itu bahkan dengan berani menarik tali kekang kuda dengan posisi tertentu sehingga kudanya bisa melompati sebuah gerobak yang menghadangnya.
Tidak sampai dua puluh menit, dia tiba di depan tembok Istana yang tinggi. Orang banyak telah berkumpul di depan tembok itu. Perempuan itu pun turun dari kudanya. Melewati ratusan orang yang berdiri di depan tembok. Mereka berkumpul karena sebuah pengumuman pelaksanaan eksekusi. Berbeda dengan orang-orang yang menunggu di depan tembok itu untuk menonton, perempuan itu datang untuk mencegah.
"Bixia telah menjatuhkan hukuman mati kepada Jian Qinwang karena telah melakukan kudeta kepada Bixia," ucap seorang kasim dari atas tembok. Dua orang pengawal pun naik ke atas tembok tinggi itu dengan mengapit seorang laki-laki berpakaian putih kotor. Wajahnya lebam dan tubuhnya lemah sehingga harus diseret oleh orang yang membawanya ke atas tembok.
"Didi, ini Jiejie!! Didi!" teriak perempuan itu dari bawah tembok dan suaranya yang nyaring membuat semua orang menoleh kepadanya. Laki-laki itu membuka matanya sedikit dan melihat perempuan yang datang itu dengan mata yang meneteskan air mata. Perempuan itu tidak tahan lagi. Dia berlari menuju tangga untuk naik ke atas tembok. Menghantam orang yang menghalanginya dengan pukulan tepat di wajah. Dia berhasil naik ke atas tembok dan mendekati Kasim yang membuat pengumuman tadi.
"Gonggong, tolong beri waktu sedikit. Aku akan bertemu dengan Bixia dan meminta pengampunan untuk Xiaojian. Kumohon!" teriak perempuan itu sambil memegang tangan Kasim yang menatapnya dengan wajah yang dingin.
"Yue Gongzhu tentu tahu, bukan? Melawan perintah Bixia artinya kematian," ucap Kasim yang telah berambut putih itu. Kasim itu menatap dua pengawal yang mengapit laki-laki tadi. Memberi kode dengan memincingkan matanya.
"Didi," ucap Yue Gongzhu mencoba mendekati dua pengawal yang menyeret adiknya tadi, tetapi beberapa pengawal mendekat dan menarik tubuhnya sehingga tidak bisa mendekati laki-laki yang akan dihukum tadi.
"Jiejie, maafkan aku," ucap laki-laki yang dipanggil Didi tadi. Dua orang pengawal tadi menyeret laki-laki tadi mendekati tepian tembok dan menjatuhkan laki-laki itu ke bawah.
"Xiaojian!" pekik perempuan itu dan dengan segenap tenaga melepas tangan pengawal yang menahannya. Dia pun berlari ke bawah dan mendekati tubuh yang kepalanya terluka dan mengalirkan darah terbaring di atas tanah. Perempuan itu menganggkat kepala laki-laki itu dan membarringkannya di atas pangkuannya, wajahnya telah beruraian air mata.
"Xiaojian. Ini Jiejie. Xiaojian!" ucap perempuan itu dan mengguncang tubuh laki-laki itu. Namun, tidak ada reaksi. Dengan tangan gemetaran, perempuan itu menyentuh hidung adik laki-lakinya dan menyadari tidak ada lagi nafas yang berhembus dari hidungnya.
"Tidak!!!" teriak perempuan itu.
***
"Tidak!!!" Luna berteriak dengan kencang dan membuka matanya. Keringat dingin telah membasahi hanfu yang dikenakannya. Air mata jatuh dan mengaliri pipinya yang putih. Rasa sesak menghantamnya, membuatnya tidak bisa bernafas. Kesedihan yang sangat dalam melingkupinya. Kesedihan yang membuatnya ingin mati saja.
"Yue Gongzhu, Anda bermimpi buruk?" tanya Lihua, perempuan yang melayani Luna itu pun bertanya dengan wajah pucat yang menunjukkan rasa cemas. Pelayannya itu tinggal di ruang sebelah, berjaga-jaga kalau majikannya itu memerlukan bantuannya. Suara teriakan Luna itu tampaknya didengar oleh Lihua sehingga perempuan itu bergegas masuk.
"Iya. Aku mendapat mimpi buruk menakutkan," ucap Luna dan dia merasa lehernya seakan tercekat.
"Lihua, air!" pinta Luna dengan menyebut nama pelayannya yang lain. Lihua yang menggantikan Liu Fei untuk melayanani Nyonya-nya malam itu langsung mendekat dengan memberikan secawan teh. Luna meminumnya dengan tergesa sehingga tersedak. Lihua, menepuk punggung Luna perlahan untuk mengurangi efek tersedaknya. Sejak bangun, perasaan Luna tidak kunjung tenang. Apa yang dilihatnya dalam mimpi tadi terasa sangat nyata. Dia merasa dia adalah perempuan yang berpakaian baju merah dan berusaha menyelamatkan adik laki-lakinya.
Di dunia nyata, Luna yang tidak memiliki keluarga sehingga tidak tahu rasanya punya adik laki-laki. Namun, di dalam mimpi itu dia merasakan ikatan emosional yang kuat dengan laki-laki yang ada di dalam mimpinya itu. Dia bisa merasakan perasaan sebagai seorang kakak. Saat laki-laki itu dijatuhkan dari atas tembok Istana, Luna bisa merasakan kehilangan dan kesedihan melandanya. Kesedihan itu masih terasa sampai dia terbangun dari tidurnya.
"Apakah kesedihan yang melanda ini adalah perasaan Qiuyue untuk adik laki-lakinya? Nampaknya, didalam mimpi, aku sepenuhnya menjelma menjadi Qiuyue. Dalam mimpiku itu, aku tidak ingat kalau aku adalah Luna. Aku benar-benar menjadi Qiuyue dan merasakan semua emosinya," ucap Luna di dalam hati dan Luna memegang pipinya yang basah. Air mata masih belum mau berhenti dan terus keluar. Dadanya terasa sesak. Luna memegang dadanya yang terasa sakit. Dia pun menepuk perlahan dadanya dan berharap apa yang dilakukannya itu dapat menghilangkan perasaan yang tidak nyaman yang sedang melandanya.
"Xiaojian," ucap Luna, mengingat nama laki-laki yang memanggilnya dengan sebutan jiejie.
"Jian Qinwang maksud Anda, Niangniang?" tanya Lihua dan Luna menatap Lihua, kaget.
"Adikku, bukan?" tebak Luna dan Lihuan menganggukkan kepalanya. Luna menutup matanya karena rasa sakit tiba-tiba menekan kepalanya. Luna menutup matanya untuk menahan rasa sakit yang melandanya itu. Beberapa pristiwa muncul di benaknya. Xiaojian yang tersenyum dan memeluknya dengan riang berganti dengan wajah penuh kemarahan di pristiwa yang lain.
"Jiejie, aku akan membalas rasa sakitmu," ucap Xiaojian dengan kilatan amarah di matanya, melintas di benak Luna.
"Niangniang, apakah Anda merasa sakit kepala?" tanya Lihua dan Luna yang menutup matanya perlahan membuka matanya. Dipijitnya sendiri pelipis wajahnya dengan tangan kanan. Untuk pertama kalinya dia merasakan apa yang baru saja dialaminya. Melihat pristiwa yang tampaknya dialami langsung oleh tubuh aslinya, Qiuyue. Dalam mimpi dan dalam keadaan sadar.
"Apakah Xiaojian masih hidup?" tanya Luna dengan ragu dan Lihua mengkerutkan keningnya karena mendapat pertanyaan itu. Lihua ingat bagaimana temannya, Liu Fei mengatakan kalau Nyonya mereka kehilangan ingatannnya. Saat itu dia tidak percaya, tetapi sekarang dia melihatnya sendiri. Bukan saja kehilangan ingatan, tetapi juga bicara aneh.
"Niangniang, Jian Wangye dalam keadaan sehat. Bukankah dia baru saja mengunjungi Anda? Sehari setelah Jian Wangye kembali ke Ibu Kota, Anda mendadak ingin mengunjunginya. Nubi mencoba mencegah Anda, tetapi Anda bersikeras menaiki kuda dan terjatuh karena terburu-buru," ucap Lihua dan menjelaskan dengan wajah yang pucat.
Luna menundukkan kepalanya. Dia mencoba mengingat cerita Autumn Moon yang dibacanya. Luna yakin kalau tidak ada adegan dimana Xiaojian mengunjungi Qiuyue selama dia berada di rumah peristirahatan yang menjadi tempatnya menjalani hukumannya. Yang Luna ingat adalah penggambaran karakter Xiaojian. Penulis Fate Warning membuat narasi yang menjelaskan kalau Xiaojian adalah pangeran yang sangat ambisius sehingga melakukan kudeta untuk mendapatkan tahta untuk memenuhi ambisinya.
Jika dia tidak salah menghintung, tidak lama lagi Xiaojian akan melakukan kudeta yang berujung kepada kegagalan. Pristiwa kudeta itu adalah awal hukuman bagi Qiuyue. Setelah kudeta gagal, Qiuyue menjadi dendam dan merancang kudeta lagi. Pada akhirnya di kudeta itu, dia kalah seperti adik laki-lakinya. Dihukum mati dan ibunya bunuh diri.
Luna menghela nafas. Setelah sebulan berada di dunia fiksi ini, dia tidak juga menemukan jalan untuk kembali ke dunia nyata. Setelah memakan telur busuk, Luna memakan kue busuk bahkan jamur beracun. Tidak ada satupun usahanya yang membawanya kembali ke dunia nyata. Luna juga sudah mencoba membeturkan kepalanya ke dinding sampai pingsan, tetapi tetap juga dia tidak kembali ke dunia nyata. Luna sebenarnya ingin mencoba melakukan hal lain yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri, tetapi Lihua mencegahnya. Lihua berkata kalau Yue Gongzhu meninggal dengan cara yang tidak wajar, Lihua dan keluarganya akan dihukum mati. Luna tentu saja iba dan memutuskan menghentikan usahanya sementara waktu.
"Niangniang, apa yang Anda pikirkan?" tanya Lihua dengan mata yang menyelidik. Luna menggelengkan kepalanya.
"Lihua, apakah ada sesuatu yang aku katakan sebelum aku berusaha meninggalkan tempat ini dulu untuk menemui Xiaojian?" tanya Luna dan Lihua menelengkan kepalanya ke kanan sebentar. Keningnya berkerut. Tampak sekali sedang berpikir.
"Nubi tidak yakin, Niangniang. Namun, saat Nubi memegang kaki Niangniang untuk mencegah Niangniang, Niangniang berkata 'aku harus mencegahnya'," jawab Lihua setelah beberapa menit diam. Luna terkejut mendengar jawaban itu. Bisa jadi Qiuyue ingin mencegah adiknya melakukan kudeta sehingga dia bersikeras meninggalkan tempat tinggalnya kini. Apa yang menjadi mimpinya mungkin adalah gambaran pristiwa yang akan terjadi.
Luna menghela nafas. Dia pun turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju jendela. Membukanya perlahan dan melihat bulan separuh di langit. Angin sepoi-sepoi berhembus. Membuat perasaannya lebih nyaman dibandingkan tadi.
Luna merenung, dia ingat beberapa cerita transmigrasi yang dibacanya para tokoh yang bertransmigrasi ke dunia lain itu berusaha mengubah alur cerita. Ulah mereka membuat mereka semakin terjebak di dunia tempat mereka bertransmigrasi. Lalu pada akhirnya, mereka memang tidak kembali ke dunia asli mereka. Luna tidak mau mengikuti jejak mereka. Luna tidak bisa berada di dunia fiksi ini lebih lama lagi karena dia tidak seperti tokoh-tokoh rekaan yang dibacanya. Tokoh-tokoh cerita yang dibacanya itu memiliki sifat pemberani dan jenius.
Luna sadar diri kalau dia tidak seperti para tokoh kisah fiksi yang pernah dibacanya. Dia bukan perempuan jenius. Bisa menyelesaikan bangku SMK dengan nilai pas-pasan saja dia sudah bersyukur. Dia juga bukan perempuan pemberani dan tidak pernah mempelajari ilmu bela diri apapun.
Luna ingat beberapa cerita yang dibacanya. Para tokoh yang transmigrasi itu memiliki keahlian luar biasa. Di cerita Transmigrator Meet Reincarnator, tokoh utamanya memiliki keahlian dalam memasak. Dalam kisah Doomed to be Cannon Fodder, tokohnya juga pandai memasak dan beretika tinggi sehinga memenangkan hati suaminya. Dalam kisah Princess Medical Doctor, tokohnya adalah dokter hebat dan bisa menggunakan keahliannya untuk menolong orang banyak dan menarik hati suaminya. Kisah Purchaes to Dream, tokohnya pintar dan ahli menari. Kisah Princess Agent, tokoh utamanya ahli dalam perang. Sedangkan Luna?
Luna menggigit bibirnya karena kesal. Dia tidak seperti para tokoh fiksi yang dibacanya. Dia tidak bisa meniru langkah jejak mereka dan mengubah keadaan mereka yang kacau menjadi lebih baik bahkan sangat baik. Luna berjalan mendekati cermin dan melihat wajahnya. Hal yang tidak dimengertinya, Qiuyue memiliki wajah yang persis sama dengan dirinya. Wajah ini dikatakan oleh penulis FateWarning sebagai wajah cantik. Namun, kecantikan ini tidak bisa membuat suaminya hanya tertarik kepadanya. Tiba-tiba hatinya terasa sakit.
"Jiejie, maafkan aku!" kilatan pristiwa di dalam mimpinya melintas. Air mata kembali mengaliri pipinya. Rasa sakitnya bertambah lagi, menyesakkan dadanya. Luna sudah bertekad untuk tidak mengikuti jejak para tokoh fiksi yang mengubah dunia tempat mereka bertransmigrasi. Namun, kilasan wajah Xiaojian yang muncul di mimpi dan benaknya itu membuatnya sedih. Dalam kilasan yang dia dapat saat sadar, Xiaojian berkata akan membalas rasa sakit yang dialaminya. Sekalipun Xiaojian adalah laki-laki yang ambisius, tetapi dia menyayangi kakak perempuanya. Hal itu membuatnya sedih.
"Baiklah, aku tidak memiliki kekuatan apapun. Aku tidak punya keistimewaan apapun. Namun, tidak ada salahnya jika aku mencoba sekali. Mencoba menghentikan Xiaojian melakukan kudeta," ucap Luna di dalam hati.
"Lihua, tolong persiapkan kereta kuda. Aku harus menemui Xiaojian. Aku tahu aku masih berada dalam masa hukuman, tetapi aku bisa menyamar bukan? Jika aku berpakaian pelayan sepertimu dan berpura-pura belanja ke Ibu Kota, para pengawal mungkin akan terkecoh," ucapku dan Lihua mengerutkan keningnya sejenak lalu dengan panik menolak.
"Tidak bisa, Niangniang. Tidak bisa. Anda akan semakin dihukum jika ketahuan," ucap Lihua tetapi Luna menggelengkan kepalanya.
"Lihua, tidak usah takut. Aku pandai menyamar. Mereka tidak akan tahu," ucap Luna dengan yakin dan Lihua terpaksa menganggukkan kepalanya. Luna menghela nafas dan berharap keputusannya ini tidak memberikan dampak buruk bagi hidupnya. Apalagi saat ini, dia masih belum menemukan jalan untuk kembali ke dunia nyata.
***
Luna menatap hanfu yang telah dipakainya. Lihua telah membantunya mengenakan hanfu berwarna hijau muda yang lembut. Seorang pelayan memang tidak mendapat pakaian yang mahal. Warnanya tidak cerah dan bahannya tidak terlalu bagus.
"Sekarang, bawa semua riasan itu," ucap Luna dan Lihua menganggukkan kepalanya. Selama seminggu ini, Luna membuat berbagai bahan riasan. Luna membuatnya berdasarkan resep riasan yang dia baca di majalah kecantikan di dunia nyata. Bahan-bahannya tentu saja berasal dari alam karena di masa ini, belum ditemukan bahan-bahan kimia. Luna berusaha keras membuatnya dan berulang kali juga gagal. Dalam hatinya ada penyesalan karena dia kurang peduli dengan riasan berbahan alami. Jika saja dia mempelajarinya dengan sungguh-sungguh di dunia nyata, hal itu bisa menjadi bekal baginya di dunia ini.
Luna pun mengambil bahan riasan itu. Dengan keahliannya, dia membuat riasan yang sederhana diwajahnya seperti Lihua aplikasikan di wajahnya. Dia membuat tompel di pipi kanannya dan beberapa tai lalat di wajahnya. Sedapat mungkin, Luna membuat wajahnya berbeda dari wajah aslinya. Dia tidak terlalu berhasil, tetapi orang yang tidak terlalu mengenalnya bisa dia dipastikan akan terkecoh. Cukup lama Luna berkelut dalam urusan riasan ini.
Riasan selesai, waktunya berangkat.
Pembaca yang kusayang,
Aku tahu tema tulisan ini mungkin agak aneh. Part dua, aku merasa kurang puas. Namun, di part tiga ini aku merasa puas. Aku mulai merasakan keselarasan dalam plot yang kugunakan. Aku mohon dukungan kalian. Aku rasa kisah ini akan menjadi kisah yang mempunyai suasana berbeda dan unik. Besar harapanku kalau kalian akan suka.
Sumatera Utara, 11 JUNI 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top