HAL YANG TERSEMBUNYI
Shaoqiang membuka matanya perlahan dan melihat perempuan yang berada di dalam pelukannya. Qiuyue, istrinya itu masih tidur. Perlahan dia melepas pelukannya dan membuka selimut. Shaoqiang pun turun dari tempat tidur dengan perlahan supaya tidur Qiuyue tidak terganggu. Setelah itu, dia merapatkan selimut yang menutupi tubuh Qiuyue.
Shaoqiang mencuci mukanya dan mengganti pakaiannya. Hari ini dia harus berangkat menuju Ibu Kota. Ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan disana. Dia mengunjungi Qiuyue hanya untuk memastikan keadaannya dan membuat senang mertuanya.
Selesai mengganti pakaiannya, Shaoqiang berdiri di dekat tempat tidur. Dia menatap wajah Qiuyue yang masih tidur dengan nyenyak. Ucapan Qiuyue kemarin terngiang lagi di benaknya dan rasa kesal memenuhi hatinya lagi. Dia merasa permintaan Qiuyue untuk bercerai seperti sebuah sindiran kejam untuknya. Istrinya itu pasti tahu kalau mereka tidak diperkenankan bercerai. Hanya kematian yang bisa menyelamatkan mereka berdua dari kehidupan pernikahan ini.
Shaoqiang menghela nafas. Dia pun berjalan menuju lemari di ruang tidur itu untuk mengambil pedang miliknya yang dia simpan di sana sejak hari pertama tiba di Pavilliun Qiuyue. Namun, Shaoqiang kurang berhati-hati sehingga dia tidak sengaja menyandung kaki meja di ruang itu dan menimbulkan bunyi yang cukup keras. Shaoqiang berbalik dan melihat ke arah istrinya. Seperti yang dia khawatirkan, istrinya itu terbangun.
“Houye, Anda mau kemana sepagi ini?” tanya Qiuyue dan Shaoqiang menghela nafas. Dia enggan menjawab karena mendengar suara istrinya itu, amarah langsung memenuhi hatinya.
“Apakah Anda akan pergi berburu lagi?” tanya Qiuyue dan Shaoqiang melihat mata istrinya yang memandangnya. Matanya yang memandang dengan dalam dan teduh itu mengingatkannya kepada seseorang.
Seketika hati Shaoqiang merasa tidak nyaman sehingga dia menundukkan kepalanya sebelum menjawab.
“Aku harus ke Ibu Kota. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan disana. Aku kesini hanya untuk memastikan kalau keadaanmu baik-baik saja,” ucap Shaoqiang dengan kepala menunduk untuk menghindari kontak mata.
“Anda sangat baik, Houye. Sekalipun Qiuyue telah berbuat jahat kepada Anda dan Rufen, Anda tetap kembali untuk melihat keadaannya. Saya kagum dengan ketulusan hati Anda,” ucap Qiuyue dan ucapannya itu membuat Shaoqiang kaget dan menegakkan kepalanya lagi. Jawaban Qiuyue lagi-lagi seperti dia sedang menceritakan orang lain. Lalu Qiuyue mengatakan kagum kepadanya? Apakah Shaoqiang salah mendengar?
“Qiuyue, lagi-lagi kamu bicara seperti membicarakan orang lain. Lagipula mendengar perkataanmu barusan membuatku kesal. Entah mengapa kata-katamu di telingaku seperti kebohongan. Sampai kapan kamu bersandiwara di depanku?” tanya Shaoqiang dan Qiuyue memalingkan wajahnya.
“Ini semua karena kepalaku terbentur. Saya tidak bermaksud bersandiwara,” ucap Qiuyue.
“Sudahlah. Tidak ada gunanya aku memperpanjang pembicaraan ini. Aku sudah diburu-buru oleh waktu. Setelah semua pekerjaanku di Ibu Kota selesai, aku akan kembali berkunjung,” ucap Shaoqiang dan Qiuyue menatapnya dengan tatapan berbinar.
“Anda akan pergi ke Ibu Kota? Untuk waktu yang lama, bukan?,” tanya Qiuyue dengan mimik yang menunjukkan rasa antusias. Shaoqiang mengernyitkan dahinya melihat ekspresi istrinya itu.
“Aku disana sampai pekerjaanku selesai. Aku tidak bisa memastikan berapa lama aku ada disana,” ucap Shaoqiang dan Qiuyue menganggukkan kepalanya beberapa kali.
“Anda tidak usah terburu-buru menyelesaikan pekerjaan Anda, Houye. Selesaikan saja dengan perlahan supaya tidak ada kesalahan yang terjadi. Anda juga tidak harus mengunjungi saya lagi. Saya akan baik-baik saja disini bersama para pelayan,” ucap Qiuyue dan istrinya itu mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Membuat Shaoqiang merasa kalau istrinya itu senang jika Shaoqiang tidak pergi untuk waktu yang lama.
“Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin lalu mengunjungimu lagi. Kamu sedang mengandung dan aku merasa bertanggung jawab untuk melihat kondisi kalian berdua,” tegas Shaoqiang dan wajah Qiuyue berubah menjadi terlihat tidak senang. Salah satu sudut bibirnya naik, menunjukkan ekspresi tidak suka.
“Aku berharap kamu tidak melakukan hal yang akan membahayakan dirimu sendiri dan bayi yang berada dalam kandunganmu,” ucap Shaoqiang dan Qiuyue menganggukkan kepalanya dan menatapnya lembut.
“Houye, bukankah bagi Anda jauh lebih baik jika Qiuyue kenapa-kenapa? Maksudku kalau Qiuyue mati, bukankah Anda bisa bebas?” tanya Qiuyue dan pertanyaan istrinya itu membuatnya merasa sangat kesal.
“Qiuyue apa maksud perkataanmu itu? Apakah kamu sedang menuduhku kalau aku berusaha membunuhmu? Kamu berkata seperti ini seakan memperingatkanku kalau ada hal buruk terjadi kepadamu maka aku akan dituduh sebagai penyebabnya,” tanya Shaoqiang tajam yang segera dijawab dengan gelengan kepala oleh istrinya itu.
“Tidak, Houye. Sungguh! Itu tidak akan terjadi. Anda tidak akan disalahkan,” ucap Qiuyue dan Shaoqiang mengabaikan perkataan istrinyabitu. Dia mengambil pedangnya yang berada di lemari. Dia tidak ingin berbicara banyak lagi karena besar kemungkinan akan menjadi perdebatan yang baru.
“Aku pergi,” ucap Shaoqiang dan Qiuyue turun dari tempat tidurnya.
“Anda tidak sarapan lebih dulu?”
“Masih terlalu cepat untukku sarapan,”
“Kalau begitu aku akan menyuruh pelayan menyiapkan bekal untuk Anda,”
“Tidak usah. Aku akan makan di rumah makan yang aku temukan di perjalanan,” ucap Shaoqiang dan Qiuyue menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu semoga Houye tiba di tujuan dengan selamat,” ucap Qiuyue sambil menundukkan tubuhnya sedikit sebagai cara memberi hormat.
Shaoqiang menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya ke luar Pavilliun. Hari masih subuh dan matahari belum bersinar, Shaoqiang berjalan menuju Istal tempat kudanya ditaruh. Di Istal, Kepala Pelayannya sudah menunggu dengan buntalan kain. Shaoqiang tersenyum melihat Kepala Pelayannya itu.
“Houye, saya telah membuatkan beberapa Pao dengan isi beragam. Anda bisa memakannya untuk menahan lapar,” ucap Jiao Mama sambil menyerahkan bungkusan kain kepada Shaoqiang dan Shaoqiang segera menerimanya. Dia sudah berpamitan kepada Kepala Pelayan itu tadi malam dan menyuruhnya untuk tidak mengantarnya pergi di pagi buta. Namun, pelayan yang melayaninya sejak dia mendirikan Pavilliun itu tetap bangun lebih pagi dan memasakkan makanan untuknnya.
“Jaga Yue Gongzhu dengan hati-hati, Jiao Mama. Kamu tahu, bukan? Jika ada hal buruk terjadi kepadanya, aku bisa dituduh sengaja membiarkannya,” ucap Shaoqiang dan Jiao Mama menganggukkan kepalanya.
“Saya akan menjaga Yue Gongzhu dengan baik. Maafkan kelalaian saya selama ini,” ucap Jiao Mama dan Shaoqiang menganggukkan kepalanya.
“Bukan salahmu sebenarnya. Semua kekacauan ini dimulai karena ulahnya sendiri. Apa kamu tahu Yue Gongzhu mau pergi kemana saat dia jatuh dari kuda?” tanya Shaoqiang dan Jiao Mama menggelengkan kepalanya.
“Tidak, Houye. Saat itu, Yue Gongzhu diam-diam menuju Istal dan mengambil kuda secara sembarangan. Saat itu dia tidak tahu kalau dia mengambil kuda yang masih dalam masa pelatihan. Kuda itu kaget dan menjatuhkan Yue Gongzhu saat dia mencoba memacunya,” jawab Jiao Mama. Shaoqiang menghela nafas. Entah mengapa dia menjadi penasaran dan ingin tahu alasan istrinya itu menaiki kuda. Apakah istrinya itu mau melarikan diri dari hukuman? Ataukah dia diam-diam mau menemui Rufen untuk melukainya lagi?
“Awasi Yue Gongzhu dengan lebih ketat tanpa sepengetahuannya,” pesan Shaoqiang dan Kepala Pelayannya itu menganggukkan kepalanya. Shaoqiang pun menarik kudanya keluar dari Istal dan menaikinya saat sudah diluar.
“Aku pergi!” ucap Shaoqiang dan memacu kudanya dengan kecepatan sedang.
Setelah memacu kuda seharian dengan berhenti di beberapa tempat untuk makan dan beristirahat, akhirnya Shaoqiang tiba di Ibu Kota. Setelah melaporkan kedatangannya kepada petugas Istana, dia segera kembali ke kediamannya. Tiba di gerbang kediamannya, seorang perempuan telah menunggunya. Perempuan itu mengenakan Hanfu berwarna biru muda. Buyeo (tusuk konde) dari emas yang menghias rambutnya menggambarkan statusnya sebagai Putri Kaisar.
“Jendral, akhirnya kamu sampai,” ucap perempuan itu dan bibirnya tersenyum.
“Fang Gongzhu, Hal apakah yang membuat Anda berkunjung ke kediamanku?” tanya Shaoqiang dan segera turun dari kuda yang dia naiki. Segera dia mendekati perempuan itu, tetapi satu langkah sebelum dia berada di depan sang Putri, Shaoqiang tersadar. Dia nyaris memeluk perempuan di hadapannya. Jika hal itu terjadi, maka dia akan mencoreng nama baik sang Putri.
“Tidak ada hal yang penting. Lagipula Jendral, saya belum diangkat menjadi Putri secara resmi saat ini. Minggu depan barulah Anda bisa memanggilku dengan sebutan Fang setelah upacara resmi pengangkatan. Namun, sekarang saya adalah Rufen,” ucap Rufen lembut. Shaoqiang tersenyum canggung.
“Bagaimana keadaan Jiejie (Kakak)?”
“Dia baik-baik saja,”
“Sebenarnya saya berharap Jiejie akan menghadiri acara pengangkatanku sebagai Putri. Saya ingin mengajaknya berbaikan setelah apa yang terjadi. Saya bisa memahami alasan dia bertindak seperti itu kepada saya. Sayangnya, saya tidak bisa membujuk Fuhou (Ayahanda Kaisar) untuk mengakhiri hukuman Jiejie,” ucap Rufen dan Shaoqiang menghela nafas. Satu sisi dia merasa senang karena sifat Rufen masih seperti yabg dia kenal. Hatinya baik dan mudah memaafkan.
Akan tetapi, disisi lain ada yang mengganjal di hati Shaoqiang. Mengingat nyawa Rufen nyaris hilang oleh perbuatan Qiuyue, rasa sedih dan sesal memenuhi hatinya karena tidak menjaga Rufen dengan baik.
“Bixia bertindak tepat. Jika hukuman Yue Gongzhu dipersingkat, istriku itu tidak akan berubah. Dia pasti mengulangi perbuatannya dan bisa melakukan hal yang lebih buruk lagi,” ucap Shaoqiang dan Rufen menundukkan kepalanya sejenak lalu menatap Shaoqiang lagi.
“Saya berharap dia benar-benar berubah setelah hukumannya berakhir,” ucap Rufen lembut. Shaoqiang menatap mata perempuan yang berada di hadapannya itu. Mata itu begitu teduh dan membuatnya merasa tenang. Namun, disisi lain rasa malu meliputi hatinya. Membuatnya mengingat hal yang dia tutupi rapat-rapat. Dia menerima dekrit pernikahannya dengan Qiuyue bukan hanya karena tidak yakin kalau Rufen masih hidup, tetapi ada alasan lain yaitu mata Qiuyue yang mirip dengan mata Rufen.
Saat itu, Shaoqiang berpikir kalau dia menikahi Qiuyue maka di saat dia sangat merindukan Rufen, dia bisa menatap mata Qiuyue untuk meredakan kerinduannya itu. Sekalipun sikap Qiuyue begitu menjengkelkannya, setiap melihat matanya maka rasa kesal Shaoqiang reda. Hal itulah yang membuatnya bertahan menghadapi perempuan itu. Akan tetapi, sekarang dia sangat menyesali keputusannya saat itu.
***
Luna berjalan mengelilingi taman di Pavilliun. Memperhatikan bunga-bunga yang sudah mekar penuh. Kupu-kupu berterbangan mengitari bunga-bunga itu. Serangga lainnya seperti kumbang dan capung ikut berkeliling. Menambah indah pemandangan di sekitar Luna.
“Beginikah suasana Musim Panas?” tanya Luna kepada dirinya sendiri. Berdasarkan perhitungan kalender, bulan ini sudah memasuki Musim Panas. Bunga-bunga di pohon mulai membentuk buah yang bisa dipanen di Musim Gugur. Beberapa jenis tanaman perdu seperti arbei yang ditanam di belakang Pavilliun bahkan sudah bisa dipanen. Makanan yang disajikan untuknya pun lebih beragam dibandingkan Musim sebelumnya. Semua hal itu membuat hati Luna sedikit terhibur.
Sudah tiga bulan lebih Luna tinggal di dunia fiksi Autumn Moon. Selama itu juga dia belum menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata. Yang membuatnya makin sedih, Jiao Mama mengawasinya dengan ketat sejak Shaoqiang mengunjunginya sebulan yang lalu. Gerak-gerik Luna dibatasi sehingga dia tidak bisa kemana-mana. Seharian dia berada di Pavilliun dan berkeliling di sekitar rumah peristirahatan Shaoqiang ini.
‘Tiga bulan sudah aku ada di dunia ini dan mulai bisa beradaptasi dengan cara hidup orang-orang di dunia ini. Aku harus mengucapkan selamat kepada diriku sendiri karena kemampuanku beradaptasi yang hebat,’ ucap Luna di dalam hati. Dia mengingat beberapa hal yang membuatnya kesulitan. Hal paling sepele adalah masalah buang air kecil dan buang air besar. Dia harus melakukannya di atas guci. Sungguh hal yang sangat menyulitkan orang yang berasal dari dunia modern seperti dirinya.
“Yue Gongzhu, sebaiknya Anda beristirahat dulu. Cukup lama Anda berjalan-jalan di sekeliling Pavilliun ini,” saran Li Hua dan dijawab Kuna dengan gelengan kepala. Berada di ruang tidurnya jauh lebih menjemukkan dibandingkan berada di luar.
Meskipun kepanasan, Luna merasa lebih senang di luar.
“Li Hua, apakah tidak ada makanan yang menyegarkan di cuaca sepanas ini?” tanya Luna sambil mengipas-ngipas dirinya.
“Makanan menyegarkan?”tanya Li Hua balik.
“Misalnya es? Apa tidak ada es di dunia ini?” keluh Luna.
“Es biasanya ada di Ibu Kota, Yue Gongzhu. Biasanya Istana akan merayakan Festival Musim Panas bersama para Bangsawan di Istana sambil menikmati hidangan yang diberi es,” ucap Li Hua dan Luna cemberut mendengarnya. Dia mengingat aneka jenis es yang dia makan di dunia nyata. Betapa dia ingin memakannya.
“Yue Gongzhu tidak usah cemas, saya akan mencari cara membawa es batu itu untuk Anda,” ucap Liufei. Mendengar perkataan pelayannya itu hati Luna terhibur karena pelayannya itu berusaha membuatnya senang sekalipun sulit. Luna menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dan tersenyum.
“Tidak usah. Satu hari membawa es dari Ibu Kota sudah membuat es itu mencair. Aku tidak menginginkannya lagi,” ucap Luna dan menggerakan badannya ke kiri dan kanan. Belakangan tubuhnya cepat merasa lelah dan punggungnya pegal. Sesekali Luna harus melakukan perenggangan untuk mengurangi rasa pegalnya.
“Apakah Houye akan kesini lagi? Sudah sebulan lebih beliau ke Ibu Kota,” ucap Li Hua dan Liufei malah langsung menepuk pundaknya keras.
“Tentu saja dia akan datang, Li Hua. Kamu jangan membuat Gongzhu cemas. Houye pasti mengkhawatirkan kondisi Gongzhu yang sedang mengandung anaknya,” ucap Liufei dan Li Hua menganggukkan kepalanya. Luna tertawa di dalam hati melihat tindak-tanduk kedua pelayannya itu. Mereka berdua berusaha menghibur dirinya padahal Luna justru lebih senang kalau Shaoqiang tidak berada didekatnya.
“Itu tidak mungkin terjadi,” ucap Luna sambil memetik beberapa bunga. Nanti dia akan memasukkannya kedalam guci kecil dan meletakkannya di ruang tidurnya. Mungkin dia harus memikirkan kegiatan lain yang bisa dia lakukan selama dia berada di dunia fiksi ini sampai menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata.
“Yue Gongzhu jangan pesimis. Houye pasti akan datang mengunjungi Anda,” ucap Liufei, ikut menimpali perkataan temannya.
Luna menghela nafas dan menatap kedua pelayannya sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk mereka berdua. Dia tidak mungkin mengatakan alasan sebenarnya mengapa dia yakin suami Qiuyue itu tidak akan datang. Di Kisah Autumn Moon diceritakan kalau Shaoqiang hanya sekali saja mengunjungi Qiuyue dan tampaknya mereka bertengkar hebat sehingga Shaoqiang tidak mengunjunginya lagi.
Hal yang sama diulang oleh Luna sebagai Qiuyue. Sebulan yang lalu, dia dan Shaoqiang banyak berselisih pendapat. Shaoqiang berulang kali bahkan menunjukkan kemarahannya dalam intonasi suaranya ketika berbicara.
Jadi Luna berasumsi kalau tokoh utama kisah Autumn Moon itu tidak akan datang lagi.
“Houye pasti sangat sibuk sekarang. Lagipula waktu dia datang, aku banyak melakukan hal yang membuatnya kesal. Dia pasti malas berkunjung lagi,” ucap Luna, tetapi kedua pelayannya malah tersenyum seperti sedang meledeknya.
“Siapa yang malas berkunjung?” sebuah suara terdengar dari belakang Luna. Luna membalikkan badannya dan melihat orang yang paling tidak dia inginkan, berdiri tidak jauh darinya.
"Aku bilang pasti akan mengunjungimu lagi, bukan?" ucap Shaoqiang sambil berjalan menuju tempat Luna berdiri.
‘Sial!’ umpat Luna di dalam hati.
***
Sumatera Utara, 21 September.
Mencuri waktu mengerjakan ini. Saat nunggu teman biar pulang dari kantor barengan. Juga saat di angkot. Tidak kusangka, bisa juga dua ribu kata diketik. Hahaha...
Terimakasih untuk dukungannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top