EMPATI YANG MUNCUL

Shaoqiang duduk di teras pavilliun sambil menikmati pemandangan di luar. Hari sudah malam dan langit dihiasi bintang-bintang. Pemandangan dihadapannya ini sedikit mengurangi stress yang melandanya sekarang. Sekalipun sudah bermeditasi dan pergi berburu, stress yang dialaminya tidak hilang. Hanya berkurang sedikit saja.

"Houye, maaf Anda lama menunggu," suara Qiuyue lirih terdengar, Shaoqiang menoleh ke samping dan melihat istrinya itu menundukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat. Shaoqiang terpana sesaat melihat sikap istrinya itu. Dulu, tidak sekalipun Qiuyue melakukannya. Dia pasti langsung duduk di sebelahnya tanpa memberi sapaan.

"Tidak apa-apa. Duduklah!" jawab Shaoqiang dan Qiuyue pun menganggukkan kepalanya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Shaoqiang. Lihua segera datang dan menuangkan teh kedalam cawan untuk Qiuyue. Qiuyue tersenyum kepada pelayannya itu.

"Terimakasih, Lihua," ucap Qiuyue lalu meminum tehnya sedikit kemudian meletakkan cawannya diatas meja. Shaoqiang kembali terpana. Dulu, Qiuyue jarang mengucapkan terimakasih kepada siapapun. Bahkan kepada pelayannya, dia kerap bertindak kasar.

"Houye, Yue Gongzhu, apakah makan malam sudah bisa disajikan?" tanya Liu Fei  dan Shaoqiang menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya. Liu Fei pun berbalik meninggalkan mereka sedangkan Lihua tetap menunggu dengan berdiri di sudut teras.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Shaoqiang kepada istrinya yang duduk dengan menundukka kepalanya dihadapannya. Istrinya itu terlihat asyik melamun sehingga tidak mendengar pertanyaannya.

"Qiuyue," panggil Shaoqiang dan Qiuyue mengangkat kepalanya dengan refleks. Mata istrinya itu pun menatapnya dengan tatapan yang menyiratkan rasa terkejut.

"Iya, Houye! Ada apa?" tanya Qiuyue dengan sedikit gagap.

"Aku menanyakan keadaanmu sekarang," ucap Shaoqiang dan Qiuyue menundukkan kepalanya sedikit.

" Dibangdingkan tadi pagi, saya merasa sekarang lebih baik," ucap Qiuyue dengan suara yang lirih dan lambat. Shaoqiang menganggukkan kepalanya beberapa kali setelah mendengar jawaban istrinya itu.

Shaoqiang mengambil cawannya dan meminum isinya sedikit sambil memperhatikan sikap Qiuyue. Istrinya itu terlihat tidak nyaman, berbeda dengan sikap yang ditunjukkannya tadi sore saat melihat Shaoqiang membawa ayam hutan. Saat itu, Qiuyue terlihat antusias dan tersenyum melihat hasil buruannya. Namun, kini sikapnya kembali kaku.

"Houye, makan malam telah tiba," Li Hua yang sejak tadi diam, bicara dengan suara yang lembut. Shaoqiang melihat ke arah tenggara. Beberapa pelayan berjalan beriringan membawa nampan dengan ragam mangkuk dan piring berisi makanan diatasnya.

"Sajikan!" ucap Shaoqiang dan pelayan istrinya itu segera memindahkan teko dan cawan teh dari atas meja sehingga Liufei yang datang bersama iringan pelayan dari dapur bisa menyajikan makanan di atas meja untuk kedua majikannya. Shaoqiang memperhatikan ekspresi Qiuyue. Seperti dugaannya, ekspresi Qiuyue kembali berubah menjadi antusias. Matanya berbinar-binar melihat ayam hutan yang kini telah menjadi ayam bakar utuh.

"Makanlah, Qiuyue!" ucap Shaoqiang dan Qiuyue menganggukkan kepalanya. Istrinya itu langsung mengambil sepotong paha ayam dan dengan lahap memakannya. Shaqiang terdiam sesaat melihat sikap istrinya itu. Dulu, Qiuyue tidak pernah antusias dengan makanan yang disajikan bahkan terlihat jijik ketika tahu masakan yang disajikan berasal dari daging buruan. Namun, sekarang Qiuyue sangat antusias.

"Kamu juga harus banyak makan sayur," ucap Shaoqiang sambil meletakkan sayur tumis ke atas mangkuk Qiuyue yang langsung memakannya tanpa protes. Melihat istrinya makan dengan lahap, selera makan Shaoqiang pun terbit. Dia pun mulai melahap makanan yang disajikan dengan santai. Dia makan sambil memperhatikan ekpresi istrinya.

"Saya sudah kenyang, Houye. Masakan ini enak sekali. Terimakasih karena Houye membaginya dengan saya," ucap Qiuyue setelah makan malam selesai dan meja mereka telah dibersihkan. Ucapan Qiuyue itu lagi-lagi membuat Shaoqiang terkejut. Dulu istrinya ini jarang sekali  mengucapkan terimakasih kepadanya, tetapi sekarang untuk hal sepele dia berterimakasih.

"Jika kamu suka, lain kali aku akan memburu rusa untukmu," ucap Shaoqiang dan Qiuyue tersenyum.

"Benarkah? Pasti rasanya enak," ucap Qiuyue, tetapi wajahnya yang menunjukkan rasa antusias itu mendadak berubah lagi.

"Anda bilang lain kali? Apakah Houye berniat tinggal lebih lama disini?" tanya Qiuyue dengan ekspresi yang tidak bisa Shaoqiang tebak. Apakah senang atau merasa terganggu.

"Tidak sekarang. Lain kali mungkin aku bisa menghabiskan waktuku lebih lama disini," ucap Shaoqiang dan dia melihat ekpresi Qiuyue yang terlihat tenang.

"Qiuyue, mengapa kamu melarikan diri dari Pavilliun setelah mendengar aku datang?" tanya Shaoqiang dan seketika wajah Qiuyue pucat.

"Saya tidak melarikan diri, mengapa Houye berpikir begitu?" tanya Qiuyue dengan gelisah. Shaoqiang menghela nafasnya.

"Jangan berbohong, Qiuyue. Aku tahu kamu melarikan diri dari kamarmu. Ada jejak sepatu di tepi jendela yang menunjukkan kamu keluar dari jendela. Kamu bahkan berlari saat dikejar pelayanmu," ucap Shaoqiang dan menaikkan salah satu alisnya saat menatap Qiuyue.

"Itu," ucap Qiuyue lirih. Dia menundukkan kepalanya sejenak kemudian menatap Shaoqiang dengan gugup.

"Saya memang melarikan diri. Saya pikir Houye masih marah dengan apa yang saya lakukan kepada Rufen. Saya jadi takut bertemu dengan Houye," ucap Qiuyue dan Shaoqiang langsung membalas perkataannya.

"Aku memang masih marah kepadamu. Kamu sangat kejam kepada Rufen bahkan tega meracuninya," ucap Shaoqiang.

"Itu karena Qiuyue mencintai Anda sangat dalam sehingga dia tidak rela kalau Anda akan mengangkat Rufen menjadi Selir," ucap Qiuyue dan Shaoqiang mengernyitkan dahinya.

"Lagi-lagi kamu berbicara seolah-olah kamu bukan Qiuyue. Kamu seolah sedang membicarakan orang lain," ucap Shaoqiang dan Qiuyue menundukkan kepalanya.

"Itu karena kepala saya yang terbentur," ucap Qiuyue dan Shaoqiang menghela nafas mendengar jawabannya dan  berusaha menerima jawaban Qiuyue itu. Dia ingat perkataan pelayan mereka. Kepala Qiuyue yang terluka membuat istrinya itu lupa dengan banyak hal. Bahkan menurut pengakuan pelayan mereka, Qiuyue pernah lupa kalau dia adalah Qiuyue.

"Kamu berkata kalau kamu mencintaku terlalu dalam sehingga kamu bertindak kejam kepada Rufen? Aku tidak percaya. Kalau benar kamu mencintaiku dengan sangat dalam maka seharusnya kamu percaya kepada janjiku kepadamu kalau aku tidak akan mengambil Selir," ucap Shaoqiang dan Qiuyue menatapnya dengan ekspresi terkejut.

"Anda pernah berjanji seperti itu kepada Qiuyue?" tanya Qiuyue dan Shaoqiang menganggukkan kepalanya.

"Di malam pernikahan kita. Kamu sangat mabuk dan berkata kalau kamu tidak mau memiliki Selir dan memaksaku berjanji untuk tidak memiliki Selir," ucap Shaoqiang dan Qiuyue mengernyitkan dahinya.

"Sekalipun Houye mencintai Rufen, Houye mau berjanji seperti itu?"

"Saat itu aku pikir Rufen telah meninggal dunia dan aku yakin kalau aku tidak akan bisa mencintai orang lain lagi. Jadi tidak mungkin aku mengambil Selir dalam pernikahan kita," ucap Shaoqiang.

"Jadi setelah Rufen muncul, apakah Houye tidak sekalipun berpikir kalau ingin mengangkat Rufen menjadi Selir?" tanya Qiuyue dengan tatapan mencurigai.

"Karena aku mencintainya, aku tidak ingin mengangkatnya menjadi Selir karena hanya akan membuatnya menderita. Aku bersyukur tidak melakukannya karena jika aku melakukannya saat itu, kamu mungkin sudah menyakitinya lebih dari yang telah kamu lakukan kepadanya," ucap Shaoqiang tanpa bisa menutupi kemarahannya. Dia pun memilih untuk tidak lagi menutupi perasaannya terhadap Rufen. Bukankah perempuan yang ada dihadapannya ini telah tahu lebih dulu?

"Kalau begitu, mengapa Anda marah sekali ketika saya bilang kita bercerai saja? Rufen masih hidup dan Anda mencintainya. Bukankah lebih baik melepaskan Qiuyue dan menikah dengannya? Rufen juga adalahbputri Bixia. Anda punya alasan kuat menceraikan Qiuyue karena Qiuyue berusaha meracuni Rufen dan Bixia seharusnya tidak akan marah kepada Anda karena Bixia sangat menyayangi Rufen," ucap Qiuyue dan Shaoqiang terkejut mendengar ucapan Qiuyue. Untuk kedua kalinya, istrinya itu mengutarakan kata bercerai. Amarah memenuhi hatinya dan dengan keras dia memukul meja. Wajah Qiuyue memucat seketika.

"Apa kamu berpikir semudah itu menceraikan seorang Putri Kaisar?" tanya Shaoqiang dan Qiuyue menundukkan kepalanya.

"Maafkan saya, Houye. Saya tidak bermaksud buruk. Saya kasihan kepada Anda dan Rufen yang tidak bisa bersatu karena Qiuyue," ucap Qiuyue.

"Qiuyue, sudah cukup! Jangan berpura-pura kalau kamu berempati kepadaku atau Rufen setelah apa yang terjadi. Lalu kamu bilang kalau kamu mencintaiku? Lagipula, apakah orang yang mencintai seseorang akan dengan mudah meminta orang yang dicintainya meninggalkan dirinya?" tanya Shaoqiang dan istrinya itu menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti olehnya. Perlahan air mata jatuh dari pelupuk mata istrinya itu. Shaoqiang terdiam sesaat kemudian berdiri dan meninggalkan istrinya itu.

***

"Yue Gongzhu, Anda menangis," ucap Li Hua setelah Shaoqiang pergi. Luna memegang pipinya yang telah basah dengan air mata.

"Hapus air mata Anda, Gongzhu," ucap Liufei sambil menyodorkan sapu tangan kepada Luna. Luna mengambilnya dan menghapus air matanya perlahan. Entah mengapa hatinya terasa sakit. Dirinya bukan Qiuyue dan dia berbicara dari sudut pandangnya pribadi sebagai pembaca kisah 'Autumn Moon' yang mengidolakan pasangan Shaoqiang dan Rufen. Namun, mengapa hatinya terasa sakit setiap mengutarakan pemikirannya tadi? Hatinya bahkan terasa sangat sakit setelah mendengar perkataan Shaoqiang yang terus meragui perasaan cinta Qiuyue kepadanya.

"Sepertinya benar dugaanku kalau perasaan Qiuyue masih tinggal di tubuh ini dengan sangat dalam? Sekalipun aku telah mengambil alih tubuh dan pikirannya, tetapi perasaan Qiuyue masih ada dan kadang menguasaiku," ucap Luna didalam hati. Entah mengapa timbul sedikit rasa kasihan di hatinya untuk tokoh Qiuyue. Karena pada kenyataannya, Shaoqiang tidak pernah tahu kalau Qiuyue benar-benar mencintainya. Bahkan Shaoqiang tidak percaya kalau Qiuyue mencintainya.

Luna tahu betapa sakitnya cinta sepihak. Namun, Luna tahu ada perasaan yang lebih menyakitkan dari cinta sepihak, yaitu perasaan sakit  karena orang yang dia cintai meragukan perasaan cintanya. Luna memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit dan membuatnya merasa sesak nafas.

"Yue Gongzhu, mengapa Anda berkata seperti tadi?" tanya Li Hua setelah air matanya berhenti mengalir. Luna menatap pelayan Qiuyue itu. Pelayan itu terlihat sangat mencemaskan dirinya.

"Entahlah, aku tidak tahu," ucap Luna dengan rasa sesal karena mengutarakan isi hatinya tanpa berpikir panjang. Dia terlalu larut dalam percakapan mereka dan malah mengutarakan hal yang dibenci Shaoqiang untuk dibicarakan.

"Yue Gongzhu, apakah Anda lupa dengan peraturan  Kerajaan? Siapapun yang menikah karena dekrit Kaisar tidak bisa bercerai. Apalagi Anda seorang Putri Bixia. Pernikahan Anda hanya bisa berakhir dengan kematian atau jika salah satu diantara kalian ada yang mengkhianati Bixia,"  ucap Li Hua.

"Apakah peraturannya seketat itu?" tanya Luna yang dijawab Li Hua dengan anggukan kepala. Luna menghela nafas melihat jawaban Li Hua. Dia berdiri dan menatap langit malam. Sekarang dia paham mengapa Shaoqiang sangat marah setelah mendengar usulan perceraian darinya. Shaoqiang marah karena apa yang diutarakannya mustahil untuk dilakukan.

Kematian atau mengkhianati Kaisar. Mengkhianati Kaisar artinya hukuman mati. Keduanya sama-sama kematian. Maka mustahil bagi Shaoqiang untuk menceraikan Qiuyue. Yang Luna takutkan adalah kalau dia belum juga menemukan jalan kembali ke dunia nyata dan terpaksa berada dalam tubuh Qiuyue untuk waktu yang lama. Sebagai Qiuyue, mau tidak mau Luna harus menjalani pernikahan dengan Shaoqiang.

"Yue Gongzhu, hari semakin larut. Anda harus beristirahat," ucap Liufei sambil memegang tangan Luna. Luna menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam Pavilliunnya. Dia menatap ruang tidurnya dengan perasaan campur aduk. Setelah melepas pakaian luarnya, dia pun naik ke atas tempat tidurnya dan berusaha untuk tidur.

Setelah beberapa waktu mencoba untuk tidur dengan menghitung domba di dalam pikirannya, Luna tidak bisa juga tidur. Saat malam semakin larut, Luna mendengar suara pintu ruang tidurnya dibuka. Luna bangun dan duduk di atas tempat tidurnya. Melihat Shaoqiang  yang masuk ke ruang tidurnya. Suami Qiuyue itu langsung membuka pakaian luarnya dan berjalan mendekati tempat tidurnya.

"Kamu terganggu?" tanya Shaoqiang dan Luna menganggukkan kepalanya, tetapi segera sadar dan segera menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya menjalankan apa yang Tabib suruh. Aku harus memelukmu supaya suhu tubuhmu tetap normal," ucap Shaoqiang dan Luna merasa jantungnya sesaat terasa berhenti berdegup. Dalam hatinya, dia mengumpati Tabib yang memberi saran aneh untuk menyembuhkannya dari sakit. Tidur dalam pelukan Shaoqiang membuatnya tidak akan tenang. Namun, dia tidak berani membatah setelah kemarahan Shaoqiang tadi. Dia diam saja ketika Shaoqiang membantunya berbaring lalu memeluknya.

Luna berpura-pura tidur dan setelah beberapa saat, dia yakin kalau Shaoqiang telah tertidur. Luna mencoba melepas pelukan Shaoqiang, tetapi tidak bisa. Luna menatap Shaoqiang yang memeluknya dengan posisi saling berhadapan.

Luna mengingat perkataan Shaoqiang yang tidak dia ingat ada dalam kisah Autum Moon. Lebih tepatnya, Luna melewatkan bab pernikahan Qiuyue dengan Shaoqiang ketika membaca kisah itu karena rasa tidak suka. Shaoqiang dalam bab itu berkata kalau dia berjanji tidak akan mengambil Selir. Membuat Luna semakin kagum dengan sikap tokoh utama idolanya ini sekaligus kasihan kepadanya.

Shaoqiang telah berusaha menerima Qiuyue dan berusaha tetap setia kepadanya sekalipun dia tidak mencintai Qiuyue. Namun, Qiuyue salah dalam bertindak dan justru kerap menunjukkan sikap sombong kepada suaminya itu. Hal itulah yang membuat Shaoqiang tidak bisa mencintainya. Terlebih lagi setelah Rufen muncul, tentu hati Shaoqiang merasa sakit, bukan? Melihat orang yang dicintainya masih hidup, tetapi tidak mungkin memilikinya sekalipun mereka berdua saling mencintai. Bukankah perasaan itu sangat menyakitkan?

Luna  menghela nafas. Entah mengapa sekalipun kasihan kepada Shaoqiang san Rufen, dia juga merasa tidak adil jika menyalahkan Qiuyue saja. Jika Luna mengambil sudut pandang Qiuyue, tentu tokoh antagonis ini senang mendengar janji Shaoqiang kepadanya dan berharap banyak kalau mereka berdua akan saling mencintai. Mungkin hal itulah yang membuat Qiuyue panik ketika Rufen muncul,  sehingga dia bertindak kejam kepada tokoh utama perempuan kisah Autumn Moon itu.

Apalagi Luna beberapa kali mendapat kilasan tentang kehidupan Qiuyue saat dia masih kecil dan saat adiknya meninggal karena hukuman mati. Luna tidak bisa mencegah dirinya merasa kasihan kepada tokoh antagonis ini. 

Sumatera Utara, 18 September 2018.
Terimakasih untuk dukungan kalian. Ini hasil curi-curi waktu, jadi tidak panjang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top