(Now) BAB 11: IJAB
Jangan lupa follow PixiOfficial sebuah akun yang didedikasikan oleh Zaryn Geraldi untuk wattpader Indonesia khususnya para author dan calon author di Wattpad. Semoga kalian menjadi pencerita yang handal lagi bermanfaat ☺
---
A d a U n d a n g a n
B u a t K a l i a n!
N a n t i d i B A B 1 2
---
***
Tidak ada keraguan, aku mencintaimu sejak cinta itu ada, sampai Cinta Allah menyatukan kita di Jannah Cinta.
***
[Now]
---Ge---
Gue menyelesaikannya dalam kurun dua puluh hari saja, dan sisa sepuluh harinya, gue habiskan buat mengulang semua ayat-ayat yang berhasil ditalar.
Ini bukan soal kemampuan gue dalam menghafal, atau pun metode yang diajarkan oleh lembaga kepada para peserta karantina. Tapi, gue membuktikan sendiri bahwa Allah akan memudahkan ayat-ayatNya untuk dihafal.
Menghafal satu Alquran penuh, bagi gue rasanya seperti kerasukan secercah ruh cahaya ke dalam tubuh. Yang gue hafal memang tidak berbentuk, tapi apa yang tersimpan di ingatan dan hati, itu seperti sebuah mahluk yang bersemayam di dalam sana.
Rasanya tenang. Gue menghafal Alquran untuk diri gue sendiri. Gue menghafalkan Alquran untuk diulang secara mandiri. Karena jika kalian pikir setelah gue menghafal lantas gue tiba-tiba berubah menjadi Kyai, itu salah. Gue tetap menjalani kehidupan sebagaimana kalian hidup. Gue nggak ingin lantas ada orang yang segan karena apa yang gue miliki. Gue masih sama seperti kalian, tidak ada bedanya. Biarlah penghormatan dan kemulian Allah saja yang mencatatnya.
Gue berdoa, agar siapa saja yang menuliskan dan membaca kisah ini, bisa Allah mudahkan untuk menjadi penghafal-penghafal Alquran. Dimudahkan dan disegerakan masanya. Aamiin...
Setelah wisuda dan penyerahan lisensi tahfidz, gue lalu pulang ke Jawa buat ketemu orang tua dan keluarga. Bapak sama ibu menangis syukur ketika gue ngasih kejutan lisensi itu, dan mereka gue tunjukin video waktu gue hataman.
Kita ngadain syukuran di rumah, bareng keluarga besar dan tetangga dekat.
Setelah itu gue balik ke Jakarta buat menyampaikan keberhasilan gue kepada keluarganya Andin. Mereka juga bersyukur. Andin pun sama.
Namun kali ini, gue yang menahan diri untuk tidak berduaan dengan Andin. Gue ingin menjaga hafalan gue yang masih lemah. Yang penting gue sudah cukup ngasih tahu kalau gue berhasil.
Akhirnya sudah disepakati dua belah pihak, bahwa akad nikah gue dan Andin akan dilangsungkan satu minggu lagi. Meskipun kurang tepat waktunya karena satu minggu setelah itu Andin baru masuk ujian akhir semester atau apalah itu sebutannya untuk jurusan kedokteran, pokoknya bukan UAS namanya. Jadi dia harus mempersiapkan semuanya disela-sela kesibukannya belajar.
Pernikahan ini tidak akan dihelat secara mewah ataupun besar-besaran. Hanya akan dihadiri oleh tamu keluarga dan tamu undangan terdekat. Barulah setelah itu diadakan acara ramah-tamah bersama undangan yang jumlahnya lebih besar. Kami mengutamakan akad nikahnya dulu.
Deg degan...
Aseli gue nggak bohong.
Akhirnya gue nikah juga.
Kita tidak ada penundaan apa-apa. Semuanya kami kerjakan secara cepat. Wedding organizer yang gue pakai juga bergerak efisien. Jadi gue sama Andin fitting baju juga dibantu sama mereka. Alhamdulillah langsung sreg bajunya.
Ya Allah... gue deg degan.
Gue sama Andin sejak itu bener-bener cuma ngomong lewat ponsel dan tidak secara langsung. Kita semacam puasa ketemuan sampai akad.
Jadi nggak ada foto pre-wedd. Tapi gue ngusulinnya pengin yang after wedd aja. Biar puas misal mau buat pose yang romantis.
Untung Andin juga nyanggupin. Dia malah senang dengan kondisi kita yang ini. Kita benar-benar seperti baru kenal pertama kali. Cuma saling tatap dari jauh pas mencoba baju pengantin.
Setelah semua urusan beres. Tinggallah gue menghubungi orang-orang yang dekat, terutama anak Van Oranje.
Pertama yang gue hubungin adalah Wana.
"Wan, kamu minggu depan batalin semua schedule ya. Hadir ke acara akad gue, bawa Iyus juga."
"Tunggu, tunggu. Ini aseli?"
"Aseli dari dua kelinci."
"Ya ampun, gue kesalip lo ternyata. Gue juga nikahnya abis lebaran deh kayaknya."
"Alhamdulillah, pokoknya harus datang ya!"
"Insya Allah, ini bakal gue sempetin banget kok."
Setelah itu gue menghubungi Iqbal, Mia pun Mega. Tapi, sayangnya, teman-teman gue di masa lalu nggak pada bisa hadir, kayak Dika, Abadi, Tori, mereka pada sibuk banget jadwalnya. Untung Ucon sama Arin bisa datang, karena mereka berdua itu pacarannya sampai nikah. Sekarang udah punya anak dua.
Kondominium gue sudah didekor rapi banget. Padahal acaranya masih seminggu lagi, tapi persiapannya udah jauh-jauh hari.
Bismillah, semoga lancar.
***
---Andin---
Tanpa kabar dan pemberitahuan, tiba-tiba Mas Zaryn bertamu ke rumah. Apa itu artinya dia sudah berhasil menghafal Alquran? Mamah dan Papah menyambut Mas Zaryn di ruang tamu.
Malam itu, entah kenapa aku tidak ingin bergabung di sana. Aku bisa melihat aura wajah yang tampan dan bersih. Putih dan memiliki kesan tersendiri. Seperti bersinar. Mas Zaryn di mataku seolah sedikit lebih muda dari biasanya. Jenggotnya dicukur bersih, kumisnya pun sama. Dia memakai peci hitam bercorak batik emas. Kemeja polos warna marun membuat kulitnya semakin terlihat terang. Kenapa aku tahu? Karena aku hanya berani mengintip dari balik lemari tempat menyimpan guci-guci.
Aku tidak tahu kenapa yang di sana itu seperti bukan Mas Zaryn. Seperti orang lain, Mas, apa kamu selalu tampan seperti ini, atau ini hanya faktor waktu? Mungkin karena sekarang dia adalah seorang penghafal. Aku benar-benar beribu kali lipat menghormatinya sekarang.
Kalian bisa membayangkan tidak? ketika kekasihmu yang sebulan lalu merengek ingin bertemu karena rindu dan tidak bisa mngontrol gejolak dirinya, dan sekarang terlihat semakin tenang, ditambah kini dia menjadi seorang penghafal? Laki-laki yang di sana itu akan mendapat mahkota penghormatan di akhirat nanti. Di dalam hatinya ada Alquran. Bibirnya akan merapal ayat-ayat sepanjang hidupnya. Dan hati yang ada Alqurannya itu, juga menyimpan namaku di sana. Di dalam hati Mas Zaryn, ada aku dan Alquran. Aku berdenyut bersama Alquran dalam hati yang sama.
Telapak tangannya yang putih bersih bersemu merah muda dengan urat nadi yang menonjol di punggung tangannya. Bibirnya yang tipis dan terlihat memerah. Aku harap itu semua akan menjadi milikku dan mencintaiku.
Aku ingin memeluknya sampai telingaku menempel di dada kiri Mas Zaryn, dan mendengar detak jantung laki-laki penghafal.
Ya Allah, apa dia benar-benar kekasihku? Sang Penghafal? Terimakasih.
Aku meneteskan air mata sembari mengintip dari celah-celah guci.
Ada udara yang bergerak lemah. Itu membawa aroma harum yang tak asing, tapi begitu mencekat penciuman, menenangkan. Aku hafal sekali ini aroma apa, minyak Zafran. Salah satu komposisi tubuh surga. Apa ini minyak milik Mas Zaryn?
Mataku menitik lagi. Aku ingin, suatu malam kelak membubuhkan beberapa tetes minyak itu di telapak tanganku, lalu aku mengusapkannya di tubuh Mas Zaryn, sebagai suamiku.
Kenapa membayangkannya saja terasa indah? Semoga akad itu bisa disegerakan.
Jantung di balik rusuk-rusukku berdetak hebat. Wahai jantung, bisakah kau berdetak lebih sopan lagi? ada penghafal Alquran di sana.
Tanganku mencengkeram kuat sebuah pulpen. Karena tadi ketika Mas Zarin datang aku sedang belajar. Terkejut sekali saat tahu yang bertamu itu Mas Zaryn.
Kita sudah satu bulan tidak berkomunikasi. Aku merindukan dia. Tapi harus sabar.
Karena sudah menjadi kesepakatan ketika Mas Zaryn mau berangkat ke karantina, bahwa sepulangnya selang satu minggu akan dilaksanakana akad, maka selama Mas Zaryn ada di karantina sudah ada persiapan untuk hari H. sekalipun berkesan mendadak, namun semuanya berjalan lancar dan tinggal menunggu tindak lanjutan dan kepastian Mas Zaryn.
Dari balik guci-guci aku sengaja menguping pembicaraan yang ada di sana.
"Insya Allah saya dan keluarga sudah siap apabila akadnya dilaksanakan Minggu depan," kata Mas Zaryn. Hatiku bergetar karenanya.
"Iya, kami sekeluarga sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk akad, kamu sudah tinggal memikirkan hal-hal sederhana," kata Papah.
"Lusa ada jadwal fitting baju. Nanti kamu sama Andin ke galeri, cari yang sesuai sama selera kalian," Mamah menambahkan. Hatiku semakin bergetar hebat.
Aku juga sudah mengatakan kepada orang tua kalau antara aku dengan Mas Zaryn sedang puasa berkomunikasi secara langsung.
...
Aku berada di mobil yang dikendarai oleh supir pribadi ayah. Sementara beberapa menit yang lalu Mas Zaryn sudah mengirim pesan kalau dia juga sudah dalam perjalanan.
Mas Zaryn pernah bilang, dia ingin ketika akad nanti mengusung tema white aestetic. Maksudnya bernuansa putih agar melambangkan kesucian dan awal lembaran yang baru. Mulai dari dekorasi mahligai, pelaminan, baju kami, tetamu undangan, keluarga, sampai... kamar pengantin.
Aku berdesir saat menyebut 'kamar pengantin'.
Maka dari itu, kami tidak perlu lagi berdebat soal baju. Di sini aku yang menyesuaikan keinginan Mas Zaryn. Setiap aku memakai gaun yang diopsikan, aku tidak bercermin, tetapi menghadapkan diri di depan Mas Zaryn dari jauh. Ketika dia menggeleng, itu artinya tidak suka. Ketika tersenyum dan mengangguk, itu maksudnya dia suka. Aku tidak keberatan, tidak ingin dikendalikan oleh egoku sendiri. Aku tidak melihat Mas Zaryn sebagai sosok kesayangan, tetapi sebagai seorang penghafal yang ingin aku hormati, sekaligus sebagai calon suami.
Untuk baju yang akan dikenakan Mas Zaryn, aku juga tidak perlu memberi penilaian. Intinya dia tahu sendiri bagaimana menyesuaikan gaunku dengan tetap mempertahankan nuansa putih estetik.
Aku setuju soal usulannya yang menunda acara foto pasangan, dan dilaksanakan ketika kita berdua sudah sah dan halal menyentuh satu sama lain.
...
Bagi perempuan, khususnya aku sendiri. Menyiapkan hadiah pernikahan untuk calon suami adalah sesuatu yang harus dipersiapkan secara istimewa. Bersama ibu, aku menyusuri toko khusus pernikahan di sebuah mal besar di Jakarta. Aku pernah mengantar sepupu membeli perlengkapan di sini tahun lalu, dan tidak menyangka kalau tahun ini aku datang ke tempat ini untuk membelikan sesuatu khusus buat calon suamiku.
Ah, aku tidak ingin membelikan sesuatu yang biasa saja. Ini untuk Mas Zaryn, ini untuk calon suamiku, dan ini untuk penghafal. Apa... aku perlu menambahkan satu sebutan lagi? kurasa perlu... untuk calon ayah dari anak-anakku.
Aaaaa...
Masya Allah, apa yang sedang kupikirkan? Tidak bisakah aku merona di tempat lain saja?
"Kamu mau beli yang seperti apa, Nduk?" tanya mamah.
"Yang paling istimewa," jawabku singkat.
Aku menyusuri galeri yang memajang pakaian laki-laki yang bagus-bagus! Setiap baju yang tergantung, aku membayangkan Mas Zaryn memakainya, lalu aku menggeleng ketika kurasa tidak cocok dan mengangguk ketika cocok. Dua setel pakaian mempelai pria bermode ala India sudah aku kemas, satu berwarna putih satunya lagi berwarna putih bercorak keemasan. Hmm, aku pernah melihat pernikahan artis di televisi dan mempelai prianya memakai baju khas India, keren! Mas Zaryn pasti bakal semakin keren kalau memakai ini.
Aku juga membeli benda-benda lain. Dua lipat sorban. Tiga baju koko. Minyak misik hitam, malaikat subuh, dan Zafran. Sebuah Alquran. Terjemahan kitab-kitab. Dua lipat sarung. Kopyah. Sajadah. Beberapa kemeja. Celana bahan. Sepatu. Sandal. Tasbih. Minyak rambut.
Mmm... apa lagi ya?
Oh iya, aku malu sekali waktu tiba-tiba mamah mendekat dan membawa satu belanjaan yang sudah dikemas dalam bentuk kado. Pas aku buka, itu isinya beberapa pakain dalam untuk laki-laki! Ih... mamah. Malu banget pas buka.
"Mah, Mas Zaryn pasti punya yang ginian," kataku.
"He! Kamu ini!... katanya mau yang istimewa. Kamu pikir, Nduk, Zaryn nggak punya sarung dan tetek bengek yang kamu belikan itu? Lagipula, kalau kalian udah nikah, nanti Zaryn bakal sering gonta-ganti celana dalam!" kata mamah santai, sambil mengedipkan mata meledek!
Aaa!! Ih... apa sih maksudnya.
Aseli bikin wajahku semakin memerah saja. Saat itu aku langsung mencubit lengan mamah dengan penuh cinta.
"Kenapa? Segini masih kurang?" kata mamah dengan logat jawanya. Bibirnya semakin meledek, seperti tahu itu akan sukses membuat kupu-kupu di perutku beterbangan.
"Udah Mah!"
Kenapa aku seperti berkesan membeli banyak barang, di sini aku ingin menegaskan sekali lagi, bahwa aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Masku tercinta, Mas Penghafalku. Yang sudah menelan ayat-ayat demi memperjuangkanku salah satunya.
Dalam kebudayaan Jawa, ada istilah gawan dan temon. Nah, gawan itu semacam hadiah yang diberikan oleh mempelai laki-laki untuk mempelai wanita dan temon itu hadiah untuk sebaliknya. Jadi dalam adat Jawa, pernikahan itu sesuatu yang sangan disakralkan, disucikan, dan harus dibuat semembahagiakan mungkin untuk kedua mempelai sekalipun itu diadakan dengan cara yang sederhana. Nah, yang aku siapkan ini namanya temon. Mas Zaryn juga pasti sudah menyiapkan gawan untukku. Dan aku penasaran dengan apa yang akan dihadiahkan oleh dia, sekalipun bagiku sesungguhnya dia sudah memberikan hadiah yang sangat tak ternilai dengan gelar penghafalnya, dan kalau dia tidak memberikan aku barang apapun, aku tetap menerima dia dengan bahagia, mencintainya, dan siap melayani dia sebagaimana Islam mensyariatkan.
---
A u t h o r s a i d:
M a k a n y a n i k a h s a m a
o r a n g J a w a.
Hahaha 😂
----
Papah sebenarnya juga hampir menyiapkan paket umrah untuk aku dan Mas Zaryn. Tapi Mas Zaryn menolaknya karena masih banyak yang harus dikerjakan setelah menikah. Namun entah ketika ramadan nanti, apakah kita akan umrah di bulan ramadan? Yang nilai pahalanya setara dengan berhaji bersama Rasulullah? Semoga.
Aku juga punya kesibukan, makanya aku juga mendukung untuk menunda acara umrah. Bagaimana dengan bulan madu? Aku belum memikirkan itu, tapi entah dengan Mas Zaryn.
...
H-2 acara akad.
Semua keluarga sudah berkumpul di rumah. Persiapan demi persiapan sudah hampir selesai. Aku tidak diperbolehkan membantu melakukan apapun. Katanya calon pengantin harus dieram di kamar biar mempelai pria juga penasaran. Tapi aku sesekali keluar kamar untuh melihat sejauh mana dekorasi yang sudah di buat.
Taman di depan rumah sudah di siapkan sebuah mahligai untuk tempat dudukku dan Mas Zaryn. Aku membayangkan sedang duduk di sana dan menggamit tangannya. Karangan bunga disusun rapi di sekitar pohon bonsai. Semua berwarna putih. Tandu-tandu dipasang untuk tamu undangan. Instalasi lampu hias juga sudah dipasang.
Di dalam rumah lantai satu, kain-kain berwarna putih sudah menjuntai dari sudut ke sudut. Buket yang berisi mawar putih di letakan di mana-mana. Anak kecil berlarian. Aku sangat kagum dengan pekerjaan dilakukan tim wedding organizer. Cepat dan rapi.
Oh iya, Ibu kandungku juga ada di sini. Dia baru datang semalam, padahal aku ingin dia menemaniku saat membeli hadiah buat Mas Zaryn. Tapi ibu tidak pernah mempermasalahkan. Dia juga terlihat saaaaangat bahagia. Adikku yang sudah remaja juga datang, dia akan didandani sebagai pengiringku nanti.
Dari Solo, ibu membawa banyak makanan untuk dihidangkan. Dia juga membawa hadiah untuk Mas Zaryn. Intinya dari pihakku, semuanya sangat setuju, mendukung, dan berbahagia di sini.
Biar kuceritakan bagaimana pelaminannya. Itu adalah ruang tamu yang luas dan sudah disulap menjadi pelaminan yang sangat indah. Tanaman rambat hias dan lampu-lampu menjuntai di atasnya, bantal-bantal tipis diletakkan dilantai. Nanti di sana akan ditaruh meja kecil untuk digunakan sebagai media pencatatan saat ijab qabul. Semuanya bernuansa putih.
Dan akhirnya, aku harus menceritakan bagaimana kamar pengantinnya. Ah, ini kamar pengantin yang paling indah sepanjang masa. Ya ini menurutku saja.
Kelambu-kelambu berwarna putih. Ranjang empuk. Sprei sudah diganti. Bunga-bunga dipasang. Di samping kanan tempat tidur sudah aku luangkan untuk menuruh semua kado-kado dariku untuk Mas Zaryn. Dan sebelah kiri untuk kado darinya.
Ada nakas berwarna putih untuk nanti ditaruh keranjang berisi buah-buahan. Lemariku sudah diganti menjadi yang lebih besar, satu sisi sudah dikosongkan untuk pakaian Mas Zaryn. Aku sudah memberi wewangian di sana. Dan bagian yang aku suka yaitu sebuah mihrab bernuansa putih berkombinasi biru dan ada ornamen kristal untuk tempat aku dan Mas Zaryn sholat.
Aku suka sekali!
...
H-1 acara akad.
Dapur sibuk dengan segala keperluan. Masak ini, masak itu. sebab kami tidak menyewa jasa catering. Ada yang membuat minuman, kudapan, makanan ringan, makanan berat dan jamuan lainnya.
Dekorasi sudah terselesaikan 95%. Di luar ada yang sedang mengecek pengeras suara. Dan semua itu membuat rumah ini menjadi semakin terlihat seperti istana.
Aku juga memastikan tamu undanganku datang esoknya.
Namun, ada satu yang sangat mengganjal dari ini semua. Yaitu, tidak ada ayah. Aku mendadak sedih di tengah-tengah kebahagiaan.
Ayah, aku akan menikah.
Jaminan bahagiamu akan tuntas sebentar lagi.
Yang akan menikahiku adalah sosok paling keren, dia dulu muridmu.
Aku harap ayah bisa menggandeng tanganku ketika aku gugup. Ayah melihat dari sana kan?
Rindu begitu menyeruak. Aku menangis di kamar karena rindu. Ibu diam-diam masuk ke kamar, lalu memelukku.
...
Hari H.
Pukul delapan pagi, semua orang sudah bersiap-saiap. Aku sudah didandani sebegitu cantikanya. Memakai gaun putih dan ada hiasan indah dihijabku.
Rencananya rombongan keluarga Mas Zaryn akan datang sepuluh menit lagi, sebab acara ijab qabul akan dilaksanakan tepat pukul setengah sembilan pagi.
Tamu undangan sudah pada datang. Tinggal menunggu kedatangan Mas Zaryn beserta keluarga.
Sejurus kemudian. Kabar bahwa rombongan mempelai laki-laki sudah datang. Jantungku berdebar hebat. Orang-orang mendadak gugup.
Di lantai bawah sedang ada acara penyambutan, diiringi suara rebana dan nyanyian sholawat yang mengalun sangat indah.
Jantungku semakin berdebar.
Adikku memegang tanganku. "Stay cool." Katanya.
"Ishh," jawabku. Dia meringis.
Kemudian kebisingan di bawah mendadak hening. Lalu masuklah mamah dan ibu, juga ibunya Mas Zaryn ke kamar.
"Ayo turun," ajak ibu.
Aku mengangguk.
Tapi entah kenapa, saat aku berdiri tiba-tiba tubuhku bergetar. Aku ingin menangis, entah ini tangisan apa. Bahagiakah? Itu pasti. Gugup? Mungkin. Akhirnya menikah? Mungkin juga. Atau hanya perasaan rindu akan sosok yang sudah tidak ada? Ya mungkin itu.
"Hei, jangan menangis. Masa mempelainya malah nangis. Nanti dandanannya luntur." Mamah menenangkan.
Aku akhirnya tenang juga.
Kemudian, dengan diiringi empat perempuan terdekatku. Aku menuruni anak tangga menuju pelaminan. Satu langkah menciptakan hentakan di dada. Aku menunduk. Tidak mencari keberadaan Mas Zaryn. Semua orang memperhatikan.
Ketika sampai di pelaminan, aku langsung duduk bersejajar dengan Mas Zaryn di depan penghulu dan para orang tua yang sudah siap. Lalu selembar kain dibentangkan untuk menaungi kepalaku dan Mas Zaryn.
Barulah prosesi paling sakral dan mendebarkan dimulai.
Awalnya aku melihat Mas Zaryn begitu tenang. Dia menunduk tidak memperhatikanku. Dia memakai pakaian yang kemarin sudah disetujui. Di lehernya menjuntai hiasan bunga melati.
Lalu, saat proses ijab yang ducapkan oleh papah dan tangan Mas Zaryn sudah menjabat tangan papah, itu berjalan dengan lancar.
Namun saat bagian qabul, ketika giliran Mas Zaryn menjawab,
"Qobiltu nikaahahaa wa tazwijahaa..." dia tersendat.
Kemudian ijab diulang sekali lagi. Oh, mungkin dia hanya gugup, wajar, aku yakin dia sudah menghafalnya.
Dan saat pada gilirannya lagi,
"Qobiltu nikaahahaa wa tazwijahaa bil mahril..."
Dia berhenti lagi, namun kali ini dia menangis.
---o0o---
H a y o o...
J a d i p a d a p e n g i n n i k a h
Y a a...
😂😂😂
Silahkan kasih bintang dan komentar sesuka kalian.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top