Permintaan Maaf

Gomen.. Ki_Liya07 dan ShihoAmelia

Aku merasa bersalah pada kalian berdua T^T. Maafkan kakakku yah, dia gak maksud begitu... Ucapan maaf sebesar-besarnya dariku mewakili kakakku..

I feel so bad for you two.. Would you forgive me?

Btw, aku pakai form yang GAGAL kemaren buat bikin FF tapi short story doang :'v Beda pair pula.

If you don't want to read just don't.. '-'

-----------------------------------------

Entah sudah berapa bulan gadis dengan surai cokelat itu berkutat di ruangannya. Tak ada setitik sinar yang merayap masuk ke sana, hanya kegelapan tersisa. Sumber cahaya hanya berasal dari lampu meja yang dengan setianya duduk menemani si gadis. Tak ada dunia luar yang ingin dia lihat, hanya dengan begini saja sudah memuaskan kehidupannya.

Bunyi goresan-goresan pensil-lah yang kini mengisi ruangan. Jemarinya lihai menari di atas kertas putih, menciptakan sketsa-sketsa kasar. Tak peduli dengan lelah yang kini menghinggapi, gadis itu hanya ingin pekerjaannya selesai.

Tiba-tiba goresan pensilnya terhenti, mematung sembari mulai bergetar. Pikir si gadis merayap kemana-mana. Mencoba mencari makna yang ingin dia siratkan pada selembaran tersebut. Dia mulai mengacak surai sendiri, menandakan usahanya yang tak menghasilkan apa-apa.

“Pikirkanlah arti cinta tersebut, maka komikmu pasti akan lebih laku di kalangan pembaca.”

Suara dari sang editor mulai terngiang dalam benaknya. Sebagai shoujo mangaka, dirinya di dorong untuk menghadapi keinginan konsumen yang tinggi dalam bidang sastra dan seni. Maka gadis itu membulatkan tekad untuk membuat semua pembaca jatuh hati pada karya-karyanya.

Namun kini, dia malah dibuat bingung dengan satu kata yang amat sangat dekat dengan shoujo manga itu sendiri. Cinta. Apa itu cinta? Sang mangaka tidak punya pikiran apa pun terhadap perasaan itu selain dengan kata ‘penyakit masa muda’.

Masih kurang.

Hanya dengan pemahaman itu tak akan mampu membuat banyak orang membaca karyanya. Beberapa literatur dan tayangan yang berbau cinta dia coba pahami. Namun kenapa masih saja ada hal yang kurang. Dia masih merasa kurang adanya makna dalam persepsinya tentang cinta.

Rumus apa yang digunakan mereka wahai para generasi muda yang mengecap perasaan itu? Sejujurnya dia tak mengerti.

Karena perasaan tersebut tak pernah dia alami.

The Meaning of Love
[Fuzuki Kai X Suzuki Aria]

Karena arti cinta tidak serumit yang kau pikirkan…

Kai, pemuda bersurai cokelat muda itu tak henti memerhatikan sebuah ruang apartemen yang berada di seberang dorm. Kai sangat mengenal sang penghuni yang merupakan adik kelasnya saat di SMA dulu. Seingatnya dua bulan lalu, Aria, masih terlihat membuka tirai kamar dan menyirami beberapa tanaman kecil di balkon.

Namun saat ini tak ada tanda kehidupan dari sana. Kai sempat merasa khawatir jikalau mungkin Aria sedang dirundung pilu. Ingin sekali dia menghampiri sang gadis sebentar saja, namun pekerjaannya sendiri juga tidak sedikit.

Setiap pagi Kai menggantungkan beberapa potong roti lapis dan susu kotak di gagang pintu apartemen Aria. Namun setiap dia kembali esok paginya, makanan-makanan tersebut sama sekali tak tersentuh. Takut mengundang rumor, Kai hanya menggantinya setiap pagi, mengetuk daun pintu dan memanggil nama gadis itu berharap menyadari kemurahan hatinya, kemudian pergi menuju destinasi pekerjaan.

Dan begitulah selama dua bulan ini Kai menumpuk rasa khawatir. Di antara dua bulan tersebut, hanya satu hari dimana Aria membuka pintu dan mengambil makanan dari Kai. Hal itu menunjukkan bahwa Aria masih hidup di sana. Namun Kai bertanya-tanya apakah si gadis tak membaca catatan yang dia tinggalkan dalam kantong makanan?

Hela napas Kai menyerobot keluar dari mulut. Andai saja ada sehari dia mendapat day off, dia akan menghampiri gadis itu untuk memastikan sendiri keadaannya. Namun kehendak berkata lain, sepanjang hari ini dan selama beberapa minggu kedepan dia akan disibukkan dengan syuting film perdananya. Tak mungkin ada kesempatan dia mengunjungi ruang tersebut.

Mungkinkah hari ini akan ada keajaiban dimana terjadi penundaan dalam pekerjaannya. Dia akan mendapat sehari kosong untuk melepas rasa khawatir yang membebani diri. Kai memanglah tipe orang yang sangat peduli pada orang lain, itulah daya tariknya.

Telepon berdering dan menampilkan nama manager Procellarum, Kurotsuki-san. Tidak lama-lama Kai langsung mengangkat panggilan itu. “Moshi moshi..” Sapaannya langsung disambut suara berat sang manager yang mengisi ruang pendengaran Kai.

“Eh?” Raut Kai tidak percaya atas penuturan lawan bicaranya. “Beberapa peralatan syuting rusak?” Matanya kini berbinar. “Akan dilanjutkan besok hari?” Dewa siapa yang menyertai Kai hari ini dan melimpahkan kesempatan ini, Kai amat bersyukur.

Setelah mengakhiri panggilan, pemuda bermanik biru laut itu bergegas membuat bento. Tentu saja diperuntukkan pada gadis yang dia khawatirkan kini. Masih terbayang jelas di benak saat mendapati sosok itu menatap langit penuh bintang sambil sesekali bersenandung. Memang, saat itu rautnya terlihat bingung entah apa yang merasuki benaknya.

Ah, Kai benar-benar ingin memastikan sendiri keadaan Aria.

---☆---

Dua puluh empat kali banyaknya Kai memencet tombol di samping daun pintu kediaman Aria. Dia sendiri meyakinkan diri dengan kembali melihat plat nama ‘Suzuki’ di sana, jika saja dia salah pintu. Tidak sabaran, Kai mulai menggedornya. “Suzuki-chan! Ini aku, Kai. Kau mendengarku? Bisa kau buka pintu ini?”

Hening. Tak ada jawaban. Membuat khawatir selama dua bulan ini mendadak bertambah tiga kali lipat. Kai kini tak segan untuk mulai mendobrak pintu. “ARIA!”

Sosok yang sebelumnya tergeletak lesu di lantai ruang tamu tiba-tiba terkesiap dengan wajah berantakan yang panik. “Si-Siapa kau? AKH!! TOLONG!!” Maniknya tak ingin melihat wujud yang berada di bibir pintu dan tangannya sibuk melempari beberapa benda di sekitar. Bantal sofa bahkan sampai vas bunga ikut melayang. Berterima kasihlah pada refleks milik Kai, benda pecah belah itu tak sampai membentur lantai.

“Suzuki-chan ini aku Kai!”

“Eh?” Aria berhenti melempari Kai dan kini menyipitkan matanya sendiri untuk melihat apa benar itu orang yang dia kenal. Netranya hanya berhias blur, wajah Kai sama sekali tak bisa dia klarifikasi. “Benarkah Fuzuki-senpai?”

Melihat keadaan Aria yang memprihatinkan, Kai segera melihat sekeliling mencari bingkai kaca yang biasa membantu penglihatan si gadis. Betapa dia dikejutkan dengan gunungan kertas baik berupa lembaran maupun kepalan begitu juga dengan beberapa buku berhamburan.

Sosok Aria sendiri sudah dibawah kata layak. Penampilannya awut-awutan dan dengan lingkaran menghitam di bawah maniknya, kulitnya juga memucat dalam ruang yang tampak remang itu. Keadaan yang benar-benar kacau.

Kai memasangkan kacamata kepada Aria, membuat gadis itu kini dengan jelasnya melihat sosok Kai. “Woah! Beneran Fuzuki-senpai!”

Kai berkacak pinggang. “Suzuki-chan, apa kau mengurung diri disini selama dua bulan untuk menyelesaikan manga?” Kai menatap tajam kearah Aria, menodong gadis itu dengan pertanyaan yang harus dijawab. “Kau bahkan tidak keluar dari sini. Ruanganmu kotor dan berantakan. Dan kau pasti terus menahan kantuk.” Berubah nanar sarat mata pemuda itu. Membuat Aria kini terdiam.

“Itu bukan masalah, Fuzuki-senpai. Sebagai mangaka aku cukup terbiasa dengan gaya hidup ini.”
Kai menggulung lengan bajunya. Sekarang dia menatap kekacauan tersebut, sedikit teringat saat dia masih bersama dengan kelima adiknya. Kekacauan semacam ini sudah sering dia hadapi. “Suzuki-chan, bersihkan dirimu.” Kai menunjuk ke arah kamar mandi. “Dalam 15 menit. Mulai!”

“Hah? Apa? Ada apa? Eh, 15 menit?” Aria yang tampak bingung langsung melesat. “Kau sangat kejam Fuzuki-senpai!” pekikkan terakhir Aria yang di dengar Kai sebelum menghilang ke dalam bilik itu.

Kai sendiri? Dia kini merapihkan ruang tersebut. Kertas-kertas tak terpakai dibuangnya, peralatan gambar dia bersihkan, buku-buku yang berserakkan dia kembalikan ke lemari di sudut ruang. Namun manik biru laut itu sedikit terbelalak dengan judul buku yang kini dia pegang.

‘100 reason to love someone’, yang lain malah berjudul ‘What is love?’ dan ‘Definition of love’. Semua berisi teori dalam bidang romansa. Tak menjadi hal asing bagi seorang shoujo mangaka. Kai merasa sedikit miris. Perasaan yang sejak dulu tumbuh dalam hatinya tak disadari Aria. Dia begitu terpaku pada setiap penjelasan dari literarur dan bukan pada perasaannya sendiri.

---☆---

Aria tersenyum kecil dalam bak mandi. Wajah Kai yang terlihat geli sambil mengelus puncak kepalanya terbersit dalam benak.

Seketika perasaan hangat menghinggapi dada Aria. Semenjak saat itu dia menganggap Kai seolah sahabat terbaiknya. Kai selalu ada setiap Aria kesulitan melakukan suatu hal. Gadis itu sendiri bingung, kenapa bisa Kai muncul pada setiap masalah yang menderanya.

Di sisi lain, Kai menghela napas panjang. Benaknya menerka hal yang bisa dia lakukan dalam menyadarkan gadis itu. Iris biru kini tertuju pada secarik kertas dengan coretan frustasi di atasnya.

‘Apa arti cinta sebenarnya?’

Bodohnya dia memikirkan hal yang seharusnya dirasakan. Rumus dan teori tak akan mampu menjelaskannya, Aria. Terbukalah pada perasaanmu sendiri dan kau akan bisa memahaminya.

“Aria, ini sudah 15 menit. Akan kumakan bento-nya sendiri, loh!” Kai mengumpat tawa, sebenarnya masih 2 menit lagi sebelum genap batas waktunya.

Rusuh terdengar dari dalam sana. Ditambah bunyi gedebug yang membuat Kai bisa tahu bahwa Aria baru saja jatuh. “Fuzuki-senpai tapi aku juga lapar!”

Masih ada waktu. Kai membulatkan tekad untuk memberikan arti cinta kepada Aria.Namun apa dia akan menyadarinya?

-------------------------------------

Well, gaje. Hmm… Terus apa yang terjadi? Gak tau tuh :’v  Mungkin akan ada part kedua dari cerita ini. Soalnya diriku membutuhkan pekerjaan buat liburan nanti. Niat mau kolaborasi, tapi sama siapa? ‘-‘ Mungkin rencanain fan service buat para waifu sekalian *dokter*

#AbaikanSaya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top