20) Kata Yang Tak Terucap

Buat yang penasaran dengan isi surat yang pernah Aura tulis, check it out now!

Enjoy reading ^^

* * *

[Flashback; 6 tahun lalu]

Teruntuk yang pernah dibenci,
Muhammad Yudith Prasetya.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Selamat pagi/siang/sore/malam, kapanpun surat ini dibaca.

Perjalanan kita panjang, ada banyak bintang yang harus dipetik di atas sana.
Naik pangkat dari siswa ke mahasiswa bukan hal yang sepele.
Naik pangkat berarti, ada lebih banyak ujian yang harus dilalui.
Dan semua, diawali dengan perpisahan.

Aku tahu.
Mungkin, berpisah denganku bukan sebuah masalah bagimu. Bukan hal yang harus disayangkan.

Tapi, ingatlah. Kertas ini saja sudah menjadi saksi; dari semua kenangan yang pernah diukir---disadari atau tidak.

Walau mungkin setelah ini kita hanya akan menjadi orang asing yang pernah saling mengenal, biarkan aku tetap menuntaskan semuanya, sebelum penyesalan menghampiriku---atau juga kamu. (Meski sepertinya gak akan terjadi, hehe.)

Kehadiranmu.
Perkenalan.
Sikap jengkelku.
Sifat ramahmu.

Puisi, bola, OSIS.
Potongan kisah masa lalu, yang hanya aku ceritakan padamu. Cerita yang mengalir begitu saja.

Saran-saranmu, semangat dari mu.
Gombalan recehmu.

Perasaan itu, entah mengapa, muncul tiba-tiba. Seiring berjalannya waktu, justru semakin membuncah. Mengiringi setiap pijakan kaki.

Ketahuilah, sebelum kamu terlalu mencintai seseorang, kamu pernah membencinya dengan sangat. Begitu pula sebaliknya.

Aku, telah membuktikannya.
Setelah kebencian itu mendominasi pikirku tentangmu, cinta datang; melewati alam bawah sadarku.

Tapi, setelah semua rekaman itu aku tonton dengan jelas, setelah melihat tingkah dan caramu menatapnya, aku mengerti. Betapa melepaskan seseorang yang amat dicintai demi kebahagiaannya, adalah hakikat cinta yang sebenarnya. Arti cinta seutuhnya.

Aku mundur.
Mengapa?
Sebab disiasiakan, diabaikan dan tidak dianggap, bukanlah balasan yang tepat. Meski, hakikat cinta yang sebenarnya; mencintai tanpa alasan, tanpa harus memiliki.

Tidak ada yang salah, maka tidak ada yang perlu disesali.
Paragraf ini hanya ungkapan selamat tinggal.
Meski bisa jadi, nanti esok kita juga ketemu; sebagai orang asing yang pernah saling mengenal.

Sekian dan terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang pernah mengenalmu,
Aurora Rininta.

Aura tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Tangannya terus saja menuliskan kutipan-kutipan galau, kalimat-kalimat perpisahan.

Aura juga tidak tahu kapan surat ini akan sampai ke tangan Yudith. Ia yakin seratus persen, keberaniannya tidak akan terkumpul untuk melakukan hal segila itu. Menemui Yudith? Sudah enam bulan sejak kejadian di rumah sakit, mereka tidak pernah bertegur sapa lagi.

Aura juga sering memerhatikan Yudith dari jarak jauh, melihat gerak-geriknya yang biasa saja. Terlihat sekali, lelaki itu tidak menyesali putusnya komunikasi mereka. Tidak seperti Aura, hari-harinya diselimuti kabut mendung.

"Udah cukup galaunya Aura. Kita lagi having fun. Besok hari perpisahan dan siapapun bakal rugi kalo gak nikmati hari ini," bujuk Yasmin.

"Yap, bisa jadi kita gak akan ketemu lagi setelah itu. C'mon, girl! Don't be that stupid person," tambah Deva. Menyeringai.

"Kalian duluan aja, gue ke toilet dulu."

Aura melipat kertas yang tadi ia coret dan memasukkannya ke dalam tas. Beranjak dari sofa ke kamar mandi rumah Shery.

Selamat tinggal, Yudith.
Selamat tinggal putih abu-abu.

* * *

Selamat pagi menjelang siang semuanyaa!
Akhirnya saya comeback ke Aurora hehe.
Apa kabar?
Gimana nih, isi surat dari Aura? Bikin baper gak?

Maaf ya kalo bagian ini terlalu pendek, karna isinya emang cuma buat surat Aura.

Thank you><

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top