18) Aura edan!

Aura meluruskan kakinya di atas sofa. Melirik jam tangan yang menempel di tangannya. Menunggu dua orang yang amat ia rindu.

Ting tong ting tong.

Aura tersenyum simpul. Tak lama kemudian ketika ia membukakan pintu, dua wanita cantik muncul bersamaan.

"Auraaaa! Gue kangen lo banget!"

Mereka berpelukan. "Bella, akhirnya lo nyusul gue pulang juga. Kelihatan banget gak bisa jauh-jauh dari gue," kata Aura.

Yasmin mendelik. Menyenggol pelan bahu Aura. "Yeee, Bella pulang karna kangen sama gue keles."

Aura mengangkat bahu. Mendahului Yasmin dan Bella untuk masuk ke kamarnya.

Rumah Aura selalu terbuka untuk teman-temannya, apalagi Yasmin dan Bella. Sejak SMP, rumah sederhana ini selalu menjadi andalan para sahabat. Tempat yang nyaman untuk bercerita, mengerjakan tugas, bahkan untuk beristirahat. Walaupun, mereka tidak tahu apa yang terjadi di masa-masa getir itu di rumahnya.

"Kamar lo gak berubah, masih selalu berbau warna pink. Tapi... ah aroma parfum ini, gue suka. Lo punya selera yang tinggi sekarang, making a change?" komentar Yasmin saat memasuki kamar Aura. Yasmin dan Bella duduk berdampingan di kasur Aura, sementara pemiliknya masih mantap berdiri di ambang pintu.

Bella mengangguk setuju. "Aura mengubah semua kebiasaan buruknya, semua selera rendahnya sejak pindah ke Singapura. Dia bahkan kuat berhijab. Unbelieveable banget 'kan?"

Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Pura-pura tersenyum licik. "Kalian cuma baru menyadari itu. Gue 'kan emang anak baik-baik dari dulu?" guraunya. Aura mendekatkan dirinya ke Yasmin dan Bella, menarik kursi yang terdapat di dekat meja belajar.

Yasmin dan Bella kompak memutar bola mata mereka. Aura pantang dipuji, langsung menyambar dan meninggikan dirinya sendiri.

"Awas naik kuping lo tuh!"

Pandangan Yasmin jatuh pada tumpukan kertas di meja belajar Aura.

"Gue rasa, lo gak punya waktu buat ngirimin surat ke rumah ini. Lagipula, buat apa?"

Aura mengernyit, tidak mengerti. Yasmin memberinya kode lewat tatapan mata.

Aura gelagapan. Tangannya sibuk merapikan kertas-kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam laci.

Bella ikut menatapnya penuh tanda tanya. "Gue pikir sekarang semua orang udah pake e-mail?" Bella mencoba tertawa.

Aura menghela napas. "Well, itu semua dari... Yudith. He sends me a lot of letters every week since... five years ago."

"Lima tahun lalu? Dan lo gak balas apa-apa?!" Mata Bella terbelalak.

"Yah mana gue tau dia ngirim surat. Lagipula... buat apa?"

Yasmin dan Bella menatapnya tajam. Buat apa katanya?

"Eitss... jangan salahin gue. Gue gak tau kok, kalo dia ngirim surat-surat gak penting itu. Mama gak pernah bilang setiap kali kami telponan. Jadi, ini bukan salah gue." Aura membela diri dengan lantang, menatap kedua sahabatnya bergantian.

Bella mengangguk. "Lo udah hampir sebulan di sini. Berarti... udah dibalas dong?"

Cengiran Aura tercetak jelas di wajahnya. Menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Salah tingkah.

Yasmin membulatkan matanya lebar, begitu pula dengan Bella.

"Lo gak balas satupun surat dari dia?"

Aura menggeleng lemah.

"Berarti, lo belum ada komunikasi sama dia sama sekali? Lo gak bilang, kalo lo balik ke Jakarta?" tanya Yasmin berturut-turut.

"Dia bahkan tau kapan gue sampe di bandara. Kayak dukun aja."

"KALIAN UDAH JUMPA?!" pekik keduanya bersamaan.

"Emang kenapa sih? Gue yang jumpa sama dia, gue yang dikasih surat, kenapa kalian yang pada repot?"

Bella menoyor kepala Aura. Aura meringis sembari mengusap keningnya pelan. Yasmin juga mencubit pipinya. Aura pasrah---lebih tepatnya tidak bisa memprotes.

"Wong edan, iki bocah pune ati ora ya? Untung temen, kalo enggak udah gak selamat lo, Ra," gumam Bella sambil mengusap dadanya, beristighfar.

"Terus, kalian ngomongin apa?"

"Gue gak ngomong apa-apa. Tapi Yudith minta waktu, minta maaf. Untung aja gak minta duit." Aura mencoba melucu.

"Garing!"

Aura berdecak. "Yaudah deh, kenapa jadi bahas dia? Gue capek. Kita mau seneng-seneng bertiga, stop talking about him. Gue ambil makanan dulu ya?"

Bella mengerdikkan bahu.

Setelah Aura pergi, Yasmin berkata, "Temen lo itu, selalu bisa ya cari alasan buat menghindar."

"Bukan temen gue!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top