13) Profile Picture

"What? Serius lo ceritain masa lalu ke Yudith?" Bella memasang tampang terkejut---sekaligus ingin tahu.

Aura menghela napas. Menatap keduanya--Yasmin dan Bella--bergantian. Mengangguk lemah. "Iya. Gak tau kenapa, ceritanya ngalir gitu aja. Sebenarnya, dulu waktu ada masalah sama Vino gue juga ceritain semuanya. Tentang perceraian itu, tentang OSIS, tentang puisi-puisi gue dan filosofinya."

"Gue bahkan butuh berbulan-bulan maksa lo buat ceritain semua tentang masa lalu lo," balas Yasmin sambil memanyunkan bibirnya.

Aura mendelik. "Yasmin, gue gak ada niat buat ceritain semuanya ke Yudith, sama sekali enggak. Tapi waktu liat keikhlasan dia buat dengerin gue, waktu dia bilang gue bisa sharing apa aja, waktu dia bolehin gue nelpon kalo ada apa-apa, gue ngerasa ada yang beda."

"Rasanya, gue kayak jadi orang yang penting. Kayak punya tempat sandaran yang bener-bener bikin nyaman. Yang pasti, gue gak rasain itu waktu sama kalian berdua."

"Gue juga gak tau sejak kapan. Tapi, perasaan itu muncul gitu aja," tutup Aura.

"Eh tunggu... dia ngebolehin lo buat nelpon kalo ada sesuatu terjadi? Every second?"

Aura mengangkat bahu. "Belum gue buktiin."

Yasmin menyahut, "Gue rasa itu bener. Orang kayak Yudith gak mungkin main-main sama perkataannya. Apalagi, kalo udah menyangkut perempuan. Yudith bukan tipe tipe playboy."

Kemudian Yasmin mengedipkan sebelah matanya ke arah Bella sambil tersenyum licik. Bella membalas lewat tatapan mata, apa?

"Gue menang. Tepati janji ya, Bella sayang," suruh Yasmin kepada Bella. Bella memanyunkan bibirnya.

"Menang? Menang apa?"

Tidak ada jawaban dari keduanya. Sampai Aura membuka mulutnya lebar-lebar. "LO BERDUA TARUHAN TENTANG PERASAAN GUE?" teriakannya menggema hingga ke lorong sekolah.

Yasmin dan Bella kompak menyengir. Jari telunjuk dan jari tengah mereka menunjukkan tanda 'peace'.

"Sahabat kurang ajar." Aura berdesis dan menyumpah serapahi kedua sahabatnya dalam hati. Berjanji akan menggantung keduanya secepatnya.

"Eitss, santai dong. Kita juga kan cuma pengen tau. Jangan marah-marah, nanti bang Yudith gak suka, hahahaha," ledek Yasmin. Keduanya puas menertawakan Aura.

"Eh tapi, Yudith bukannya deket sama Syifa?" tanya Bella setelah meredakan tawanya.

Aura mengangkat bahunya lemas. "Yudith bilang, mereka gak pacaran. Tapi, ah anak itu emang susah ditebak."

Yasmin menepuk-nepuk bahu Aura---menyemangati temannya yang hampir berputus asa. "Gak ada salahnya lo suka sama seseorang. Apalagi, kalo dia emang pantas buat disukai. Sama kayak waktu gue kagum sama Yudith."

"Ah iya, lo gak masalah kalo gue suka sama Yudith?"

Yasmin tertawa. "Buat apa? Toh, gue cuma kagum sama dia, bukan cinta."

Bella mengangguk, melanjutkan, "Yudith orang yang baik. Selama ini lo selalu pake baju ketat dan pendek, sekarang lo malah pake rok biku dan baju tangan panjang. Dia pengaruh yang baik."

* * *

Aura membuka aplikasi line di ponselnya. Melihat timeline dari teman-teman yang berkontak dengannya. Seketika tubuhnya mematung melihat profile picture milik seseorang.

Aura sangat yakin ia tidak salah melihat. Berkali-kali ia mengucek matanya, memastikan bahwa yang ia lihat benar-benar nyata.

Terdapat Yudith dan Syifa yang tersenyum ke arah kamera. Entah pengambilan fotonya yang tidak biasa, atau memang posisi keduanya yang sangat rapat. Syifa tampak menjaga jarak sedikit, namun Yudith terlihat sangat rileks---tidak terpengaruh dengan reaksi Syifa.

Saat sadar matanya hendak mengeluarkan cairan, Aura bergegas keluar kelas dengan cepat. Menjejaki kakinya ke kamar mandi sesegera yang ia bisa.

Beberapa orang yang ia kenal melihatnya lamat-lamat. Aura berjalan semakin cepat cepat, menghindari pertanyaan-pertanyaan aneh yang akan ditujukan kepadanya. Dalam hati memaki diri sendiri; untuk apa berharap pada orang yang jelas tidak pernah menyukainya?


Tanpa disengaja, ia menabrak tubuh Yasmin dan Bella yang sedang berjalan ke arahnya. Bella menarik tubuh Aura. "Ada apa Ra?"

"Kalian bener. Kayaknya, Syifa sama Yudith emang ada sesuatu."

Yasmin dan Bella saling pandang. "Kenapa?"

"Tadi... gue ngeliat mereka foto bareng."

Yasmin melebarkan matanya, seolah bisa keluar kapan saja. "HAH? Lo cemburu cuma karna mereka fotbar?"

"Iya."

Bella menepuk jidat. "Lo bego atau gimana? Kita juga sering kali foto sama cowok. Bahkan, sama si Ari sampe peluk-peluk."

Aura mendengus. Tangannya menarik Yasmin dan Aura ke tempat yang lebih sepi.

"Masa kalian gak ngerti sih? Min, Bel, ya ampun, kalian tau kan Yudith itu alimnya ngalahin pak Hasan?"

Tidak menjawab dengan anggukan atau gelengan, Yasmin dan Bella masih memilih mendengar Aura melanjutkan pernyataannya.

"Deva pernah bilang, Yudith itu belum pernah deket sama cewek. Bahkan untuk foto, kadang dia harus bertiga buat menjaga ke-sholeh-annya. Tapi sekarang, Yudith bahkan foto sama Syifa sampe sedeket itu dan dijadiin profile picture."

"SUMPAH?"

"Iya. Gue juga gak nyangka. Rasanya, gue kek dihempasin gitu aja. Syifa terlalu sempurna buat jadi saingan gue."

Yasmin berkata, "Ra, udah deh, jangan sedih. Cinta memang gitu. Kalo lo suka sama seseorang yang lebih baik dari lo, maka dia berhak buat suka sama orang yang jauh lebih baik dari dia juga. Kita semua mau dapetin yang terbaik 'kan?"

Bella memeluk Aura erat. Mengusap-usap punggung Aura lembut. "It's okay to fall in loving someone. Be sure, a best time will come to you. A best time in the best day."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top