11) Syifa Si Cewek Sempurna
Papan pengumuman dipenuhi dengan puluhan siswa kelas 12. Pasalnya, pagi tadi baru saja ditempel hasil try out untuk kelas 12. Mereka berdesak-desakan, berlomba-lomba untuk mencari namanya.
Aura, Bella dan Yasmin yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan ikut berhambur ke kerumunan.
"Lah, hasil try out udah keluar? Ya ampun, deg deg serr gue," kata Aura sambil meletakkan tangannya di depan dada.
Bella menyahut, "Yaampun, Aura. Gak perlu pura-pura takut deh, nama lo udah pasti di atas."
Aura menyengir.
"Rame banget, gak kelihatan. Mereka tinggi-tinggi amat, sih." Yasmin memprotes. Mundur selangkah dari keramaian dengan muka ditekuk.
Bella menyentuh pundak Yasmin dengan jari telunjuknya. "Makanya tumbuh itu ke atas, bukan ke samping!" Yasmin tersenyum kecut.
Bel masuk kelas berbunyi, sedetik kemudian koridor sekolah yang tadinya dipenuhi manusia langsung menyepi.
Tersisa mereka bertiga yang masih berdiri di depan papan pengumuman.
Aura mencari namanya dari urutan seratus, merasa yakin kali ini ia mendapat nilai rendah karena kemarin terlalu sibuk dengan urusan OSIS.
"Gue tiga puluh!" pekik Yasmin bangga. Menepuk-nepuk dadanya sambil bersiul tidak jelas.
Tangan Bella berhenti di angka belasan. Mengecek ulang, nama yang tertulis di sana. "Gue empat belas!"
Wajah Aura mulai dipenuhi keringat. Aura tidak menemukan namanya di urutan seratus ke atas. "Nama gue gak ada! Apa jangan-jangan... gue dapet di bawah seratus ya?"
Bella dan Yasmin menghentikan aktivitasnya. "Masa sih Ra? 'Kan gak mungkin, lo dapet nilai di bawah kita."
"Tapi beneran gak ada...."
Tanpa suara, Bella menarik tangan Aura menepi. Menunjuk kolom paling atas.
2. Aurora Rininta
"Bodoh! Lo peringkat dua, Aura!" teriak Bella gemas. Aura membulatkan mata dan mulutnya---tidak percaya.
"Padahal biasanya, gue dapet lima loh."
"Mungkin yang lain pada ngantuk pas ngerjain, jadi lo deh yang gantiin posisinya."
Aura tersenyum puas dan matanya berhenti pada nama di barisan pertama. "Syifa pertama. Selalu, gak pernah bisa tergantikan."
Yasmin menepuk bahu Aura. "Gak beda jauh kok. Cuma beda koma."
"Ah ya, gue denger-denger, yang jadi peringkat pertama disini bakal wakili sekolah kita ya di provinsi? Atau nasional?" tanya Bella. Aura mengangkat bahu, tidak tahu.
"Berarti Syifa dong? Ah, gadis itu memang gadis sempurna," puji Yasmin.
Aura mengangguk. "Dan Yudith pantas mendapatkannya."
* * *
Cinta---adik kelas sekaligus wakil sekretaris OSIS menjumpai Aura yang sedang membereskan berkas OSIS.
"Kak!"
"Astaghfirullah. Lo dateng ngejutin gue, kayak Yudith aja. Eh." Aura menutup mulutnya---keceplosan. "Ada apa?"
"Ngomong-ngomong soal Kak Yudith, aku punya info penting ting ting ting." Cinta bersuara menggebu-gebu, membuat Aura semakin dilanda penasaran. Cinta tahu tentang Yudith. Cinta menjadi salah satu saksi tentang perasaan Aura.
"Aduh, ngomong jangan bertele-tele dong! Langsung ke topik aja, ada apa?"
Cinta mengernyit. "Yaelah Kak, Pak Topik lagi ke luar kota, kali. Jangan disebut-sebut, nanti dia batuk."
"Terserah deh. Ada apa, Cintaku sayangku pujaan hatiku?" ucapnya gemas, gatal tangannya ingin menonjok Cinta. Namun ia urungkan, karena bertengkar dengan adik kelas tidak ada gunanya.
Cinta menyengir. "Hehe, santai. Kak Syifa..."
"Syifa? Ah iya, udah lama gue gak jumpa sama dia. Dia ikutan olimpiade di Makassar itu ya?"
Cinta menghentakkan kakinya kesal. "Ih Kak, dengerin dulu makanya. Jangan dipotong-potong.
"Kak Syifa 'kan, ikut olimpiade di Makassar, jadi rombongan mereka tuh baru sampe. Dan kakak tau? Kak Syifa beliin baju buat Kak Yudith!"
Aura melongo. "KAN APA GUE BILANG. MEREKA TUH ADA SESUATU. KESEL KESEL KESEL!"
Cinta menutup telinganya. "Kak Aura, biasa aja dong. Gausah teriak-teriak. Aduh, kayaknya aku harus ke dokter THT nih."
"Sorry sorry. Terus, lo tau dari mana?"
Cinta mengibaskan tangannya---sombong. "Cinta gitu loh! Apa sih yang gak Cinta tau? Hahaha.
"Ah iya. Tapi, jangan negative thinking dulu Kak, siapa tau masih banyak yang dikasih sama Kak Syifa."
"Tapi tetep aja, Cinta. Itu artinya, mereka ada apa-apa. Itu artinya, Yudith emang spesial di mata Syifa.
"Berarti... Yudith pergi juga bukan karna acara keluarga dong? Tapi... bisa jadi 'kan dia malas sekolah karna gaada Syifa?"
Cinta memutar bola matanya. "Gini nih Kak Aura kalo udah cemburu, pemikirannya suka gak logis."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top