Sepuluh [END]
"Saya adalah salah satu yang mempunyai hewan itu dan memeliharanya di area sekolah. Saya tahu ini melanggar aturan yang ada di sekolah, tetapi saya sedang berusaha semaksimal mungkin untuk menjaganya. Tetapi saya kecolongan. Hewan berharga itu dicuri oleh Professor Antonio."
Professor Erisco dan Pak Samuel nampak terkejut. Namun, keduanya kembali menetralkan raut wajahnya. Mereka hanya tak mengira Professor Antonio akan melakukan hal itu. Mencuri hewan? Hey, yang benar saja...
Namun, ada hal yang membuatku cukup terharu dengan Nicholas kali ini. Ia berani mengungkap kebenarannya dengan penuh konsekuensi akan dihukum nantinya karena membawa hewan peliharaan ke sekolah bahkan menyembunyikannya ke ruangan rahasia. Itu tindakan yang penuh keberanian menurutku dan dia sangat hebat mampu mengungkapkannya.
"Ia telah melakukan kesepakatan dengan Professor Selena. Jika Professor Antonio bisa membawa hewan itu, ia bisa menukarkannya dengan bulu jamur kastura," terang Nicholas.
"Tetapi memangnya kenapa Professor Antonio melakukan itu?" tanya Professor Erisco pensaran.
Aku memberikan sepotong keras di hadapan Professor Erisco. Hal ini membuat pria itu mendesah pelan.
"Cinta. Professor Antonio melakukannya karena cinta dengan Professor Selena."
"Lalu?" tanya Pak Samuel yang sudah tak sabar menantikan cerita kami selanjutnya.
Aku memberikan dua buah foto lagi. Kali ini aku yang akan menjelaskan. "Bisa kalian lihat, di foto sebelah kanan adalah foto Professor Dwynda dengan tunangannya, Dr. Kevin. Dan di sebelahnya juga terdapat foto Professor Selana dengan?"
Pak Samuel menjawab dengan lirih. "Dr. Kevin."
Aku tersenyum, membenarkan. "Sesuai dengan tulisan yang di belakang foto sudah dapat menjelaskan bahwa pertunangan antara Professor Dwynda dan Dr. Kevin yang memicu kecemburuan dari Professor Selena. Hal inilah yang menjadi dasar pembunuhan itu terjadi."
Nicholas mengeluarkan sebilah kuku monster yang patah di hadapan mereka. "Pembunuhan terjadi di rawa-rawa setelah kedatangan Professor Dywnda ke sekolah. Professor Selena menghubunginya untuk meminta bantuan menemukan cincinnya yang hilang di rawa-rawa sebelum para Grogh datang. Namun, ketika Professor Dwynda datang, monster yang ternyata perwujudan dari Professor Selena yang datang dan mencabik-cabik tubuh Professor Dwynda. Salah satu kukunya mengenai ranting pohon lalu patah. Kalian bisa mengecek salah satu kuku tangan Professor Selena. Pasti ada yang patah."
Pak Samuel mengangguk. Beberapa anggotanya mengumpulkan bukti-bukti yang sudah kami siapkan.
Pria itu mengangguk. "Kami akan menjalankan investigasi lebih mendalam. Selama itu, kami akan menahan Professor Selana dan Professor Antonio. Terima kasih atas kerja samanya," ia mengulurkan tangannya dan aku menerimanya begitu pula Nicholas.
Saat pria itu sudah pergi dari balik pintu, aku dan Nicholas langsung berhigh five dan berteriak, mengabaikan Professor Eriso yang nampak tersenyum memandangi kami berdua.
"Kalian hebat! Memecahkan mister sedetail itu pasti sangat menyusahkan bukan?"
Aku dan Nicholas menggeleng secara bersamaan. "Tidak Prof, ini sangat menyenangkan!" ucapku membuat pria itu tertawa.
"Sekolah ini berhutang banyak pada kalian berdua."
***
Hari sudah menjelang sore. Aku dan Nicholas tengah duduk di aliran air yang ada di hutan sembari melihat ikan-ikan yang masih meredupkan cahayanya setelah melakukan semacam pesta kecil karena sekolah kami tidak jadi ditutup. Di situ juga aku dan Nicholas mendapatkan penghargaan sebagai siswa-siswi berbakat dari pihak kepala sekolah atas segala usaha yang sudah kami lakukan.
Di tangan kami masing-masing sudah ada es krim pemberian dari Bunda Helena. Rasanya sangat enak. Ternyata wanita itu memiliki bakat selain membuat ramuan kesehatan, yaitu membuat es krim.
"Oh ya Nic, bagaimana bisa kau kembali?"
Nicholas menghentikan alunan kakinya yang ada di air lalu mentapku. "Professor Erisco tak memberitahumu?"
Aku menggeleng.
"Saat kejadian pembunuhan itu, sebenarnya aku ada di rawa-rawa. Sedang mencari tikusku. Tetapi aku tidak begitu mengetahui kalau tempat itu menjadi tempat pembunuhan Professor Dwynda. Aku tahu itu keesokan harinya. Lalu arwahku mencari tubuh asliku agar aku bisa kembali ke dunia nyata. Kau lupa aturannya ya?"
"Kau? Mencari tikusmu di tengah badai? Saat ada para Grogh?" Aku menatap Nicholas tak percaya. Bisa-bisanya lelaki itu melakukan tindakan seperti ini di saat aku dan Vanya ketakutan di kamar kami? Dia benar-benar aneh.
"Memangnya kenapa dengan Grogh?" tanya Nicholas sembari menjilat es krimnya.
"Bukankah Grogh adalah makluk yang perlu dihindari? Bahkan ketika kita menemuinya, namamu akan tercatat di sekumpulan calon penghuni penjara yang kejam walaupun kau tak pernah melakukan kesalahan sekalipun."
Mendengar pernyataanku membuat Nicholas tertawa hingga tertiduran di rerumputan. "Lydia... Kau... Kau lucu sekali..." ucapnya dengan terbahak-bahak tetapi aku masih bingung dimana letak kesalahanku.
Nicholas mengusap air matanya yang berair. "Memangnya siapa yang memberitahumu?"
"Professor Selena."
Mendengar nama itu ia kembali tertawa. "Pantas saja kau menjadi bodoh..."
Aku memukul lengan Nicholas dengan es krim. Kesal sekali melihatnya menertawakanku apalagi menyebutku bodoh. Aku tahu dia pintar tapi tak perlu mengataiku seperti itu!
"Lydia! Jangan ngambek... Akan ku jelaskan. Kemarilah," bujuknya ketika aku sudah melangkah pergi dari aliran air itu.
Akhirnya aku berhenti, menatap lelaki itu dengan tatapan kesal. Sangat kesal. "Sudah kubilang jangan menyebutku bodoh!"
Ia mengangguk. "Maaf, aku tidak sengaja," ungkapnya dengan perasaan bersalah. Ia bahkan menundukkan kepalanya dengan sedih, namun di balik itu aku tengah berusaha keras menyembunyikan gelak tawaku.
Namun, perasaan itu tak bisa kubendung lagi. Aku tertawa, sangat keras di hadapan Nicholas bak orang gila. Lelaki itu menatapku dengan bingung. "Kau tertipu bodoh! Aku tak marah padamu," ucapku sembari berlari dan dipenuhi gelak tawa.
"Dasar kau ya!" Nicholas mulai berlari mengejarku. Aku menambah kecepatan untuk berlari menjauh darinya. Lydia Xircavia kok dilawan berlari, ya jelas kalah lah!
Kami berlari di halaman sekolah yang sepi sembari melihat keindahan sore itu. Setelah lelah, kami mulai tiduran di sana, menatap langit yang sangat indah dengan dada kami yang naik turun karena ngos-ngosan.
"Jadi, kenapa Grogh?" tanyaku lagi.
Nicholas bangun dari tidurnya, menatapku yang masih tertidur di rerumputan. "Grogh itu mempunyai bakat memfilter kebaikan dan keburukan seseorang. Dengan sekali lihat, ia akan tahu lebih banyak kebaikan atau keburukan dari seseorang. Jika lebih banyak baiknya, ia akan memperlakukan orang itu dengan baik, begitupula sebaliknya. Ia menatap untuk melihat itu semua, bukan untuk memberikan kepedihan kepadamu. Mungkin Professor Selena mengatakan hal itu untuk menakuti kalian agar tidak keluar pada hari itu. Hmm, taktik yang bagus!" gumam Nicholas lalu kembali merebahkan dirinya di sampingku.
"Aku benar-benar tak menyangka Professor Selana melakukan itu semua."
"Apakah kau kecewa?"
Aku mengangguk. "Sangat. Professor Selena menurutku orang yang baik. Dia hanya dibutakan oleh cinta makanya bisa melakukan perbuatan senekat itu. Mungkin sekarang dia menyesal karena karirnya hancur."
Nicholas menatapku dengan sendu. "Kau masih punya Professor Rexa untuk dijadikan Professor favoritmu, Lyd!" goda lelaki itu membuatku menaburi wajahnya dengan rumput.
"Maksud kau apa ha! Dasar orang aneh! Sini kau!" teriakku kepada Nicholas yang sudah berlari terbirit-birit menjauhiku yang sedang marah.
Akhirnyaaaaa! Udah tamat juga ini cerita pertama misterikuuu
Alhamdulillah lumayan lah yaa wkwk walaupun belum jago2 amat. Yang penting semoga kalian terhibur.
Jangan lupa nantikan cerita2ku lainnya yaaa🌈😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top