Satu
Hari itu hujan sangat deras. Bahkan petir menyambar-nyambar di langit yang kelabu. Semua jendela dan pintu ditutup. Tak ada yang berani keluar dari kamar masing-masing tanpa pendampingan khusus dari para professor. Katanya, para Grogh atau semacam makhluk penjaga penjara dunia ini sedang berpatroli mengelilingi sekolah di tengah badai. Professor Selena bilang untuk jangan pernah menampakkan dirimu di hadapan mereka atau namamu akan tercatat di sekumpulan calon penghuni penjara yang kejam walaupun kau tak pernah melakukan kesalahan sekalipun.
"Lyd, aku tak tahan lagi..." kata Vanya setengah berbisik di balik selimutnya.
Aku menoleh, menatap gadis itu dengan sedikit prihatin. "Apakah tidak bisa menahannya sampai esok hari? Aku tak ingin bertemu dengan Grogh!" ujarku dengan berbisik.
"Aku akan terkena kencing batu jika terus menahannya!" Vanya merengek. Ia memang selalu punya kebiasaan untuk buang air kecil di saat hawa dingin menyelimuti. Namun, sepertinya saat ini tidaklah tepat.
"Bisakah kau pergi bersama Professor Rexa?"
Vanya mengangguk. Ia tak punya pilihan lain selain pergi dengan professor yang terkenal sangat jutek dan judes pada siswa perempuan tetapi begitu ramah dengan siswa laki-laki itu. "Jangan tidur dulu!" titahnya sembari turun dari ranjang tingkat itu. Suasana sangat gelap di luar membuat Vanya harus membawa lentera yang ada di dalam kamar. Sebelum gadis itu pergi, ia menatapku sebentar seperti meminta sebuah restu.
Aku mengangguk seolah mengatakan bahwa lebih baik kau keluar bersama professor menyebalkan itu daripada harus terkena kencing batu. Ia membenarkan dan keluar dari kamar.
Terdengar perbincangan sebentar sebelum akhirnya suara derap langkah terdengar menjauh. Aku segera menarik selimut sehingga menutupi dari ujung kaki sampai ujung kepala karena suasana tiba-tiba sangat dingin. Di balik jendela, tetes demi tetes air jatuh menimbulkan embun yang menusuk kulit. Dingin dan menakutkan.
Brak!
Tiba-tiba terdengar suara yang membuatku terkejut setengah mati. Sepertinya itu suara benda yang jatuh atau sengaja dijatuhkan. Entahlah.
Aku berkomat-kamit membaca doa. Hawa dingin kembali menyelimuti. Ya Tuhan, siapa di luar sana? Bulu kudukku meremang. Namun, lagi-lagi suara derap langkah itu kembali hadir menuju ke arah kamarku dan kamar Vanya. Jika itu professor, tetapi mengapa ia begitu berisik sekali?
Dengan ketakutan setengah mati, aku mulai menggapai pintu dan melihat keadaan luar dengan sedikit celah yang ada di sana. Aku begitu terkejut dan menahan diriku untuk tidak berteriak kencang ketika aku melihat sesosok monster berwarna hitam dengan mata yang merah menyala berdiri melewati kamar kami. Terdapat dua telinga mirip kuda serta hidung mirip dengan tikus tengah manatapku dari balik pintu. Ia tengah tersenyum, menampilkan senyuman penuh darah. Namun, tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.
Hallo! Akhirnya cerita pertamaku mengenai MISTERI dipublish hehe. Semoga kalian suka yaa❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top