9. Wasiat

"Anda mau ke mana Faenish?" Yudi tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu kamar Faenish pada sabtu sore.

Faenish sedang melanjutkan kegiatan mengemas barangnya di kamar itu. Nyonya Ivone terlihat kurang senang dengan keberadaan Faenish, jadi ia berusaha bergegas dan menjawab pertanyaan Yudi sambil lalu, "pulang."

"Kenapa terburu-buru, kau sedang ditunggu di ruang pertemuan." Nada suara Yudi terdengar aneh, seakan sedang menahan tawa.

Kali ini Faenish menghadap lawan bicaranya dan bertanya sopan, "Ada apa?"

"Michele, Pengacara Nyonya Magda, memintamu untuk hadir dalam pembacaan wasiat."

"Saya?"

"Apa ada orang selain dirimu yang bernama Faenish? Ayo cepat."

Faenish tidak mengerti ada apa ini, tetapi ia tetap mengikuti Yudi ke ruang pertemuan. Di sana ia mendapati Michele, Nyonya Ivone serta Jovan sudah menunggu, Faenish semakin canggung saat melangkah masuk.

"Ah nona Faenish, silakan duduk," sapa Michele.

"Apa yang dilakukannya di sini?" Ivone memandang Faenish tidak senang.

"Nona Faenish tercantum dalam wasiat." Michele menjelaskan seraya memandu Faenish yang masih enggan untuk duduk.

"APA? DIA? Apa yang dia dapatkan?"

"Mohon tenang dulu Nyonya Ivone," tegur Michele. "Saya akan membacakan wasiatnya setelah semua pihak yang berkepentingan sudah terkumpul di sini."

Bukan hanya Faenish, Navel serta Sarashalom juga diundang untuk mendengarkan surat wasiat Nenek Magda. Melihat hal ini, Ivone semakin tidak senang. Terutama setelah surat wasiat beserta syarat-syaratnya dibacakan.

Bagaimana tidak, Ivone mendapat tidak sampai separuh dari keseluruhan harta peninggalan Nenek Magda. Setengah bagian yang berupa tanah perkebunan dibagi rata kepada seluruh pekerja yang sudah setia mengabdi pada Nenek Magda lebih dari sepuluh tahun. Sedangkan rumah tempat mereka berada sekarang diwariskan kepada Faenish. Belum lagi ada syarat yang harus dipenuhi Ivone sebelum ia mendapatkan hak warisannya yaitu ia harus tinggal di rumah yang akan menjadi milik Faenish selama paling kurang dua tahun. Jika Ivone tidak menyanggupi persyaratan itu maka semua harta yang diwariskan padanya akan disumbangkan kepada warga.

Bukan hanya Ivone, Faenish juga harus tinggal di rumah Magda ini hingga ia menikah. Selama Faenish belum menikah maka ia belum menjadi pemilik sah rumah itu dan ia tidak boleh menjual ataupun merobohkannya. Semua peraturan yang dibuat Magda juga harus tetap berlaku sampai rumah itu benar-benar berpindah tangan menjadi milik Faenish.

"Bagaimana dengan Tuan Evert?" Sarashalom memecah keheningan. "Nyonya Magda melarang siapa pun masuk ke kamar Terlarang. Jika peraturan itu harus tetap diberlakukan sampai er—maksud saya..."

Michele tersenyum, menandakan ia menangkap maksud Sarashalom. "Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, sampai Faenish menjadi pemilik sah rumah ini, peraturan itu tetap diberlakukan. Jadi saya rasa Anda harus menyiapkan kamar lain untuk Tuan Evert."

"Bisakah saya memberitahu masalah ini kepada Tuan Evert besok pagi?" tanya Sarashalom. "Saya rasa beliau sudah beristirahat sekarang."

"Tentu saja."

"Kalau saya tidak menuruti persyaratan untuk tinggal di sini, apa rumah ini juga akan disumbangkan ke warga?" tanya Faenish.

"Kemungkinan besar seperti itu," jawab Michele. "Saat saya menanyakan hal yang sama kepada Nyonya Magda, beliau berkata bahwa Anda pasti tidak akan pernah meninggalkan rumah ini."

"Masalahnya, saya tidak berhak atas rumah ini," ujar Faenish. "Lagi pula saya ingin tinggal bersama kedua orang tua saya."

"Tentu saja kau tidak pantas mendapatkan rumah ini." Ivone berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah Faenish. "Tetapi jangan berani-berani kau berpikir untuk menjadikan tempat ini sebagai sumbangan. AKU AKAN MEMBELINYA dan kau akan menjaganya hingga saat itu."

Faenish tidak sempat berargumen, Ivone sudah melangkah pergi dengan kesal.

"Bisakah kau tinggal di sini?" Sarashalom mendekat dan mengelus rambut Faenish lembut. "Mama tahu kau begitu ingin kembali ke rumah kita. Namun mama rasa Nyonya Magda pasti punya alasan tersendiri sampai memintamu menjaga tempat ini hingga kau menikah. Perkataan Nyonya Ivone juga ada benarnya, ia berhak untuk mewarisi rumah keluarganya. Jika kau membiarkan rumah ini disumbangkan, akan sulit bagi Nyonya Ivone untuk mendapatkannya kembali."

Faenish bimbang. Ia yakin maksud Nenek Magda adalah agar Faenish dapat menyembunyikan semua hal tentang Kaum Berbakat yang ada di rumah ini. Namun Kelompok Pelindung tidak menyisakan apa pun lagi untuk disembunyikan. Jadi itu bukan alasan lagi untuk tetap tinggal di rumah Nenek Magda. Saat ini, hanya ada satu hal yang menahan Faenish untuk tinggal, Evert.

"Apakah mama akan tinggal di sini juga?" tanya Faenish saat melihat gelagat Sarashalom yang agak berbeda.

Sarashalom menampilkan senyuman sendu. "Rexel membutuhkan mama, bisakah mama tinggal di rumah? Karena peraturan Nenek Magda kembali diberlakukan maka mama tentu akan tetap sering ke sini untuk mengawasi para pekerja lain. Kita akan kembali seperti saat Nyonya Magda masih hidup, mama tinggal di rumah dan kau tinggal di sini. Hanya saja sekarang keberadaan Nyonya Magda diganti dengan Nyonya Ivone."

Masalahnya, waktu hingga Faenish menikah tidaklah singkat, ia bahkan tak pernah memikirkan tentang pernikahan dan sekarang pun ia belum mau memikirkan hal itu. "Aku mungkin tidak akan sanggup tinggal lama di sini."

"Cobalah bertahan. Kalau memang kau sudah tidak sanggup, pulanglah ke rumah. Yang penting kau sudah berusaha."

"Baiklah," jawab Faenish.

***

Tengah malam, begitu rumah sudah kembali sepi, Faenish segera menjemput tubuh Evert di kamar Terlarang. Mereka masih harus melanjutkan pencarian segel.

Saat akan menuju ruang perpustakaan Faenish baru menyadari satu hal. "Kau tidak boleh masuk." Faenish buru-buru menghalangi Evert yang hendak masuk ke perpustakaan. "Peraturan tentang tidak mengizinkan sembarangan orang masuk ke perpustakaan sudah diberlakukan kembali."

"Lalu kau mau membaca di mana? Kamarmu?" Evert tidak menunggu respons Faenish, ia menepis tangan Faenish yang terbentang di depannya sebelum melangkah masuk.

Faenish ingin protes, tetapi sekeras apa pun ia berpikir, tak juga ia menemukan tempat lain yang cukup aman. Faenish juga tak mungkin mencari sendiri segel itu, ada begitu banyak buku yang menunggu untuk dibaca. Belum lagi Faenish harus membagi waktunya untuk membaca buku-buku pelajaran mengingat hari senin ia ada ujian kenaikan tingkat dan minggu selanjutnya ada ujian tengah semester. Dengan terpaksa Faenish membiarkan Evert melanggar salah satu peraturan Nenek Magda beberapa saat setelah peraturan itu dinyatakan harus diberlakukan kembali.

Esok harinya, Faenish membantu Evert untuk memindahkan barang-barang pemuda itu di kamar terlarang ke kamarnya yang baru. Evert tidak memiliki banyak barang selain beberapa baju yang dibelikan untuknya, jadi tak butuh waktu lama untuk melakukan perpindahan kamar tersebut. Sebenarnya akan lebih mudah jika Evert bisa menempati kamar tepat di samping kamar Faenish seperti saat di rumah sakit. Namun mengingat ini agak berlebihan dan akan menimbulkan prasangka buruk, maka mereka membiarkan Sarashalom yang memilihkan kamar baru untuk Evert.

Begitu selesai dengan urusan perpindahan kamar, Faenish dan Evert kembali menghabiskan sebagian besar hari itu untuk membaca di perpustakaan.

Tok ... Tok ... Tok ....

Faenish terlonjak kaget mendengar ketukan di pintu. Ia melirik Evert yang tampak begitu sibuk dengan bacaannya. "Tidakkah kau menyembunyikan buku-buku itu?" tanya Faenish seraya menunjuk pada tumpukan buku di depannya. Kaum Nonberbakat tidak boleh sampai melihat buku-buku itu.

Evert hanya menggeleng sebagai respons.

Faenish bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. Ia sedikit khawatir. Namun ia tidak mungkin tiba-tiba mengambil buku-buku itu dan menyembunyikannya begitu saja tanpa persetujuan Evert yang sedang membaca. Itu bukan hal yang sopan untuk dilakukan, lagi pula Faenish tidak cukup berani untuk melakukannya.

"Hai Kak Faenish." Seruan Jovan mengagetkannya saat Faenish membuka pintu. "Oh, ada Kak Evert juga. Apa aku mengganggu waktu belajar kalian?"

"Er—tidak. Ada apa? Kau butuh sesuatu?" Faenish balas bertanya.

"Ya." Senyum semangat langsung terpasang di wajah Jovan dan Faenish bersumpah ia melihat pemuda di depannya meloncat-loncat kegirangan. "Bisakah aku meminjam beberapa buku? Kumohon." Dengan cepat ekspresi Jovan berubah memelas, ia memasang wajah memohon yang kekanak-kanakan.

"Maaf, tetapi ini bukan buku-buku milikku. Ini semua milik Nenek Magda."

"Aku mengerti Kak Faenish takut pada Nenek Magda. Aku sudah mendengar bahwa dia benar-benar menyeramkan. Hanya saja, aku benar-benar butuh beberapa buku saat ini. Aku juga tidak ingin menyusahkan Kak Faenish, tetapi aku sangat bosan." Jovan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai kayu, bukan mengamuk, tetapi seperti ekspresi dari ketidaksabaran yang menggemaskan jika dilakukan oleh anak kecil. "Kumohon, buku-buku itu sudah diwariskan kepada Kak Faenish kan?"

"Tetapi...."

"Ayolah Kak. Hanya sampai paket berisi buku-buku milikku sampai. Aku tidak akan merusaknya. Kumohooooooooon."

"Baiklah." Faenish menyerah. "Buku seperti apa yang kau butuhkan?"

"ASIK," seru Jovan begitu tiba-tiba, lengkap dengan kedua tangan terangkat dan lompatan tinggi. Tingkahnya seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Aku suka buku tentang kesehatan, tanaman obat-obatan, hewan, sejenis itu."

"Kau bukan mencari buku cerita?" Faenish memastikan. Buku-buku itu tidak terdengar sesuai dengan kepribadian Jovan.

"Tidak. Aku harus belajar. Aku tahu kemampuanku agak mengerikan, jadi aku harus belajar lebih giat dari orang pada umumnya."

Faenish sama sekali tidak tahu harus berkomentar apa. Ia hanya tersenyum dan mengatakan, "Kau mungkin akan menemukan beberapa buku di bagian Kesehatan. Masuklah dan cari apa yang menarik bagimu."

"Er—bisakah Kak Faenish mengambilkannya? Maksudku ... aku tidak berani masuk. Kak Faenish tahu ... larangan Nenek Magda. Aku tentu saja menghormati peraturan Nenek Magda. Aku tidak akan masuk. Tidak selangkah pun," seru Jovan tegas sebelum tersenyum menggelikan. "Tetapi Nenek tidak menyebut soal larangan meminjam buku, hanya tidak boleh masuk ke perpustakaan dan tidak boleh merusak buku. Jadi kupikir aku boleh meminjam beberapa. Bukan begitu?"

"Jovan...." Terdengar seruan Ivone dari arah dapur

"Maaf merepotkan, aku akan segera kembali. Mohon bantuannya Kak Faenish." Jovan melesat ke arah dapur dengan cara berjalannya yang setengah melompat-lompat.

Selepas kepergian Jovan, Faenish langsung mencarikan buku untuk pemuda itu.

Di bagian Kesehatan hanya terdapat beberapa buku yang tersisa karena sebagian besar buku di sana sudah diambil Kelompok Pelindung. Namun di berbagai tempat telah dijejalkan beberapa buku lain yang tidak ada hubungannya dengan kesehatan. Kelihatannya Faenish memiliki tugas tambahan untuk merapikan kembali koleksi buku Magda yang tersisa dari insiden kebakaran.

Di rak tertinggi, Faenish akhirnya melihat beberapa buku yang mungkin dibutuhkan Jovan. Dengan segera Faenish melirik ke seantero ruangan. Ia mencari tangga kayu yang biasa digunakan untuk mengambil buku yang terlau tinggi untuk digapai.

Faenish tak menemukannya. Sepertinya tangga kayu itu sudah menjadi salah satu korban kebakaran. Sofa-sofa yang tersisa di ruangan itu juga tak bisa digunakan karena terlalu berat untuk bisa dipindah-pindahkan. Mengambil kursi dari luar akan memakan waktu yang cukup lama mengingat tempat kursi terdekat adalah di dapur.

Sekali lagi Faenish memperhatikan lemari berlabel kesehatan di depannya, ada tempat yang cukup untuk kakinya berpijak di beberapa rak terbawah, hal ini memungkinkan Faenish untuk memanjat naik. Hal itulah yang coba Faenish lakukan sekarang. Dengan berpegangan pada pinggiran lemari, Faenish mulai menapaki rak demi rak sambil mencoba meraih buku yang diincarnya.

Kedua kaki Faenish sudah berada di rak keempat ketika ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Lemari buku itu mulai miring dan tanpa bisa dicegah, Faenish jatuh dengan lemari menghimpitnya.

Terdengar suara benturan keras saat Faenish, lemari dan segala isinya menyentuh lantai.

Sekali lagi Faenish mengalami hari yang berat dengan lemari dan buku-buku. Hampir seluruh badannya berdenyut sakit, tetapi ia tetap berusaha keras mendorong tubuh keluar dari tindihan lemari. Pandangannya sekilas tertuju pada Evert yang masih duduk di tempatnya dan terlihat tak peduli pada apa pun selain buku yang ia baca.

Seakan menyadari tatapan Faenish, Evert mengalihkan pandangan dari buku dan balas menatap Faenish. Tatapan mereka hanya bertemu beberapa detik sebelum Evert kembali menatap buku di pangkuannya dan kembali sibuk membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top