12. Buku Segel

"Ya," jawab Evert. "Tetapi saya tidak mengira Faenish menggunakan segel dari Kitab Segel."

"Sulit dipercaya bukan?" Pak Raizer menyempatkan diri untuk tersenyum ke arah Faenish. "Dikali pertamanya mengaktifkan segel, ia memilih segel yang sangat unik."

"Tetapi bagaimana Anda yakin buku itu sudah tidak ada?" tanya Evert.

"Kau mengira buku itu diambil Kelompok Pelindung?" Pak Raizer balas bertanya.

"Tidak. Magda tidak akan membiarkan buku itu berpindah tangan dengan mudah."

"Terima kasih sudah memuji istri saya. Dia memang orang yang mengagumkan. Setahu saya, ia menggunakan salah satu segel yang tertera dalam buku itu untuk mengikat dirinya sendiri dengan buku tersebut. Jadi, saat ia mati, buku itu juga musnah."

"Maksud Anda, Kitab Segel terbakar saat Magda tewas?" Evert memastikan.

"Kitab Segel kalau tidak salah akan berubah menjadi sejenis bom yang meledak di embusan nafas terakhir Magda."

"Jadi tidak ada yang tahu bagaimana kami bisa terbebas dari segel ini?" Kali ini giliran Faenish yang bertanya.

"Kalian masih bisa menemukan cara melepaskan segel itu dari ingatan Magda," jawab Pak Raizer.

"Ingatan?" gumam Faenish tidak mengerti.

"Terdapat sebuah segel yang memungkinkan seseorang untuk mengeluarkan ingatan dan menyimpannya dalam bentuk cairan. Jika Cairan Ingatan itu diminum orang lain, maka ingatan itu akan menjadi milik orang yang meminumnya.

"Istri saya memiliki banyak sekali kenangan dalam hidupnya yang begitu panjang, ada ingatan yang ingin dilupakannya dan ada yang ingin diabadikannya. Entah berapa banyak ingatan yang ia keluarkan dari kepalanya itu."

"Diabadikan?" Faenish kembali bergumam.

"Saat manusia menua, ia akan semakin kesulitan mengakses ingatan di masa yang sudah lama berlalu." Pak Raizer kembali menjelaskan. "Jika ingatan tentang hari ini yang masih begitu jelas di kepala kita diambil dan kita memasukannya kembali di kemudian hari, ingatan itu akan seperti ingatan baru."

"Apa ada kemungkinan Magda akan menyimpan ingatan tentang isi buku itu? Bukankah sama saja membuat dirinya menjaga dua hal sekaligus, buku itu sendiri dan ingatan tentang isinya?" tanya Evert.

"Magda pasti melakukannya," ujar Pak Raizer mantap. "Pengetahuan dan kekuatan mendatangkan godaan tersendiri. Lebih baik kita tidak mengetahui pengetahuan yang tidak bisa kita kendalikan."

"Sebenarnya buku apa itu?" tanya Faenish.

"Banyak orang berpikiran bahwa itu buku tertinggi dari semua buku tentang segel kerena judulnya adalah Kitab Segel," jelas Pak Raizer. "Namun sesungguhnya buku itu hanyalah satu dari sekian buku yang berisi segel-segel dengan kemampuan luar biasa. Kata segel yang tertera di sampul buku itu merujuk pada pengertian segel sebagai sesuatu yang mengikat. Isi buku itu secara keseluruhan adalah tentang bagaimana menghubungkan, mengikat bahkan mengunci hal-hal seperti seperti kekuatan, perasaan dan sebagainya. Buku itu dilindungi bukan hanya karena berharga, tetapi karena benda tersebut juga bisa sangat berbahaya."

"Kalau berbahaya kenapa tidak dimusnakan?" celetuk Faenish.

"Segala sesuatu membutukan ikatan, hanya saja porsinya yang harus diperhatikan. Buku itu berbahaya dan juga berguna."

"Lalu kenapa Nenek Magda yang menyimpannya? Bagaimana dengan Kelompok Pelindung?" tanya Faenish.

"Hanya sedikit yang tahu tentang buku itu," ujar Pak Raizer. "Saya bukan orang yang tepat untuk menceritakan kenapa buku itu ada pada Magda, kau akan tahu hal itu nanti jika memang kau ditakdirkan untuk mengetahuinya."

"Apakah anda pernah melihat cairan ingatan Magda?" tanya Evert mengembalikan pembicaraan kembali ke hal yang lebih mendesak.

"Magda menjaga ingatan itu sama ketatnya dengan kitab segel. Ia hanya pernah menunjukan kepada saya sebotol ingatan dalam tabung yang tertutup, jadi secara teknis saya belum pernah melihatnya."

"Lalu bagaimana kami akan menemukannya?" tanya Faenish.

"Kau juga mengenal Magda dengan cukup baik, menurutmu bagaimana ia akan menyimpan ingatannya?" Pak Raizer balas bertanya.

Masalahnya, bagaimanapun kerasnya Faenish berpikir, ia tetap tidak dapat memikirkan di mana Cairan Ingatan itu bisa ditemukan.

Mengetahui bahwa tidak ada gunanya mencari segel yang mengikat mereka di buku-buku tua lainnya, tidak membuat rutinitas Faenish berubah, ia tetap saja menghabiskan waktu di perpustakaan. Evert tidak mau hanya berpikir tanpa melakukan apa pun, baginya itu adalah tindakan membuang-buang waktu, pemuda itu memilih untuk tetap membaca berbagai buku.

***

Sebuah teriakan panik membangunkan Faenish di tengah malam.

"Apa itu Nyonya Ivone?" tanya Faenish.

Seperti biasa, Evert hanya mengangkat bahu tak peduli.

Faenish tidak habis pikir dengan respons Evert. Walaupun sejak peristiwa malam itu tidak pernah lagi ada yang membuat kekacauan di rumah Nenek Magda. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi.

Buru-buru Faenish berlari ke arah kamar Nyonya Ivone. Evert terpaksa menyusul di belakangnya, tetapi pemuda itu memilih meninggalkan tubuh dan kembali berkeliaran hanya dengan sosok transparan.

Faenish hampir mencapai pintu kamar Nyonya Ivone ketika tiba-tiba saja wanita itu membuka pintu dan berlari keluar dengan panik.

"Ada seseorang—ada penjahat—hubungi polisi. HUBUNGI POLISI!" jerit Ivone.

"Penjahat?" Faenish memastikan.

"Di kamarku..." Ivone berusaha mengatur napas yang memburu. "...ada di kamarku ... CEPAT PANGGIL POLISI. APA KAU TULI?"

Faenish melihat sosok Evert melangkah keluar dari kamar Ivone sambil menggelengkan kepala. Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar.

Faenish yakin ia tidak salah mengartikan isyarat yang diberikan Evert sebelumnya. Namun melihat ekspresi pemuda itu yang seperti memikirkan sesuatu, Faenish tahu ada yang tidak beres di sini.

Dengan segera Faenish berlari ke ruang perpustakaan dan menghubungi polisi. Sekali lagi Faenish melanggar peraturan yang dibuat Nenek Magda, kali ini soal memanggil orang asing ke rumah. Namun ia harus melakukannya daripada sesuatu yang buruk terjadi lagi.

"Kami tidak menemukan apa pun, bisakah Anda menjelaskan lebih rinci tentang orang yang Anda lihat?" tanya Rico kepada Ivone setelah selesai menggeledah seisi rumah, tetapi tidak menemukan apa pun yang mencurigakan.

"Ia memakai topeng putih dan jubah panjang." Suara Ivone terdengar serak dan badannya masih gemetar dalam rangkulan Jovan.

"Apa itu Kelompok Pelindung?" bisik Faenish ke arah Evert. Mereka berdua berdiri di dekat pintu agak jauh dari tempat para polisi dan yang lainnya. Faenish tahu Ivone tidak begitu menyukainya dan melihat keadaan Ivone sekarang, Faenish tidak ingin memperburuk keadaan hanya dengan kehadirannya. Sementara Evert memilih berkeliaran dalam wujud transparan dan tak punya pilihan selain berada dekat dengan Faenish.

Evert tidak menjawab pertanyaan Faenish. Pemuda itu hanya melirik sekilas dengan tatapan yang terkesan menghina.

Beberapa penjelasan Nenek Magda soal Kelompok Pelindung tiba-tiba teringat kembali oleh Faenish. Kelompok Pelindung tidak akan membiarkan Kaum Nonberbakat menyadari keberadaan mereka. Kalaupun sudah terlanjur terlihat, maka mereka akan menggunakan ramuan Pengabur Ingatan.

Kini Faenish paham kenapa saat ada penyusupan waktu lalu, anggota kelompok pelindung melemparkan segel ke arahnya satu kali dan melindunginya kemudian. Mereka pasti berniat melumpuhkan Faenish agar bisa diberi ramuan Pengabur Ingatan. Namun Faenish justru membuktikan dirinya sebagai seorang Kaum Berbakat dengan menggunakan segel perlindungan.

Kesimpulannya, penyusup di kamar Ivone tidak mungkin Kelompok Pelindung. Faenish jadi malu sendiri dengan pertanyaannya pada Evert.

"...ia—ia berdiri dekat jendela yang terbuka dan saat aku melihatnya ia ... dia..."

Ivone terdengar amat tertekan. Faenish jadi khawatir kalau Nyonya Ivone sempat mendapat teror atau serangan fisik.

"Apa ada penyusup lagi?" tanya Faenish kepada Evert. "Sebelumnya bukankah Kelompok Pelindung juga datang saat temanmu datang berkunjung?" Sekali lagi Faenish mencoba untuk menyinggung pembicaraan tentang penyusup yang memasuki Kamar Terlarang. Sampai sekarang Evert tidak pernah memberitahu siapa pemuda yang memakai jubah hitam berbordir laba-laba hijau. Jubah yang sama persis dengan yang dikenakan Evert.

Sesuai dugaan, Evert kembali tidak menjawab. Pemuda itu bahkan tidak melirik Faenish sama sekali.

"Nyonya Ivone?" Suara Rico terdengar tak sabar menunggu kelanjutan kalimat Ivone yang terputus-putus.

"...dia lari."

"Hanya seperti itu?" tuntut Rico agak kesal. "Anda tidak melihatnya mengambil barang? Atau melakukan sesuatu?"

Faenish mendapati Rico memandang ke arahnya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Ti ... ti .. tidak, saya berteriak dan langsung berlari keluar."

"Apa ada yang masuk ke kamar Anda setelah Anda keluar?"

"Tidak, saya tidak membiarkannya."

"Jadi tidak ada orang yang masuk ke kamar Anda setelah Anda keluar dan sebelum kami datang?"

Ivone mengangguk cepat, mengiyakan.

"Anda sepertinya hanya bermimpi Nyonya. Tidak ada barang yang hilang, tidak ada kerusakan, tidak ada apa pun yang mencurigakan di sekitar sini dan jendela kamar Anda terkunci saat kami datang."

"TIDAK MUNGKIN!" bentak Ivone, ia bahkan melompat berdiri. "KALIAN MEMANG TIDAK BERGUNA."

Ivone meraih lengan Jovan dan dengan setengah menyeret anaknya, ia berjalan ke arah pintu. Begitu melewati Faenish, Ivone kembali membentak, "Suru mereka semua pergi!" dan ia pun membanting pintu.

Dalam waktu kurang dari lima menit, sebagian besar orang telah pergi. Namun berbeda dengan para polisi yang langsung pergi, Navel dan Sarashalom berencana tinggal di rumah itu sampai pagi. Mereka masih memiliki trauma dengan kejadian di malam kematian Nenek Magda.

"Nyonya Ivone cuma bermimpi buruk, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Faenish berusaha membujuk kedua orang tuanya untuk kesekian kalinya agar mau pulang dan beristirahat. "Rexel akan marah kalau dia tahu ia ditinggal sendirian di rumah."

"Katanya kau, Ryn dan Drina berencana untuk piknik di kebun nenek Via?" tanya Sarashalom.

Faenish hanya bisa mengembuskan napas berat. Jika Sarashalom sudah mengganti topik artinya ia tidak mau dibantah. Sekeras apa pun Faenish mencoba, ibunya tidak akan berubah pikiran. "Ya," jawab Faenish akhirnya.

"Bagaimana kalau kita mengajak Nyonya Ivone sekalian?"

"Ha?"

"Nenek Via juga mengundang mama, papa, serta Rexel ke sana. Katanya biar ini menjadi acara keluarga karena sudah lama kita tidak mengadakan acara kumpul-kumpul. Melihat kondisi Nyonya Ivone, mama rasa dia juga butuh suasana kekeluargaan seperti itu."

"Apa Nyonya Ivone mau datang?"

"Semoga saja. Mama akan menanyakannya saat mengantar teh hangat ini."

"Bukankah Nyonya Ivone sedang tidak ingin diganggu?"

"Nyonya Ivone membutuhkan sesuatu untuk menenangkan pikirannya. Kau sebaiknya pergi istirahat sekarang Faenish." Nada suara Sarashalom terdengar final. Itu bukan permintaan, tetapi hampir seperti perintah.

"Baiklah," Faenish menjawab dengan berat hati sebelum berjalan kembali ke kamar.

Saat melewati pintu kamar Jovan, Faenish mendengar percakapan samar dari dalam kamar. Refleks langkahnya berhenti. Bukan hanya kedua orang tuanya yang masih menyimpan trauma dengan kejadian di malam kematian Magda. Jantung Faenish berpacu kencang dengan kekhawatirannya. Bagaimana jika peristiwa malam itu terulang?

"...kau harus berhati-hati." Suara serak Ivone terdengar.

"Bunda—"

"Dia datang untuk mengambilmu dari bunda, sama seperti saat dia datang dua puluh tahun yang lalu dan mengambil kakakmu. Bunda tidak akan membiarkan mereka merebutmu. Tidak akan."

"Aku tidak akan pernah meninggalkan bunda, tetapi kenapa bunda tidak bilang kepada polisi? Mereka mungkin akan memukan kakak dan ayah."

"Tidak. Mereka tidak bisa dipercaya. Ada makhluk-makhluk jahat di antara mereka. Cukup sekali bunda dikurung dalam rumah sakit jiwa hanya karena meminta mereka menemukan kakak dan ayahmu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top