Murid Baru

Ruangan yang tadinya ramai seketika hening. Hanya ada dua sejoli yang satunya sibuk main HP dan yang satunya melamun, entah sedang melamun 'kan apa. Teman-teman mereka sudah pulang sepuluh menit yang lalu dan sekarang yang tersisa hanyalah keheningan yang tercipta.

Derald dan Lily-lah yang izin duluan untuk pulang lebih dahulu karena hari sudah semakin larut. Sontak teman sekelas yang lain juga ikut pulang seolah tersadar dari keasyikan mereka terlalu lama di kelas.

Sekarang  yang tersisa hanyalah Neya dan Gio.

*****

"Emh, Dei nanti mampir ke supermarket dulu ya?" ucap Lily, memecahkan keheningan keduanya. Kini mereka berjalan bersama setelah pulang sekolah.

"Ngapain?" tanya Derald datar. Meskipun berjalan bersama Lily memang mengasyikkan, sejujurnya ada yang menyangkut di pikiran Derald sekarang—terutama tentang keluarga iblisnya.

"Cemilan Lily udah habis," cengir Lily.

"Hm," deham Derald. Bagaimanapun, Derald tidak bisa menolak seorang Liliana.

Mereka berdua ke supermarket terdekat, berboncengan di atas motor Derald. Keheningan tercipta di antara mereka kecuali suara Lily yang sekali-kali menggumam sebuah lagu. Derald tidak terlalu mendengarnya, sih, berhubung jalanan padat dan ramai.

"Derald mau ikut?" tanya Lily sambil melepaskan helm-nya. Mereka sudah sampai di parkiran.

"Ya," jawab Derald sambil melepaskan helm-nya juga. “Emang gue mau diem di sini kalo lo pergi sendirian?”

Lily hanya menyengir lebar, menampilkan deretan gigi putihnya. Lily yakin wajahnya sudah merah sekarang. Keduanya berjalan memasuki supermarket, menyusuri rak segala macam produk dari berbagai daerah. Sesekali Derald harus membujuk dirinya untuk bersabar menunggu Lily yang sering kebingungan memilih camilan.

"Udah?" tanya Derald ketika selesai mengambil cemilan dan minuman.

"Udah, kuy bayar!"

Mereka menuju kasir, lalu kembali lagi ke parkiran. Derald memberikan Lily helmnya sambil menasihati cewek yang membawa satu kantong plastik penuh camilan, "Habis ini langsung bersih-bersih, sholat, belajar, makan terus tidur!" tegas Derald.

"Siap!"

***

Matahari mulai terbit, berusaha mengganggu tidur seorang gadis yang masih bergelung dengan selimut tebalnya. Tatapi, tampaknya gadis itu tak terganggu dengan matahari yang mulai masuk lewat celah gorden, justru sang gadis menaikkan selimut tebalnya sampai ke atas kepala dan menutupi semua badan sang gadis.

"ANA BANGUN! LIAT UDAH JAM BERAPA SEKARANG!" teriak sang bunda dari meja makan.

Ya, gadis itu Lily yang sedang bergulung dengan selimut tebalnya.

"Emh," lenguh Lily tak merasa terusik dengan teriakan sang bunda.

Sang bunda yang merasa geram dengan putri pertamanya yang tak kunjung bangun pun akhirnya melangkah memasuki kamar Lily.

"Bangun An! Liat jam berapa itu!" omel sang bunda sambil menyingkap gorden kamar Lily.

"Bentar lagi bund," leguh Lily.

"Gak ada nanti-nanti! Liat tuh udah jam berapa!" titah sang bunda yang merasa geram dengan Lily yang tak kunjung bangun juga.

Lily yang masih ngantuk pun terpaksa melihat jam dinding. Seketika matanya melotot seperti ingin keluar melihat jam sudah menunjukkan jam 06.15.

"BUNDA KENAPA GAK BANGUNIN ANA DARI TADI?!" teriak Lily yang langsung berlari memasuki kamar mandi.

"EMANG DARI TADI BUNDA NGAPAIN DISINI? SALTO?! KALO GAK BANGUNIN KAMU YANG KEK ORANG MATI AJA TIDUR!" teriak sang bunda juga sambil melangkah 'kan kakinya keluar kamar Lily. Sepertinya sifat Liliana memang terwariskan dari bundanya juga.

Tidak sampai sepuluh menit akhirnya Lily keluar dari kamar mandi dan langsung siap siap berangkat sekolah dengan tergesa-gesa. Seragam tidak rapi, buku asal masuk tas, rambut tidak sempat disisir dan sepatu yang sempat tertukar.

"Sarapan dulu, An!" panggil ayahnya dari meja makan saat melihat sang putri yang berlari sambil menenteng sepatu.

"Ana sarapan disekolah aja Yah, ini Ana bentar lagi telat," ucap Lily sambil memakai sepatunya dengan tergesa-gesa.

"Ya sudah. Tapi, jangan lupa makan nanti!" perintah sang Ayah tegas.

"Siap laksanakan, Yah!"

"Ya udah Ana berangkat dulu ya," ucap Lily sambil menyalimi tangan kedua orang tuanya.

"Hati-hati di jalan, Nak."

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

*

Seorang gadis tengah berlari di koridor sekolah yang mulai sepi. Gadis itu terburu-buru hingga tidak menyadari ada yang berlari juga dari arah yang berlawanan. Mereka terbentur dan jatuh.

"Aduh sorry ya gue gak sengaja," ucap sang pria yang tadi gak sengaja menabrak sang gadis.

"Iya gak papa, ini juga salah Lily kok," ucap Lily sambil berdiri dan mengusap lengannya yang tadi menabrak.

"Eh lo Ly?!" tanya sang pria terkejut.

"Eh Airon?!" respon Lily tidak kalah kagetnya.

"Kok Airon bisa ada di sini?" heran Lily yang masih terkejut. Banyak hal yang terjadi pagi ini.

"Lo lupa ya kalau kemarin gue bilang gue pindah sekolah ke sini," jawab Airon sambil berdiri.

"Jadi hari ini hari pertama Airon sekolah di sini?"

"Iya,"

"Eh iya terus lo kenapa lari-lari?" tanya Airon bingung.

"Eh iya! Lily kesiangan! Lily duluan ya!" ucap Lily tergesa-gesa dan dengan cepat berlari ke arah kelasnya.

"Lah?" tanya Airon bingung pada dirinya sendiri.

****

Setelah sampai di depan kelas barulah Lily bisa menghela nafas lega. Untung saja Lily mendengar di dalam kelas sedang ribut yang artinya tidak ada guru. Lily langsung berjalan memasuki kelas setelah mengucap salam.

"Napa lo Ly? Kek yang dikejar preman aja lo, panik gitu," sembur Aileen ketika Lily baru duduk di bangkunya.

"Iih Ailen diem dulu deh!" ucap Lily kesal sambil menormalkan nafas nya yang tersenggal-senggal.

"Napa lo?" ulang Aileen ketika melihat Lily sudah berangsur-angsur tenang.

"Huft, tadi Lily bangunnya kesiangan," ucap Lily.

"Lah terus?" tanya Aileen bingung, apa hubungannya panik dan bangun kesiangan?

"Ya Lily takut di hukum lah!" jawab Lily ngegas.

"Yee biasa aja dong," ucap Aileen ketika tangannya di geplak oleh Lily.

"Ya habisnya Aileen bikin kesel sih!"

"Lah gue dari tadi diem aja loh ini Ly!" ucap Aileen bingung.

"Aileen masih nanya sih kalok orang bangun kesiangan kenapa! Ya jelas jelas kalok Lily kesiangan otomatis Lily bakal kesiangan juga sekolahnya Aileen!" ucap Lily dengan satu tarikan nafas.

"Oh iya juga ya," ucap Aileen sambil nyengir bodoh.

"Eh iya Ly lo tahu gak?" tanya Aileen sambil menghadap Lily.

"Gak," jawab Lily masih kesel.

"Kok gak sih?!" tanya Aileen lagi.

"Kan Aileen belum ngasih tahu!" jawab Lily ngegas.

"Eh iya juga ya," cengir Aileen lagi.

"Lama lama Lily lempar juga Aileen ke Amazon!"

"Tega lo!"

"Oke-oke serius, lo tahu? Gue denger-denger sekarang ada murid baru," ucap Aileen memulai cerita seriusnya.

"Ya terus?" tanya Lily bingung.

"Nah terus tuh murid baru gus denger-denger masuk kelas kita!" ucap Aileen heboh.

"Kenapa Aileen yang heboh?"

"Katanya juga sih murid pindahannya itu cogan," cengir Aileen.

Lily tak mengubris omongan Aileen lgi sekarang Lily tengah fokus membaca novel yang ia baru beli.

Kringg!

Bel pelajaran pertama sudah berbunyi dan tak lama kemudian seorang guru masuk dengan murid di belakangnya.

"Selamat pagi anak anak!" ucap Pak Santoso—guru Matematika.

"Pagi, Pak!" jawab semua murid serempak.

"Sekarang kita kedatangan murid baru, kamu silahkan perkenalkan namamu!" perintah Pak Santoso pada si murid baru ini.

"Hai, kenalin saya Airon Sangkar Efendi, pindahan dari SMA Nusa Bangsa, kalian bisa panggil saya Airon, terima kasih," ucap Airon singkat, padat, dan jelas.

"Baik, Nak Airon perkenalkan nama Bapak Santoso guru Matematika, kamu bisa berkenalan dengan teman-teman baru saat jam istirahat nanti. sekarang kamu silahkan duduk disamping Bagas," ucap pak Santoso.

"Bagas angkat tangan kamu," tegas pak Santoso dan murid yang bernama Bagas pun mengangkat tangannya setinggi mungkin karena dia duduk agak belakang.

Airon melewati bangku Lily. Mata keduanya bertemu, Lily melempar senyuman pada Airon. Airon membalas senyumannya. Airon duduk dan meletakkan tasnya, Lily yang sempat menoleh ke belakang kembali memerhatikan papan karena pelajaran matematika sudah dimulai.

***

Kringg!

Bel istirahat pun sudah berbunyi, Airon yang bangkunya berada di belakang menghampiri Lily yang sedang memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

"Yukk Ly kantin!" ajak Aileen yang sudah selesai mengemasi bukunya.

"Kuyy," ucap Lily yang masib belum sadar kehadiran Airon di sampingnya.

"Gue ikut ya?" celetuk Airon, membuat Aileen dan Lily terkejut karena belum menyadari kehadiran cowok baru itu.

"Ish, Airon ngagetin aja," ucap Lily kesal.

"Hehe, sorry," ucap Airon sambil menggaruk pipinya yang terasa gatal. "Emh, jadi gua boleh ikut gak?" tanya Airon lagi.

"Ke mana?" tanya Aileen dan Lily serempak.

"Katanya kalian mau ke kantin? Gue ikut ya? Gue 'kan belum tahu letak kantin dimana," jelas Airon.

"Boleh, ya udah kuy," ucap Lily dan Aileen berbarengan.

***

Kantin sudah ramai meskipun bel istirahat baru berbunyi dua menit yang lalu. Dentingan alat makan, obrolan dan teriakan siswa serta bisikan pembicaraan membaur menjadi satu. Lily bersama dua temannya mencari bangku yang kosong dan akhirnya memilih duduk di pojok kantin.

"Kalian mau mesen apa? Sini gua pesenin mumpung gue lagi baik," tanya Aileen yang masih berdiri.

"Lily bakso dan es teh aja," jawab Lily.

"Kalok lo, Yon?" tanya Aileen.

"Samain aja kek Lily,"

"Okeh!" Aileen mengacungkan jempol dan langsung melesat diantara kerumunan orang bagai The Flash.

"Emh, Airon kenapa bisa ada disini?" tanya Lily memecah keheningan.

"Pindah sekolah," jawab Airon enteng.

"Jelas lah, Airon sekarang ada di depan Lily. Tapi kenapa?" tanya Lily penasaran.

"Gak tahu juga, mau cari suasana baru aja." Airon mengangkat bahunya dan menganggukkan kepala dengan santai seolah itu hal paling jelas di dunia.  

"Oh," ucap Lily ber—oh ria.

"Teman-teman Airon?" tanya Lily lagi  yang baru ingat dengan Reyhan dan teman Airon yang lain.

"Katanya sih nanti mereka mau pindah juga," jawab Airon.

"Lah kenapa?" tanya Lily bingung.

"Ya mereka gak bisa jauh lama-lama lah dengan gue yang ganteng ini," jawab Airon dengan pede-nya.

"Pede amat," cibir Lily.

"Bagus lah PD, dari pada insecure," ucap Airon.

"Ya juga sih tapi, kalo PD-PD amat kasian nanti jatuh."

"Kenapa harus jatuh?"

"Karena yang dia bilang itu gak sesuai dengan kenyataannya,"

"Berarti secara tidak langsung lo bilang gua jelek dong?"

"Ya itu tahu, eh." Lily langsung membekap mulutnya.

"Yee gue emang ganteng kaleh," cibir Airon.

"Kagak masih ada yang ganteng dari pada Airon."

"Siapa?"

"Ayah Lily dan dia."

"Dia siapa nih?"

"Ih kepo deh Airon kek dora."

"Nih anak nyolot amat!" ucap Airon sambil menjitak kepala Lily.

"Ish sakit tahu," ucap Lily sambil mengerucut 'kan bibirnya.

"Gak usah di monyong monyongin gitu bibirnya, kek bebek aja," ejek Airon.

"Bodo," kesal Lily.

"Mamat," lanjut Airon asal.

"Mamat siapa?" tanya Lily bingung.

"Itu anak tetangga sebelah yang hobinya bawa ayam kemana-mana," jawab Airon sambil menahan tawanya ketika melihat wajah kebingungan Lily yang menggemaskan dimatanya.

"Tetangga Airon?"

"Bukan! Tetangga monyet!" jawab Airon sambil menyemburkan tawanya.

"Ish kok Airon ketawa?"

"Lo polos banget sih Ly," gemas Airon.

"Sakit Airon!" kesal Lily.

"BTW, pertanyaan gue masih sama. Lo udah inget gue belum?" tanya Airon. Laki-laki itu menanyakan hal yang sama setiap kali mereka bertemu.

Lily diam, ingatannya berputar dimana kejadian Reyhan mengatakan alasan membenci Lily di UKS. Apakah sahabat yang di maksud Reyhan adalah Airon. Kalau benar, berarti Airon adalah sahabat masa kecil keduanya.

"Airon, sahabat masa kecil Lily?" tanya Lily. Airon langsung membelakan matanya. "Lo udah inget Ly?" ucap Airon dengan semangatnya.

Tetapi Lily hanya menggeleng, "Reyhan yang bilang sama Lily, dia bilang kalau Lily rebut sahabat masa kecilnya. Lily nggak tau, karena Lily Amnesia. Jadi karena Airon bilang kalau Airon udah kenal sama Lily sebelumnya, berarti Airon sahabat masa kecil Lily dan Reyhan," ujar Lily.

Airon menghela napas kasar, lalu meraup wajahnya. Permasalahan dengan sahabat kecilnya satu lagi belum terselesaikan sampai sekarang.

"Reyhan emang susah untuk dibujuk dari kecil walau udah gue jelasin berkali-kali dia nggak bakal mau paham."

"Gimana kalau Airon jelasin lagi, masalahnya Lily juga ikut adil di sini. Lily nggak mau Reyhan, Airon, sama Lily musuhan terus. Berdamai dan menjadi sahabat selamanya kan lebih baik."

"Gue bakal ngomong lagi sama dia, udah-udah nggak usah dipikirin. Nanti kepala lo bisa membesar dan meladak," ujar Airon dengan kekehannya.

Lily langsung tersenyum, tapi rautnya itu berubah menjadi bingung ketika ada sesuatu yang menurutnya aneh.

"Emang kepala bisa meledak ya Arion?" tanya Lily dengan polosnya. Setelah mendengar itu Airon tak bisa untuk tidak tertawa ia mengunyel-ngunyel pipi Lily lagi.

Aileen yang baru saja datang bingung melihat Lily yang sedang mengusap ngusap pipinya dan Airon yang masih ketawa.

"Kenapa kalian?" tanya Aileen bingung.

"Gak, temen lo polos amat Leen," jawab Airon terkekeh.

"Ish udah ah! Leen mana makanan Lily? Lily udah laper nih, kasian cacing cacing Lily dari tadi nungguin," ucap Lily sambil mengusap perutnya yang lapar.

"Nih!"

Setelah itu mereka sibuk dengan makanannya hingga tak menyadari kehadiran seseorang, yang menatap mereka dengan aura permusuhan.

*****

Langsung vote 😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top