Jalan Bareng

Derald menggenggam erat tangan Lily, matanya menatap lekat ke arah gadis cantik satu ini. "Kalau hati lo terluka gue bakalan jadi plester buat hati lo," kata Derald.

"Emang plester bisa ngembali'in bentuk hati yang hancur?" tanya Lily.

Kini giliran senyuman lembut Derald yang tampil di wajahnya memberikan kesan tampan pada wajah yang selalu terlihat datar itu. Lily langsung menjadi kikuk, senyuman mematikan milik pria satu ini mampu membuat hati Lily berdebar tak menentu hingga rasanya mau lepas.

"Memang nggak bisa, tapi dia bisa nyembuhin luka lo dan," ucap Derald terjeda.

Perlahan jemarinya menyentuh ujung mulut milik Lily sambil berkata, "Ketika luka itu sudah sembuh lo bisa tersenyum lagi."

Deg!

Ucapan manis itu berhasil membuat hati Lily seakan melambung ke nirwana, rasanya paru-paru gadis itu kesulitan meraup oksigen membuat dadanya terasa sedikit sesak.

Jantungnya berdetak tidak menentu dan jangan tanyakan lagi, wajah Lily kini sudah merah merona seperti ikan rebus.

Tak lama kemudian Alfaro datang bersama Aileen di sampingnya, mereka yang bermaksud baik membawakan tas Derald dan Lily mengingat bel pulang telah berbunyi satu tiga menit yang lalu.

Memang saat kita bersama orang yang kita sayang waktu seakan berhenti sampai bel berbunyi pun mereka tidak sadar.

"Ekhemm ...." deheman Alfaro langsung merusak suasana.

Lily dan Derald yang tadinya sedang melempar tatapan satu sama lain langsung terjingkat, mereka menoleh ke sumber suara dan mendapati kedua teman baik mereka sudah berdiri di depan pintu. Dan soal Reyhan, sedari tadi ia tertidur sambil menggunakan earphone sehingga ia tidak perlu mendengarkan parodi romansa Romeo dan Juliet itu.

"Heran gue, kok bisa si Reyhan betah di sini. Mana jadi obat nyamuk lagi," sindir Aileen sambil menggeleng pelan.

Alfaro dan Aileen pun memberikan tas yang mereka bawa kepada pemiliknya—Derald dan Lily. "Makasih ya," ucap Derald dan Lily bersamaan.

"Sama-sama."

Aileen duduk tepat di sebelah Lily lalu memeluk sahabatnya itu cukup erat membuat Lily sampai kesulitan benapas karena sesak. "Gue khawatir sama lo tahu Ly," ucap Aileen.

"Aduh ... sesek Len, Lily nggak bisa napas tau," ringis Lily.

Melihat sahabatnya sudah hampir saja mau pingsan karena kesulitan bernapas Aileen pun melepaskan pelukannya.

"Lo, kenapa bisa pingsan tadi Ly?" tanya Alfaro penasaran.

"Tadi Lily kepeleset di kamar mandi," jawab Lily dengan wajah polosnya.

Derald spontan menaikkan salah satu alisnya, jujur ia tidak percaya jika Lily hanya terpeleset. Memang ada orang yang hanya terpeleset sampai pingsan begitu lama? Tubuhnya basah kuyup ditambah Bu Herlina juga bilang jika Lily juga syok makanya sampai pingsan.

"Masa'?" tanya Derald masih tidak percaya.

"Iya,"

"Tapi lo udah nggak papa?" Kini ganti Aileen yang bertanya.

Lily menampilkan senyum polosnya untuk meyakinkan Aileen. "Iya Lily udah nggak papa kok, mending kita pulang yuk!"

"Gue anterin mau?" tawar Derald yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Lily.

Alfaro dan Aileen yang paham betul dengan situasi langsung melempar tatapan seolah-olah mereka sedang bertelepati. Aileen melangkahkan kakinya kembali ke sisi Alfaro.

"Kita pergi dulu ya Ly, gue ada urusan sama Alfaro. Ya 'kan?" Aileen mengedipkan matanya sejenak, memberikan isyarat agar Alfaro mengiyakan ucapannya.

"Haha ... iya, kita pergi dulu," pamit Alfaro.

Alfaro dan Aileen pun pergi meninggalkan Lily bersama Derald di sana. Derald mulai beranjak berdiri dan membantu Lily berdiri mengingat kondisi gadis ini masih sedikit lemas.

"Sini gue bantu."

Lily menoleh ke arah Derald. "Makasih, Dei."

"Sama-sama."

Jujur saja Lily ingin menceritakan semua yang terjadi kepada teman-temanya. Namun, setelah mendengar jika Derald mendapat masalah karena dirinya seketika ia mengurungkan niatnya itu, masih teringat jelas di otak Lily kejadian yang menimpa dirinya beberapa jam yang lalu saat ia berada di kamar mandi seorang diri.

****

Saat Lily hendak keluar dari kamar kecil usai membuang air kecil, perlahan ia memutar knop pintu kamar kecil membuat benda datar dan panjang di depannya itu langsung terbuka. Ia melangkah keluar dan berjalan menuju wastafel yang ada di salah satu sudut kamar mandi.

Ketika netra hitamnya menatap sebuah cermin yang terpajang di salah satu sudut dinding, spontan matanya langsung terbelalak sempurna, sebuah tulisan yang ditulis menggunakan spidol merah bertulisakan 'HIDUP LO NGGAK AKAN TENANG!' berhasil membuat Lily terguncang. Tanpa sadar rasa takut telah merasuk ke dalam hatinya.

"Siapa sih? Usil banget, mending Lily pergi aja," monolog Lily yang masih setia menatap tulisan di cermin itu.

Lily bermaksud pergi dengan cepat ia memutar badannya, ia berlari kecil menuju pintu keluar sampai ia tidak sadar jika di lantai ia berpijak telah dilumuri oleh air yang bercampur dengan minyak.

Brak!

Daksa Lily terjatuh sempurna di atas lantai seragam yang tadinya kering kini hampir separuhnya basah kuyup. Rasa sakit mulai menyerang dirinya hingga rasa sakit itu mampu merasuk ke setiap bagian tubuhnya, kepala terasa begitu berat dan nyeri. Pandangan mulai buram hingga ia tidak mampu melihat dengan jelas apa yang ada di hadapannya, perlahan matanya terpejam sempurna.

****

Lily bersenandung kecil sepanjang jalan. Ia sedang berjalan kaki bersama Derald menuju rumahnya. Padahal tadi Derald menawarkan untuk naik taksi aja atau naik bus setidaknya. Namun, Lily bilang dia ingin jalan kaki aja.

Oleh karena itu, sekarang kedua insan itu sedang menghabiskan waktunya bersama melewati setapak demi tapak jalan raya Jakarta. Lily nempak sangat menikmatinya, ia terus bersenandung ria dengan jalan zig-zag ke kanan dan ke kiri. Sedangkan Derald hanya bisa memperhatikan Lily dari belakang.

"Derald mampir beli es krim ya," pinta Lily. Perempuan itu kini berjalan menghadap Derald dan berjalan mundur.

"Lo baru aja pingsan Ly, gue udah nurutin kemauan lo buat jalan kaki padahal tubuh lo masih lemes," balas Derald tak setujuh.

Bibir mungil Lily langsung maju beberapa senti ke depan. Ia kesal karena Derald tak menuruti kemauannya. Padahal Lily sengaja mengajak Derald jalan kaki agar bisa menikmati jajanan pinggiran bersama. Apalagi di kedai es krim kesukaannya.

"Ya udah beli bakso aja," pinta Lily lagi. Derald menatap Lily sebentar. Kemudian mengamati beberapa kedai yang berdiri di sana. Mencari kedai bakso berada.

"Tapi dibungkus aja ya, lo kan harus cepat pulang," tawar Derald. Lily menggeleng tegas. "Nggak mau, maunya makan di sana," balas Lily.

Derald menghela nafas pasarah. Lily memang keras kepala. Mau Derald bujuk sampai dia kayang sekalian jungkir balik pun tidak akan berhasil. Pada akhirnya Derald kembali harus mengalah.

"Ya udah iya, tapi nggak beli es nanti di sana," pesan Derald. Lily langsung menganggukan kepalanya antusias.

Kedua remaja itu langsung melangkahkan kakinya menuju kedai bakso itu. "Pesan baksonya dua ya Pak, yang satu mercon pedes banget," pesan Lily.

"Bakso biasa aja Pak, jangan dengerin dia. Kalau nanti sampai pingsan di sini malah ngerepotin," sela Derald. Lily kali ini hanya bisa pasrah karena penjual baksonya pun mengikuti arahan Derald.

"Ayo duduk!" Tangan Derald menarik tangan Lily pelan. Ia segera mendudukan Lily sebelum cewek polos itu merengek lagi.

"Padahal Lily mau makan bakso mercon Dei," kesal Lily.

Derald mendiamkannya saja. Toh, nanti kalau baksonya sudah datang Lily tinggal makan. Lagipula mau bakso mercon atau bakso biasa rasanya sama saja.

"Lily?" panggilan itu membuat atensi kedua remaja itu menengok ke sumber suara.

"Arion?" balas Lily. Derald merasa aneh ketika melihat keduanya saling kenal.

"Siapa, Ly?" tanya Derald bingung. Airon tersenyum ke arah Derald. "Gue Airon, dan lo pasti Derald? Lily sering lewat kamar gue pas njenguk lo," balas Airon.

Mendengar itu entah mengapa Derald sedikit lega mengetahui Airon dan Lily tidak terlalu dekat.

"Ayo duduk Rion," suruh Lily.

Ketiga remaja itu akhirnya duduk bersama sambil mengobrol ringan. Bahkan ketika selesai makan, ketiganya masih betah untuk mengobrol. Airon punya banyak topik untuk membuat suasana mengalir dengan mudahnya.

"Oh iya Airon sekolah dimana?" tanya Lily pada Airon.

"Hm, gue baru aja pindah ke SMA Aruna Jaya," jawab Airon. Mata Lily langsung berbinar.

"Wah kita satu sekolah dong, kita bisa ketemu kapan aja," ucap Lily ceria.

Derald hanya bisa menjadi penonton setia. Dia tidak ingin mencampuri urusan kedua insan yang nampak berbincang santai. Derald fokus pada kerupuk yang sedang ia makan. Hitung-hitung menyimak sampai perutnya kenyang.

Ting ....

Ponsel Derald dan Lily bergetar bersamaan. Lily langsung mengambil ponselnya dan melihat pesan masuk.

Bunda

Ana dimana nak?
Kok belum pulang

Bentar lagi Ana pulang kok bun, masih makan bakso dulu. Hehe...

Lily langsung melihat Derald setelah menerima pesan itu. "Derald Bunda udah nyari Lily," ucap Lily pada Derald.

Sedangkan Derald yang tadinya fokus pada pesan masuk di hpnya langsung menengok ke arah Lily. Obrolan mereka sampai di situ karena Airon juga sudah berpamitan pulang.

"Tadi siapa yang chat Dei?" tanya Lily. Karena tadi wajah Derald nampak lebih cerah ketika menerima pesan itu.

"Bukan siapa-siapa, nggak penting," balas Derald.

Lily menatap Derald polos, sebenarnya ia kekenyangan. Untuk berjalan lagi susah. "Lo kenapa?" tanya Derald ketika melihat tingkah aneh Lily.

"Kekenyangan hehe...," balas Lily sambil tertawa canggung. Derald menghela nafas.

Ia menjongkokan badannya di depan Lily. "Ayo naik, gue gendong!" ajak Derald. Lily langsung tersenyum lebar. Ternyata Derald peka, beruntung dia bisa pulang bersama Derald.

Hap!

Setelah tubuh Lily berada di atas punggung Derald. Derald kembali berdiri, dan meletakkan tanganya di belakang untuk menyangga tubuh kecil Lily. Sedangkan Lily langsung menyenderkan kepalanya di bahu Derald sambil menatap pemuda itu.

"Kenapa lihati gue?" tanya Derald sambil menatap ke arah depan.

"Dei ganteng banget sih," balas Lily membuat tanpa sadar sudut bibir Derald tertarik ke atas.

"Lo juga cantik," balas Derald sontak membuat pipi Lily berubah jadi merah.

"Masa?" goda Lily.

"Hmm...," dehem Derald. Lily langsung tertawa. Ia terus menghadap Derald melihat wajah pemuda itu yang kini menjadi favoritnya.

"Kalau Lily suka sama Dei, Dei bakal balik suka nggak sama Lily?"

****

Ada yang gendong"an bund🤧😭 langsung vote yoo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top