Extra Part
Swastima terlihat memantul di atas danau. Keindahan langit sore beserta cuaca yang sejuk membuat suasana keromantisan kedua sejoli satu ini semakin terasa. Kedua sejoli itu sedang duduk berdua di atas rumah pohon dengan kaki menjulur ke bawah.
Keduanya adalah Lily dan Derald, kedua sejoli itu sedang menikmati senja bersama di tempat rahasia mereka. Mereka melewati hari bersama kembali setelah satu bulan Lily dinyatakan koma akibat peristiwa penembakan itu.
"Lily nggak ngebayangi kalau kemarin Lily udah nggak bisa datang ke sini lagi," ujar Lily dengan nada sendunya. Ia senang bisa kembali dan berkumpul lagi dengan orang-orang yang dia sayangi.
"Gue lebih nggak bisa bayangin gimana hidup gue tanpa lo Ly," balas Derald.
Ketika Derald menatap wajah gadis cantik yang berada di sampingnya sekarang dia sekarang, hanya satu harapannya. Dia ingin Tuhan tidak mengambil Lily dari hidupnya selama ia masih bisa bernapas. Derald sangat takut jika kejadian beberapa bulan yang lalu menimpa gadis ini lagi. Bahkan dia ingat betul sehancur apa dirinya ketika melihat Lily terbujur lemah di atas ranjang rumah sakit selama berbulan-bulan.
****
Selama berhari-hari setelah pulang sekolah Derald selalu bolak-balik ke rumah sakit. Setelah kejadian itu Lily dinyatakan koma sedangkan sang pelaku penembakan—Rejendra. Dia diberi hukuman penjara selama delapan tahun, atas semua tindakan kriminal yang dia lakukan.
Setelah insiden itu juga akhirnya Asyila dapat sedikit membaik karena telah dirawat di rumah sakit jiwa yang lebih memadai, Revano dan Derald juga terus mencurahkan kasih sayang mereka untuk mamanya dan sekarang mereka telah menjadi adik kakak yang kompak.
Namun, tidak dengan Lily. Dia masih belum sadarkan diri sampai dokter memvonis sudah tidak ada harapan lagi untuk gadis itu hidup. Derald yang mendengar pun langsung histeris, dia menangis se jadi-jadinya di samping daksa Lily yang tidak kunjung membaik.
"Ly, lo bangun! Siapa yang suruh lo tidur hah! Bangun Ly, gue mohon," teriak Derald semakin histeris.
Di sisi lain Bunda Lily sudah menangis sejadi-jadinya saat mendengar pernyataan dari dokter itu. Ayah Lily hanya bisa menenangkan saja akan tetapi, dia sebenarnya juga sama-sama hancurnya saat mengetahui putrinya akan meninggal.
"Ly, Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo, tapi lo mau tinggalin gue gitu aja. Ly, gue mohon bangun, bangun hiks ...."
Layaknya sebuah anugerah, tiba-tiba saja jemari lentik milik Lily mulai bergerak, kelopak mata yang semulanya tertutup rapat. Perlahan mulai terbuka kembali, mulut yang selalu terkunci rapat seketika kembali membuka suaranya lagi, "Dei, jangan nangis."
Kepala Derald yang semula tertunduk lesu langsung terangkat saat suara lembut itu kembali terdengar menyebut namanya. "Lily lo udah sadar," ucap Derald.
Lily hanya tersenyum sementara Andira dan Fernan langsung menghampiri putri mereka, tak lupa Fernan juga memanggilkan dokter untuk mengecek kondisi Lily.
"Akhinya kamu sadar juga An, bunda khawatir tau sama kamu," ucap Andira.
"Maafin Lily ya, udah bikin kalian khawatir," ujar Lily.
Derald menyeka seluruh air matanya dan berganti melukiskan senyum dibibirnya. "Mulai sekarang lo nggak boleh pergi lagi Ly," kata Derald.
"Iya Dei, Lily nggak akan ke mana-mana."
***
Bagi Derald kejadian tempo hari lalu adalah hal paling mengerikan setelah kepalsuan kepergian Asyila beberapa tahun yang lalu. Perlahan tangan Derlad meraih tangan Lily dan menggengamnya dengan erat, menyadari hal itu Lily langsung tersenyum.
Derald tidak ingin kehilangan gadis itu lagi sekarang atau selamanya. Satu bulan tanpa gadis itu bisa tersenyum lagi padanya berhasil membuat dirinya hampir gila. Rasanya seperti kehilangan sebuah tujuan hidup.
"Kalau Lily bilang sayang sama Dei, Dei bakal bilang sayang nggak sama Lily?" Derald tersenyum, kemudian laki-laki itu mengangguk.
Lily mengembangkan senyumnya, "Lily sayang sama Dei!" ujar gadis itu.
"Gue juga sayang sama lo Ly," sahut Derald.
Tangan yang semula mengenggam tangan Lily kini beralih memeluk tubuh milik gadis itu. "Ly lo mau nggak jadi pacar gue, kalau lo mau bilang iya kalau enggak lo dorong gue," kata Derald.
"Nanti kalau Lily dorong, Dei bakalan jatuh," balas Lily.
Derald mulai menyiapkan hatinya jika saja gadis itu menolaknya. "Lebih baik jatuh sekalian ke bawah daripada lo tolak."
Ucapan Derald yang terkesan lebay membuat Lily tertawa kecil, dia tidak menyangka Derald yang dulunya selalu irit bicara dan selalu mengucilkan diri bisa semanis ini. Lily membalas pelukan Derald dan berkata, "Lily mau kok jadi pacar Dei, jadi jangan berpikir buat jatuh ke bawah ya Dei, Lily bakalan sedih kalu terjadi sesuatu sama Dei."
"Iya, Lily sayang."
"Kisah Atmosfer dan Buminya gimana?" tanya Lily.
"Em, terus berlanjutlah." Derald menarik Lily kedekapanya. "Tapi kali ini izinin gue yang jadi Atmosfer dan lo buminya." Lily menganggukan kepalanya.
"Tugas Lily menjadi Atmosfer Derald selesaikan? Janji ya Derald buat kisah baru kita jadi lebih indah," ujar Lily.
"Gue janji Ly, selamanya gue bakal berusah buat lo bahagia ada di samping gue."
"Iya Derald sayang!"
Derald menjawil hidung Lily. "Nakal ya lo! Siapa yang ngajarin?" tanya Derald jahil.
"DERALD LAH SIAPA LAGI?"
****
Unchh😍😍 Akhirnya kisah ini benar-benar END! Gimana? Sudah gak penasaran kan? Yok vote.
Dan komentar disini, kesan&pesan selama membaca kisah Derald & Lily😉💙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top