《22》 Pikir dulu
Biasa sa cinta
Satu sa pinta
Jang terlalu mengekang rasa
Karna kalau sa su bilang
Sa trakan berpindah karna su sayang
Jangan ko berulah
Sa trakan mendua
Cukup jaga hati biar tambah cinta
Karna kalau sa su bilang
Drttt... drttt... drttt....
Sybilla mendengus kesal saat getaran ponsel karena pesan masuk mengganggu lagu yang sedang diputarnya. Dengan malas, jarinya beralih ke aplikasi line. Lalu mengernyitkan dahi saat Nathan menambahkannya sebagai teman dan mengirim pesan.
Nathan :
Lo igt w kan?
Sepupuny atgar
*athar
Sybilla :
Iy igt
Ad ap?
Nathan :
Lo tau alda?
Athar nikung w syb
Bgst tuh ank emng
Sybilla :
Lo udh pndh sklh kan?
Skls sm alda?
Nathan :
Iya
Sybilla :
Trus ap hbngny sm w?
Athar bkn ursn w lg
Nathan :
Sabi kali bantu w
Jauhin athar sm alda
Sybilla :
Gila
ENGGAK
Nathan :
Otw rmh lo
Sybilla menghela nafas panjang, tekadnya runtuh untuk menjauh dari Athar. Selalu ada hambatan yang membuatnya tetap mencintai laki-laki itu. "Sama sepupu sendiri nikung, gila tuh anak," gumamnya.
Minggu yang kelabu. Langit dari awal mentari terbit di ufuk barat memang tak secerah seperti hari-hari sebelumnya. Cuaca di Jakarta memang sedang labil. Pagi ini memang terlihat tanda-tanda akan turunnya hujan.
Tok... tok... tok....
Sybilla beranjak dari zona nyamannya sejak bangun beberapa jam yang lalu, berjalan dengan gontai menuju pintu yang diketuk berkali-kali oleh seseorang di luar.
Ceklek
Pintu terbuka, menampilkan ibu Sybilla yang sudah rapi dengan hijab merah bermotif bunga yang mencolok. Kemeja panjang putih dan terusan levis. Sudah dipastikan akan arisan bersama ibu-ibu sosialita lainnya.
"Jaga rumah ya, biasa arisan," pamit ibu Sybilla lalu mengecup singkat kening putri semata wayangnya itu.
"Sendiri? Atau sama.... Bambang?" selidik Sybilla.
Jikalau ibunya menjawab 'iya' atau mengangguk tak segan-segan ia akan membanting pintu sekencang-kencangnya. Namun ancang-ancang itu digagalkan oleh seruan bariton dari arah bawah.
Ada dua kemungkinan, Bambang atau Nathan.
"Maaf, Nak. Mamah pergi sama Bambang," lirih ibu Sybilla.
Siap, satu... dua...
Tidak, Sybilla mengurungkan niatnya. Gadis itu terdiam sejenak dan memandangi ibunya dengan pandangan kosong. Bagaimana pun juga dia adalah ibunya. Seseorang yang bertaruh nyawa melahirkannya, jika tidak karenanya mungkin Sybilla tidak ada di dunia sekarang.
Tapi, kenapa semua masalah harus menyangkut Athar?!
"Mamah pergi dulu, assalamualaikum," pamit ibu Sybilla lalu melenggang meninggalkan putrinya yang masih mematung di tempat.
Ayah, maafin mamah, batin gadis itu. Sybilla harap ayahnya mendengar di alam sana.
Drttt... drttt... drttt....
Sybilla merogoh sakunya, ia tahu pasti yang menelpon adalah Nathan. Kasihan juga kalau tidak diangkat, mungkin saja laki-laki itu kesulitan mencari rumahnya 'kan? Jadi Sybilla putuskan untuk mengangkat.
"Woy, rumah Lo warna apa?!"
"Putih, gue keluar bentar,"
Tuttt... tutt... tutt....
Dengan gerakan cepat, gadis itu menuruni anak tangga. Berjalan menuju pintu yang sudah diketuk oleh seseorang dari luar. Besar kemungkinan adalah Nathan.
"Iya sabar, bang!" teriak Sybilla karena ketukan itu tak kunjung berhenti.
Entah kenapa hati Sybilla mengajaknya untuk mengintip di balik gorden. Jantungnya terasa meloncat, keluar dari tempatnya. Itu bukan Nathan, tapi.... Athar.
Lalu apa semua ini direncanakan oleh kedua lelaki itu? Apa maksudnya? Terus mengapa tadi yang menelpon benar-benar suara Nathan, bagaimana bisa? Oke, semua pertanyaan itu hanya butuh satu jawaban yaitu membukakan pintu.
Ceklek
Kedua insan tersebut mematung selama beberapa detik tanpa adanya kata apa pun yang keluar baik dari mulut Sybilla maupun Athar. Hanya kedua bola mata indah milik mereka yang berbicara mengungkapkan rindu, padahal kemarin baru bertemu.
"A-ada apa?" tanya Sybilla terbata seraya mengalihkan pandangannya ke bawah.
"Ada banyak hal yang mau gue ceritain ke Lo," sahut Athar.
"Maaf, gue sibuk," ucap Sybilla dengan nada dingin.
Tolakan itu tak digubris oleh Athar, tanpa permisi lagi ia menerobos masuk. Menghempaskan bokongnya ke atas sofa pemilik rumah.
"Syb, jawab jujur. Tadi Bambang ke sini?" tanya Athar to the point.
Sybilla hanya mengangguk sebagai jawaban. Terdengar helaan nafas frustasi dari Athar.
"Lo diemin mereka begitu aja? Iya?!" Athar bangkit menghampiri Sybilla. Nada bicaranya sudah mulai meninggi.
"Terus gue harus gimana?! Jangan langsung ngegas nyalahin gue dong!" bentak Sybilla mendahului bentakan Athar.
Athar terdiam dan kembali terduduk. Menatapi asbak seng yang disediakan di atas meja. Sudah pasti untuk tamu, dan yang paling sering bertamu jelas ayahnya, Bambang.
"Kita harus rusakin hubungan mereka, sebelum semuanya terlambat," ucap Athar setelah kediamannya beberapa detik yang ternyata sedang berpikir.
Sybilla mengangguk tanda menyetujui. Lalu Athar mengacungkan jempolnya.
"ASSALAMUALAIKUM! Sybilla, gue Nat-" seruan menggelegar itu dipotong sengaja oleh yang berbicara, Nathan. Laki-laki itu diam menatap Athar penuh kebencian, kepalan tangannya sudah terbentuk sempurna. Hanya mengitung detik saja agar melayang.
Athar segera bangkit dan menghampiri sepupunya itu. Ia langsung menggapai tangan Nathan agar tak melayang meninjunya. "Denger dulu, Nath!" pintanya.
Nathan tak menggubris, laki-laki itu sudah terlanjur kesal karena ditikung oleh sepupunya sendiri. Satu... dua...
Bugh!
Sangat tepat mengenai sasaran empuk, pipi kanan Athar. Nathan masih kalap, tatapannya nyalang tertuju lurus untuk Nathan. Sementara itu Athar tak berniat membalas, namun gadis di sana yang ingin melindungi Atharnya.
Sybilla mendekati area berbahaya itu, langsung menarik lengan Athar untuk menjauh. Membawa Athar keluar dari permainan yang dibuat oleh laki-laki itu sendiri. Nathan adalah singa jantan, jangan coba-coba mencari masalah dengannya!
"Maksud Lo apa sih, Thar? Apa gak ada cewek lain apa selain Alda?!" sewot Nathan yang emosinya mulai mereda.
"Ada, Sybilla. Alda cuma gue jadiin pelampiasan doang," jawab Athar lalu diikuti ringisan kecil setelahnya karena tinjuan Nathan tadi.
WHAT?! hati Sybilla menjerit girang.
Dan sangat mungkin kini wajahnya berseri-seri atau berubah menjadi kepiting rebus. Tak ada option yang benar karena Sybilla segera menetralkan ekspresi wajahnya. Menjadi datar seperti awal bercengrama dengan Athar beberapa menit yang lalu.
"Demi apa? Lo gak beneran cinta sama dia, Thar?" Nathan mendekati Athar dengan keterkejutannya.
"Beneran, gue cuma cinta sama satu cewek. Dan cewek itu ada di antara kita bertiga," ucap Athar pura-pura tak melihat ke arah Sybilla.
Sumpah ya, gimana gue mau berpaling coba? batin Sybilla. Detakan jantungnya yang mencepat membuat pelipisnya dibanjiri keringat.
Nathan--si singa jantan bersiul-siul. Tak hanya membuat pipi Sybilla yang memerah, namun juga pipi Athar. Lucu, sama-sama malu.
"Balikan! Balikan!" seru Nathan seraya bertepuk tangan.
"Mau balikan? Atau temenan aja?" Athar menawarkan dua pilihan.
Sybilla harus berpikir ribuan kali, ia bukan cewek murahan. Jika balikan, apa Athar akan jadi cowok seperti dulu lagi? Saat pertama kali mereka bertemu. Jika temenan, apa akan berujung friendzone? Seperti cerita-cerita fiksi pada umumnya.
"Jawabnya nanti, gue pikirin dulu. Sekarang kalian pulang, gue pengin tidur!" ucap Sybilla dan mendapat hormatan dari Athar dan Nathan secara serempak.
Setelah kepergian dua laki-laki itu, Sybilla menghempaskan tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit ruang tamu dengan senyumannya. Kupu-kupu mengisi ruang kosong di perutnya, hanya saja tak bisa dilihat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top