《2》Pahlawan kesiangan

Setelah kejadian kemarin, yang ada dipikran gadis itu hanyalah nama Athar. Semangkuk somay yang sudah sepuluh menit yang lalu sah menjadi miliknya, tak bisa mengubah mood Sybilla menjadi lebih baik.

Semua yang ia lakukan pasti berhubungan dengan Athar. Mulai dari tadi pagi, saat menyusuri koridor. Ada beberapa anak yang berbisik-bisik nama Athar saat melewatinya. Disusul saat dalam toilet, Sybilla ditatap sinis sebuah gerombolan. Dan detik ini, somay seakan ada gambar Athar di atasnya.

Sybilla menggebrak meja saking kesalnya. Membuat murid-murid lain di sekitarnya melempar tatapan tak suka. Tapi tak gadis itu pedulikan. Salahkan saja Athar, pikirnya.

Tiba-tiba sebuah tepukan keras mendarat di bahu kanannya. Segera gadis itu menoleh dan mendapati makhluk yang menguasai pikirannya sejak tadi. Memamerkan cengiran kudanya seraya menjatuhkan bokong tepat di samping Sybilla.

"Sesuai janji, dua mangkok bakso plus es teh manis buat hari ini," ucap Athar sontak membuat Sybilla refleks melirik saku bajunya.

Anjir, raib duit gue segini-gininya,
batin Sybilla setelah mengetahui jumlah uangnya.

Tak mempunyai rasa empati sedikit pun, Athar tetap menagih kemauannya. Nyatanya laki-laki itu sudah memesan, sungguh teganya. Kini pesanannya telah tersedia di atas meja dan langsung disantapnya dengan sadis.

Sybilla menelan salivanya, mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dengan berat hati. Menyerahkan kepada sang penjual dan mendapat kembalian lima ribu rupiah. Tanpa sadar ada sesuatu juga yang ikut keluar.

"I-itu dua sekaligus?" tanya Sybilla dengan tatapan tak percaya.

Athar bersendawa dan meraih es teh manis semanis wajahnya. Lalu menyahut, "Iya. Lo mau?" Seraya menyodorkan satu biji bakso ke depan wajah Sybilla menggunakan garpu.

Sybilla menggeleng cepat, tapi kalah cepat oleh suapan Athar. Bungkam seraya mengunyah bakso berkecap milik Athar. Athar tersenyum puas setelah itu lalu kembali malanjutkan makannya.

Bermenit-menit yang Sybilla lakukan hanyalah melihat Athar makan. Niatnya ingin bermain ponsel, tapi tiba-tiba saja baterainya habis. Athar yang merasa dipandangi, kini menciduk Sybilla.

"Kenapa, Athar ganteng?" tanya Athar seraya menaik turunkan alisnya.

Sybilla mengangguk, sedetik kemudian ia tahu apa kesalahannya. Lalu menggeleng dengan cepat seraya berucap, "Enggak." Munafik memang.

Athar terkekeh seraya meraih mangkuk kedua. Menambahi baksonya dengan kecap. Lalu kembali menatap Sybilla. Merapikan poninya dan memperdalam senyumnya.

Sybilla baru sadar ternyata Athar memiliki lesung pipit di pipi kirinya. Hanya bisa dilihat saat laki-laki itu tersenyum dalam. Dan tadi, beberapa detik yang lalu Athar tersenyum dalam.

"Jangan cinta sama gue dari fisik, itu namanya nafsu," nasehat Athar serius. Jeda beberapa detik yang Athar lakukan untuk menatap Sybilla lekat. Yang ditatap spechless.

"Lo baper? Oke, gue minta maaf," lanjut Athar seraya mengalihkan pandangannya lagi pada bakso di hadapannnya.

Aneh, batin Sybilla mendekripsikan Athar dengan satu kata. Tak ambil pusing, gadis itu memutuskan untuk mengetuk-ngetukkan jarinya saja di atas meja.

Athar menghabiskan bakso keduanya dan segera meraih es teh manis. Sybilla yang sadar itu es teh manis miliknya lantas berucap, "Itu punya gue."

Sia-sia, Athar sudah meneguknya sampai habis. Terdengar desahan pelan dari mulut Sybilla. Athar yang mendengar hanya terkekeh.

"Jangan nangis, anggap aja kayak ftv-ftv gitu," ucap Athar. Sybilla yang kurang mengerti lantas menaikkan sebelah alisnya.

"Teh manis yang tertukar. Nah, keren tuh!" lanjut Athar menyentikkan jari telunjuknya di udara. Layaknya seorang ilmuwan yang telah menemukan teori baru.

Sybilla tertawa disusul tawa dari mulut Athar atas lawakan garingnya sendiri. Tawa mereka terhenti oleh seorang laki-laki yang tiba-tiba saja menyeruput es teh manis yang tersisa setengah tadi.

"Ren, apaan sih lo?!" sewot Athar. Ia kasihan pasalnya itu es teh manis milik Sybilla. Sementara sang pemilik hanya diam menatap cogan bernama Rendy di hadapannya.

Anjir cogan merajalela, batin Sybilla.

Rendy yang merasa dipandang lantas menaikkan satu alisnya. Lalu menoleh ke arah Athar dan bertanya, "Siapa? Gebetan?
Ttm-an? Pacar? Istri? Adek? Sodara?" Berhenti saat Athar melempar dengan sedotan.

Rendy mendengus, apa salahnya bertanya. Pepatah mengatakan 'Malu bertanya sesat di jalan'. Rendy tidak mau sesat di jalan.

"Pacar," jawab Athar singkat dan mendapat keterkejutan yang berlebihan dari sahabatnya. Sementara gadis yang dianggap pacar itu hanya diam tak ambil pusing karena sudah tahu Athar yang suka bercanda. Walau merasakan hatinya baper.

"Pj mana pj? Thar, pj dong gue laper. Kasihan cacing di perut gue curi semua nutrisi," pinta Rendy seraya mengusap-usap perutnya yang datar. Memasang wajah melas yang minta ditabok, untung ganteng.

Athar berpura-pura muntah karena melihat wajah sahabatnya. Tahu Sarimin (monyet) yang pergi ke pasar? Nah, seperti itu kira-kira, menurut Athar.

"SYIBILLA AL-MAHYRAAA..."

Semua mengalihkan pandangan ke sumber suara. Terutama sang empunya nama. Percayalah, volume suara gadis berkuncir kuda itu melebihi toak tukang tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan.

Sybilla memutar bola matanya malas, selalu saja Rachel membuatnya malu. Sedetik kemudian Sybilla tersadar, biasanya Rachel akan berpidato, tapi kali ini gadis itu hanya diam menatap lurus...Rendy.

Rendy pun sama, mendadak bisu. Athar yang menyadari itu langsung mengibas-ngibaskan tangan kanannya di depan wajah Rendy. Dalam artian juga memutuskan kontak mata antara Rendy dan Rachel.

"Ha-hai,"

Sapaan itu terlontar dengan gugup dari mulut Rachel. Athar dan Sybilla hanya saling tatap satu sama lain. Sedangkan Rendy, yang disapa justru memasang wajah datarnya.

Merasa ada sesuatu yang menancap lurus hatinya, Rendy melenggang pergi. Disusul Athar yang sedikit berlari mengejar karena satu langkah Rendy sama saja dua langkah orang normal.
Berarti Rendy tidak normal dong?

Kedua laki-laki itu meninggalkan Sybilla dan Rachel yang masih berada di tempatnya. Pandangan Rachel kosong, kelopak matanya sudah tak bisa membendung lagi air matanya sendiri.

Sybilla menahan dulu pertanyaan yang bergelayut dalam otaknya. Memeluk Rachel dan membiarkan sahabatnya mencurahkan semua air matanya. Cukup lama memang, tapi Sybilla tak peduli jika saja bajunya basah.

Tiba-tiba Rachel merenggangkan pelukannya. Lalu menghapus air matanya menggunakan dasi. "Sakit, hati gue sakit." lirihnya memberitahu.

"Iya, tapi sakit kenapa?" tanya Sybilla seraya menggenggam erat kedua tangan sahabatnya. Menatap nanar, hatinya pun ikut merasakan sakit jika sahabatnya menangis.

Rachel menggeleng tanda tak mau menjawab. Sebenarnya bukan tak mau, hanya saja belum waktunya.

Kringgggg

Setidaknya suara itu yang menjawab pertanyaan Sybilla. Gadis itu berjalan seraya menggandeng Rachel di sampingnya.

"Rachel, lo kenal Athar?" tanya Sybilla ketika melihat kondisi Rachel yang kembali ceria.

Rachel yang baru saja menjatuhkan bokongnya seketika menoleh ke belakang. Mereka memang tidak diperbolehkan duduk berdua di kelas. Alasannya nanti mengobrol terus saat KBM berjalan.

"Kenal, dia kan cucu ketua yayasan," jawab Rachel. Lalu melempar tatapan curiganya kepada Sybilla.

"Aishh, bukan apa-apa. Masalahnya panjang," ucap Sybilla, membaca pikiran Rachel yang tidak-tidak. Bisa-bisa detik ini juga ia dipinta Pj oleh sahabatnya itu.

Rachel tertawa entah apa alasannya. Atau jangan-jangan...tidak! Dia masih waras. "Aduh, gue pengin pipis," ucapnya disela-sela tawanya.

"WOY BERISIK!"

Sybilla dan Rachel menoleh ke arah Alfarizi yang tadi mengangkat suara. Si ketua kelas yang tidak bisa melihat orang bahagia. Tatapan Sybilla dan Rachel tajam.

"Yaudah gak usah ngegas dong, bang!" sahut Rachel.

"Tau mentang-mentang ketua kelas!" sambung Sybilla.

Alfarizi hanya mengelus dadanya, sabar. Lalu kembali duduk ke tempat duduknya. Sybilla dan Rachel bertos ria. Merasa sebentar lagi Alfarizi akan mengundurkan diri.

Assalamualaikum.
Mohon maaf kepada bapak ibu yang mengajar.
Telah ditemukan sebuah cincin perak di kantin. Barang siapa yang kehilangan harap segera ke ruang guru. Terima kasih.
Wassalamualakum.

Sybilla refleks merogoh saku seragamnya dan segera tersadar bahwa cincin peninggalan almarhum ayahnya tidak ada. Lantas gadis itu bangkit dan segera keluar menuju ruang guru.

Di ambang pintu ruang guru, berdiri seorang cowok yang membelakanginya. Sybilla segera menepuk bahu cowok itu dan betapa terkejutnya dia...Athar.

"Mana cincin gue, kok bisa sama lo?! Itu cincin berharga, mana sini?!" pinta Sybilla ngegas.

"Tadi gue balik lagi ke kantin, kasihan si Rendy kelaperan. Nah, gue temuin cincin lo," jawab Athar.

Athar, pahlawannya.

Tanpa ba bi bu lagi, Athar meraih tangan kanan Sybilla dam memakaikan cincin perak itu di jari telunjuknya.

"Gak muat?" heran Athar begitu cincin itu tidak sampai ke ujung.

"Emang, makanya gak gue pake. Kalau mau baperin orang liat-liat dulu makanya," sahut Sybilla seraya melepas cincinnya.

Setalah mengucapkan kaliamt itu, Sybilla berbalik dan menuju kembali ke kelasnya. Meninggalkan Athar dengan sebuah senyumannya.

Gimana bab duanya?
Lanjut, jangan?

Dipubilkasikan : 07 Juli 2018















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top