《12》Berteman juga

Hari Minggu, sesuatu yang mampu membuat semua orang bersorak gembira. Melepas penat setelah berhari-hari bekerja, sekolah, mencari nafkah, dll. Dihabiskan dengan bermacam-macam cara; tidur seharian, rekreasi bersama keluarga, berbelanja, dll.

"Shit! Alarm sialan minggu-minggu bangunin gue, gak tau apa hayati lelah," gerutu Sybilla seraya merenggangkan kedua tangannya.

Alarm Doraemon yang sempat mati, telah dihidupkan kembali dengan cara memasukkan baterai ke dalam benda itu. Tapi sepertinya Sybilla lupa mematikan alarm itu tadi malam. Alhasil di pagi seperti ini berbunyi membangunkannya.

Gagal sudah niatnya untuk menghabiskan hari libur dengan tidur seharian dalam kamar. Ini semua karena alarm Doraemon! Sybilla benci, tapi apa boleh buat? Yang sekarang harus dilakukan adalah...

Ritual mandi.

Bukannya rajin, hanya saja jika tidak mandi rasanya kurang. Membuat Sybilla memutuskan untuk melaksanakannya. Bermenit-menit akhirnya perempuan itu keluar dengan rambut yang bercucuran air.

Merasa perutnya yang minta diisi, lantas Sybilla menuju dapur. Tidak ada siapa-siapa, biasanya ada ibunya yang sedang memasak di jam-jam seperti ini. Tudung saji yang tertutup membuat dirinya sedikit lega.

Dengan sigap, Sybilla membuka. Betapa terkejutnya dia saat tak mendapatkan apa-apa dalam tudung saji itu. Mendesah pelan dan berjalan gontai menuju lemari pendingin atau kulkas.

Hanya berisikan satu buah telur ayam dan beberapa botol air mineral saja. Lagi dan lagi membuat Sybilla mendesah. Satu mana cukup. Dia biasanya memakan dua sekaligus dengan alasan supaya lebih sehat dan bergizi.

"Dadar apa ceplok ya? Aduh, mana dua-duanya enak lagi," gumam Sybilla seraya menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti; garam, mecin (dikit kok), daun bawang, dan kecap. Tentu saja minyak dan penggorengan yang paling penting.

Setelah kurang lebih satu menit berpikir, Sybilla memutuskan untuk mendadar telurnya. Sebenarnya pengin ceplok, tapi sedikit takut oleh minyak-minyak yang mental. Pernah saat itu tepat mengenai dahinya, trauma mungkin.

Setelah menjadi chef dadakan, perempuan itu segera berjalan menuju rice cooker. Tidak terhubung, jangan-jangan...tidak ada nasinya. Bisa mati Sybilla, dirinya kan tidak bisa masak nasi. Pernah jadinya bubur dan dimarahi oleh ibunya.

Benar, tidak ada nasinya. Dibuat mendesah kasar untuk yang ketiga kalinya di Minggu pagi ini. Telur dadar buatannya menunggu dimakan, dengan aroma yang sedap.

Satu suapan. Asin. Sybilla cepat-cepat memuntahkan kembali dan segera meraih botol minum di sekitarnya. Bisa-bisa darah tinggi jika menghabiskan sampai habis. Sekali lagi Sybilla mendesah, totalnya sudah empat kali.

"Kampret. Beli ajalah, terpaksa gue relain duit tabungan," putus Sybilla lalu segera melangkahkan kakinya ke kamar. Mengambil uang yang ia tabung di dompet, selembar uang dua puluh ribu.

Berjalan ke arah nakas untuk meraih kunci motornya, tapi nihil. Berpindah pada atas meja belajarnya hasilnya pun nihil. "Mamake pake acara bawa motor segala ke pasar." Kelima kali mendesah.

Terpaksa dengan langkah yang berat berjalan kaki menuju warteg terdekat. Tidak usah gaya-gayaan di mall, kalau ada yang murah dan lebih enak. Kenapa tidak?

Warteg tinggal beberapa meter ke depan, sukses membuat mata Sybilla berbinar. Mempercepat langkahnya, bahkan berlari supaya lebih cepat sampai. Ya, warteg tepat berada di hadapannya.

"Mbak, telor dadar sama orek yang kering. Hmm, ada bihun! Bihun juga ya. Eh apaan tuh yang dicabein, owh terong. Bolehlah jangan lupa sambelnya yang banyak,"

Sybilla menoleh pada perempuan yang tadi ia panggil 'Mbak' itu. Terkejut, satu kata yang mewakili mereka berdua.
Penjual itu adalah...

"Luna! Kamu jualan di sini?" 

Luna hanya mengangguk, Sybilla adalah perempuan yang selalu membuatnya dibakar api cemburu. Setiap kali di kantin. Tapi apa berhak cemburu padahal bukan siapa-siapanya Athar?

"Aku makan di sini aja deh," putus Sybilla seraya menjatuhkan bokongnya pada bangku panjang yang hanya diduduki oleh seorang pria paruh baya.

Tak lama dari arah dalam keluar wanita yang Sybilla yakini adalah ibu dari Luna. Tersenyum ke arah Sybilla lantas Sybilla membalas senyuman itu.

"Temennya Luna ya?"

"Iya, Bu. Owh iya minumnya teh tawar yang panas, Bu,"

Ibu Luna mengangguk lalu menuangkan teh tawar yang memang sudah dipersiapkan sejak warteg dibuka.

Drtttt

Sybilla mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang bergetar di atas meja. Membuka pesan via WA yang dikirim Athar.

Athar :
Ada di mana?
Otw ke rumah lo ya

Sybilla :
Warteg
Jangan
Mau ngapain emng?

Athar :
Warteg mn njiir
Pen ngajak jalan
Boleh?

Sybilla :
Persimpangan rumah w
Jalan kemana njiiir
Hmm

Hanya diread. Sybilla tak ambil pusing, menuruti saja kemauan pacarnya itu. Mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja berusaha mengusir kegabutannya.

"Nih," ucap Luna seraya menyerahkan sepiring nasi beserta lauk yang Sybilla pesan.

"Makasih," sahut Sybilla seraya mengambil alih dengan mata yang berbinar-binar.

Sybilla langsung melahap dengan gesit. Tak peduli dengan dunia sekitar. Sampai akhirnya seseorang duduk tepat di sampingnya. Dia..Luna.

"Eh makan, Lun," ucap Sybilla.

Luna hanya tersenyum. Sepertinya ada yang ingin perempuan itu sampaikan. Hening beberapa detik sampai akhirnya,

"Syb, kamu jangan bilangin siapa-siapa ya kalau aku jualan,"

Sybilla menyudahi kegiatannnya sejenak, menoleh dengan satu alis yang terangkat.

"Aku malu,"

Setelah mendengat itu lantas Sybilla tersenyum. Meminum teh tawarnya terlebih dulu, lalu berucap, "Kenapa malu? Jualan bukan kerjaan haram kok."

"Ya malu aja. Anak-anak pasti gak mau temenan sama aku, mereka kan kaya-kaya,"

Sybilla menggenggam tangan kanan Luna tentunya menggunakan tangan kiri yang bersih. Menatap Luna lekat dan berucap, "Aku mau jadi temen kamu, bahkan sahabat."

Luna mengembangkan senyumnya lalu mengangguk tanda bahwa dirinya juga mau. Sybilla membalas dengan senyum pertemanan.

Drttt

Athar :
W diluar warteg nih
Kluar gc

Sybilla bangkit tanpa mengucapkan kata apa pun, berjalan keluar dan disambut cengiran oleh Athar yang bertengger di atas motornya.

"Ayo makan, tapi bayar sendiri. Kalau perlu bayarin gue juga, heheh," ucap Sybilla ditambah kekehan di akhir kalimatnya.

Athar turun dari motornya dan langsung mengacak-acak rambut Sybilla gemas. Perlakuan manis yang pertama kali Athar lakukan setelah resmi berpacaran. Sybilla tertegun, baper.

Tanpa Athar dan Sybilla ketahui ada seseorang yang hatinya tersakiti melihat adegan tadi. Iya, dia adalah Luna. Pengagum rahasia Athar yang sudah terbongkar kemarin.

''Eh kamu, Luna kan?" Athar sedikit terkejut seraya menunjuk Luna. Berbeda memang penampilan perempuan itu. Jika di sekolah rambutnya dibiarkan terurai, sekarang dicepol asal.

Luna mengangguk dan langsung berjalan cepat ke arah belakang. Menyisakan Athar dan Sybilla yang dilanda kebingungan. Untung saja ibu Luna segera muncul.

"Bu, jadi berapa semuanya?" tanya Sybilla.

"Ibu kasih gratis hari ini, kamu kan temannya Luna," jawab ibu Luna.

Sybilla tak mau menolak rezeki, perempuan itu tersenyum dan berterima kasih. Lalu keluar diikuti Athar dari belakang.

"Gue cemburu tau denger lo tadi nyapa Luna pake 'kamu'. Giliran pacar sendiri, pake 'lo'. Dasar aneh!" sungut Sybilla seraya merebut kasar helm yang berada di tangan Athar.

"Bukain," lanjunya, bukannya tidak bisa hanya saja malas. Athar terkekeh dan membuka pengaman helmnya, tanpa babibu lagi memakaikan di kepala Sybilla.

"Pacaran 'aku-kamu' itu cuman buat pasangan-pasangan alay, tahu gak. Masalah Luna, emang gue yang nyesuain," jelas Athar lalu menaiki motornya.

Bentar, kok dia bisa kenal Luna ya? Aishh, ternyata gue cemburuan gini, batin Sybilla.

Sybilla menaiki motor Athar dengan sedikit kesusahan mengingat motor laki-laki itu tinggi, ninja. Membuat dirinya mendengus kesal dan menggerutu, "Gak ada motor lain apa? Benci gue sama ninja-ninja gini."

Athar menoleh dari kaca spion dan berucap, "Gak ada." Lalu mulai melajukan motornya membelah jalanan Ibu kota.

Hening.

"Sybilla masih cemburu?"

"Enggak,"

Hening.

"Sybilla mau es kepal?"

"Ma-enggak,"

Athar menepi motornya tepat di depan penjual es kepal milo yang beberapa waktu lalu viral. Memakan es di siang bolong seperti ini memang pilihan yang tepat.

"Dibilang gak mau, dasar conge!"

Athar tak mengubris dan tetap memesan. Bukannya memesan dua, laki-laki itu hanya memesan satu. Owh iya...Sybilla kan tidak mau.

"Kok gue gak dibeliin?"

"Katanya gak mau, aneh!"

Sybilla mengembungkan pipinya seraya melirik es kepal yang tiba-tiba saja menggodanya. Menelan salivanya dan mengalihkan pandangan.

"Nih," ucap Athar seraya menyerahkan es kepal miliknya. Sybilla menatap sekilas dan membatin, dasar gak peka.

Suapinlah, Athar:v
Dasar gak peka!

"Yaudah kalau gak mau," Athar menarik lagi uluran tangannya. Menikmati kesegaran es kepal milo tepat di hadapan Sybilla. Ingin rasanya Sybilla merebut.

Perempuan itu menyenggol lengan Athar, kode supaya laki-laki itu menyudahi kegiatannya.

"Cewek tuh penginnya disuapin,"

"Cowok tuh bukan babysiter,"

Sybilla menghentakkan kakinya kesal seraya mengembungkan pipinya.

"Esnya habis lagian, Sybilla jangan marah ya," Athar melempar cup itu sembarang lalu menaiki motornya.

Karena geram perempuan itu langsung meneloyor kepala Athar dan ikut menaiki motor Athar. Teloyoran Sybilla sukses membuat sang empunya kepala meringis kesakitan.

"Sakit ya? Maaf sengaja," ucap Sybilla.

Hening.

"Gue emang gak seromantis Dilan, tapi lo tetap Mileanya gue,"

Apasih gak jelas!

Gimana bab duabelasnya?
Lanjut, jangan?

Dipublikasikan : 16 September 2018



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top