14. Jarak
Nggak ada yang bisa Ganiya pikirkan selain apa yang baru saja dia lihat. Dunianya seolah runtuh saat itu juga. Kepercayaan yang selama ini dia pertahankan pupus sudah. Dia memang perlu mendengar penjelasan Bora terkait apa yang dia lihat, tapi dia tahu bukan saatnya. Karena sebelum dia memutuskan panggilan itu, Bora berjanji akan mencari bukti pasti saat itu juga. Nggak ada lagi yang bisa dia percaya selain Bora saat ini.
"A-apa yang baru saja gue lihat? Ya Allah, tolong ... semoga itu nggak nyata," gumam Ganiya pelan. Sesuatu yang basah tiba-tiba jatuh di atas punggung tangannya, dan ternyata itu air matanya.
Ganiya menyentuh pipinya yang entah sejak kapan menjadi basah. Dilapnya dengan keyakinan bahwa yang dia lihat itu salah, namun di sisi lain dia juga enggan untuk mengelak.
Beberapa kali Ganiya mengecek gawainya –menunggu informasi dari Bora, namun yang ditunggu nggak kunjung mengirim pesan. Kekalutan semakin menjadi-jadi hingga dirinya sendiri nggak menyadari jika sekarang dia sudah duduk di tempat yang sama selama hampir dua jam lebih,
"Apa yang terjadi? Kenapa Bora belum juga ada informasi."
Ganiya memijat pelan keningnya. Dia pun terpikir untuk mengecek instagram story milik Kai dan Violetta, siapa tahu mereka mengapdet sesuatu yang bisa dijadikan bukti bahwa apa yang Ganiya lihat itu nggak salah.
Segera Ganiya membuka aplikasi instagramnya dan mencari nama Kai. Ternyata Kai baru saja mengapdet satu cerita. Nggak ada yang spesial, hanya gambar langit gelap dengan salju yang turun. Merasa nggak mendapat jawaban atas rasa penasarannya, Ganiya kembali mencari akun instagram milik Violetta yang kebetulan sempat dia stalking beberapa hari yang lalu. Benar saja, perempuan itu mengapdet beberapa foto, namun jika Ganiya perhatikan, jam apdet Violetta dan Kai berbeda satu jam. Jika Kai mengapdet foto salju, Violetta hanya membagikan foto kopi hangat yang ada di tangannya. Tapi, yang membuat Ganiya merasa benar-benar telah dikhianati adalah saat Ganiya menyadari bahwa kopi yang diminum Violetta adalah merk kopi yang biasa dia minum saat berada di Gwanghwamun.
"Kai ... apa firasat gue selama ini ... bener?" gumam Ganiya dengan dada yang terasa sesak.
***
Bora
Yang lo liat ternyata benar Kai dan Violetta.
Ganiya membaca pesan Bora dengan saksama. Dan saat itu juga Bora meneleponnya. Sedikit ragu untuk menerima telepon itu, karena Ganiya terlalu takut jika firasatnya benar –meski sebenarnya apa yang dia lihat sudah membuktikan semuanya.
"Halo."
"Lama banget sih ngangkatnya," keluh Bora di seberang sana. Ganiya nggak menggubris karena sejujurnya dia sedang mempersiapkan diri untuk apa saja yang akan Bora katakan padanya. "Niya, lo denger gue, kan?"
"Iya. Gue denger, kok."
"Oke. Lo udah baca chat gue, kan?"
"Iya."
"Gue tadi ngikutin mereka. Dan itu beneran Kai sama Violetta. Gue sendiri kaget kenapa mereka bisa ada di sini. Andai buka lo yang nandain suami lo, gue mungkin ga akan sadar bahwa itu Kai."
Dada Ganiya berasa ditimpa sesuatu yang berat, dadanya sesak. Bahkan bibirnya bergetar menahan tangis. "J-jadi itu beneran Kai? Kok ... dia bohong sama gue? Katanya Vio nggak ke Korea. Tapi nyatanya ...."
Ganiya nggak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Air mata yang sedaritadi ditahan pun akhirnya luruh. Bora yang menyaksikan kehancuran temannya itu pun nggak bisa berbuat banyak.
"Niya, kita belum tahu alasan Vio ke Korea. Mungkin saja mendadak, kan?" Bora menarik napas panjang karena sepertinya Ganiya nggak mendengar apa yang baru saja di ucapkan. "Lo tenang dulu, ya. Gue akan coba cari tahu apa alasan Vio ke Korea. Segera akan gue kabari ke lo."
Ganiya mengerjap pelan. Sejujurnya saat ini dia merasa kacau. Nggak bisa dan nggak tahu lagi harus bagaimana. Karena selain pikirannya, hatinya juga benar-benar hancur sekarang.
Menyadari hal itu, Bora pun memilih mengakhiri panggilannya. Dan karena saat ini dia nggak bisa menjangkau Ganiya, Bora segera menelepon Anjani agar dia segera ke rumah Ganiya. Bora takut jika sesuatu hal terjadi pada wanita itu.
"Ni, lo lagi di rumah nggak?" tanya Bora tanpa basa-basi.
"Iya, kenapa?"
"Buruan lo ke rumah Niya, deh. Gue takut dia kenapa-napa."
"Hah? Emang Niya kenapa? Perasaan dia baik-baik aja."
"Nggak. Baru aja gue ngasi tau ke dia kalo Kai sekarang lagi sama Vio."
"What? Maksud lo di Korea?"
"Ya."
"Sial!"
***
Di perjalanan menuju rumah Ganiya, Anjani nggak henti-hentinya mencoba menghubungi wanita itu. Tapi tetap saja nihil, karena sahabatnya itu ternyata mematikan gawainya. Nggak bisa dimungkiri, Anjani jelas sangat khawatir. Pasalnya, seperti yang pernah Anjani bilang bahwa Ganiya sangat benci ditinggalkan. Apalagi oleh orang yang sangat dia percaya, dan dia cintai.
"Aduh, kenapa pake matiin hp segala, sih?!" keluh Anjani seraya memukul pelan kemudinya.
Beruntung jalanan sudah sedikit lengang dari pekerja kantor yang pulang ke peraduan masing-masing. Hal itu memudahkan Anjani untuk segera sampai di rumah Ganiya yang terlihat sangat suram karena lampu yang nggak dinyalakan.
Setelah turun dari mobil, Anjani segera mengetuk pintu rumah Ganiya dengan sedikit kencang. Dan karena dia nggak kunjung mendapat jawaban setelah dua kali mengetuk pintu, Anjani berinisiatif untuk mengambil kunci rumah Ganiya yang masih disimpan di bawah vas bunga. Nggak peduli lagi kalau sebenarnya itu melanggar privasi, karena yang ada di benaknya saat ini hanyalah kondisi Ganiya.
"Niya!" teriak Anjani seperti orang kesetanan. Kakinya terus melangkah hingga indra pendengarannya mendengar sesuatu yang berasal dari arah dapur. Segera Anjani bergerak ke arah dapur, dan hal pertama yang dia lihat adalah sosok Ganiya yang terlihat sedang menikmati makanan yang ada di hadapannya.
"Niya, are you okay?"
Hanya itu yang bisa Anjani ucapkan setelah melihat kondisi Ganiya yang menurutnya ... sangat kacau.
"Anjani. Apa di dunia ini ... hanya lo yang nggak akan ninggalin gue? Karena bahkan ... orang yang gue cintai seperti Kai ternyata juga meninggalkan gue." Ganiya menyimpan sendoknya lalu menatap Anjani dengan tatapan sayu. "Apa cinta dan kepercayaan dari gue bahkan nggak cukup untuk menahannya di sisi gue?"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top