1. Selingkuh itu ...
"Kan udah gue bilang, gue nggak suka sama suami lo," ujar Anjani dengan berdesis pelan.
Ganiya tersenyum tipis menanggapi. Dia lalu menyuap kembali ice mint coco miliknya ke dalam mulut lalu menutup kedua matanya seolah sangat menikmati ice cream yang sedang lumer di dalam mulutnya itu.
"Heh! Gue lagi ngomong sama lo!"
Ganiya terkekeh. "Iya, tahu, kok!" Anjani mencibir. "Bukannya bagus kalo lo nggak suka sama suami gue? Soalnya, bisa runyam urusan kalo sampai lo suka sama suami gue."
"Bukan suka gitu maksud gue. Tapi lebih ke ... gue nggak seneng gitu."
"Kenapa?"
"Nggak tahu. Lihat muka dia itu jadi keinget mukanya Rama."
Sebelah alis Ganiya terangkat. "Rama mantan lo?"
Anjani mengangguk cepat. "Dia itu punya postur wajah yang agak-agak mirip sama Rama. I mean ... postur wajah kayak begitu tuh pasti tukang selingkuh!"
"Emang postur wajahnya Rama sama Kai kenapa?"
"Lo nggak dapet feeling kemiripan di antara mereka berdua?" tanya Anjani dengan kedua mata yang sedikit melotot.
"Nggak tuh."
"Ada, Ganiya! Masa lo ... ah sudahlah. Percuma karena feeling lo nggak kuat juga."
Ganiya tersenyum lagi lalu kembali menikmati ice cream-nya. "Lo nggak memandang semua cowok kayak gitu, kan?"
"Jelas nggak lah! Karena gue tahu betul dari postur wajahnya aja. Kalo tipe cowok yang kayak gitu tuh pastinya tukang selingkuh."
"Udah, udah. Gue harus balik ke kantor, nih. Lo masih mau di sini?"
"Makanan gue belom abis. Lo duluan aja," ujar Anjani sedikit merasa kesal karena merasa nggak dipercayai oleh Ganiya. Tapi dia juga nggak bisa memaksa Ganiya untuk percaya, sih. Rada ribet memang.
"Ya udah, gue duluan, ya. Lo jangan kelamaan nongki di sini." Anjani hanya bergumam nggak jelas sambil menatap ponselnya. Jelas Ganiya tahu banget kalau sababatnya itu sekarang lagi kesal sama dia, tapi dia juga nggak bisa ngapa-ngapain. Karena apa yang diomongin Anjani beberapa menit yang lalu itu sama sekali nggak berdasar dan nggak ada bukti yang nyata. Benar-benar hanya asumsinya saja. Lantas, Ganiya juga nggak bisa langsung percaya, dong. Lagipula, dia percaya sama Kai –suaminya.
***
"Ini, tadi aku beli Tteokboki pas pulang." Ganiya menyerahkan sepiring Tteokboki kepada Kai yang dari tadi terlihat sedang sibuk mengutak-atik ponselnya.
Kai hanya menoleh sebentar lalu kembali berfokus pada benda pipih yang ada di tangannya itu. Ganiya sampai mengerutkan keninh melihat tingkah suaminya itu.
"Lagi ngurusin kerjaan, ya? Serius banget."
"Iya, nih. Deadline-nya besok."
"Ya udah, makan dulu lah. Keburu dingin. Kamu kan nggak suka makan kalo udah dingin."
"Iya, ini dikit lagi. Bentar, bentar."
Ganiya mengambil ponselnya dan mencoba membuka tautan yang tadi dikirim oleh Anjani. Dari isi pesannya, Anjani sepertinya mengirimkan tautan yang mengarah kepada situs jual tiket. Karena penasaran, Ganiya pun segera mengklik tautan itu. Namun, saat dia lagi sibuk menatap ponselnya, tiba-tiba ponsel Kai berdering. Kai yang kebetulan sedang memegang ponsel itu pun langsung berdiri dan meninggalkan Ganiya yang mencoba bertanya siapa yang menelepon meski nggak mendapat jawaban pasti.
"Siapa lagi kalau bukan temen kantornya?" gumam Ganiya lanjut membaca isi tautan yang ternyata merupakan promo tiket ke Korea Selatan khusus yang mengajak teman atau pasangan. Tentu saja Ganiya merasa tergiur. Soalnya harga tiketnya benar-benar lebih murah dari biasanya. "Apa gue beli aja buat pergi berdua bareng Kai, ya?"
Ganiya masih menimbang-nimbang rencananya itu, hingga Kai kembali ke tempat duduknya semula dengan wajah yang terlihat ... lega?
"Siapa, sih?" tanya Ganiya –lagi.
"Pak Denis."
Ganiya ber-oh lalu menyimpan ponselnya di atas meja. Dia memang udah membiasakan diri untuk nggak memegang ponsel atau apapun itu saat bersama dengan Kai karena menurutnya, waktu nggak bisa lagi berputar, dan dia nggak mau membuang-buang waktu memikirkan hal lain saat itu.
"Gimana harinya?" tanya Ganiya dengan senyuman lebar di wajahnya.
Kai ikut menyimpan ponselnya di sebelah ponsel milik Ganiya lalu meraih tangan kecil istrinya itu. Sebelah tangannya lagi meraih sendok yang ada di piring yang masih menyisakan Tteokboki yang dibeli Ganiya tadi lalu menyendok satu potong Tteokboki dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Hmm, enak," gumam Kai ikut tersenyum. "Hari ini ... aku lumayan lelah. Tapi ... ngeliat senyum kamu bikin lelah aku jadi hilang."
Ganiya tertawa pelan. "Ada-ada aja."
"Gimana hari kamu?" tanya Kai balik.
"Nggak ada yang spesial. Karena yang spesial cuma kamu."
Keduanya lantas tertawa bersama. Sebenarnya agak geli juga mendengar gombalan-gombalan seperti itu, tetapi nggak ada salah juga kan kalau dilakukan bareng pasangan?
"Kai, kamu ingat sahabat aku yang namanya Anjani nggak?"
Kening Kai mengerut pelan. Dia lalu mencoba mengingat-ingat sosok yang disebut Ganiya itu lalu mengangguk dengan cepat. "Iya, aku ingat! Kenapa?"
"Tahu nggak sih, Kai. Dia itu nggak suka loh sama kamu," ujar Ganiya dengan tawa kecil yang mengiringi.
"Ya bagus kalau dia nggak suka. Memangnya kamu nggak masalah kalau dia suka sama aku?"
"Maksud aku bukan suka yang kayak gitu. Tapi lebih ke ... dia nggak suka sama perangai kamu gitu, deh, pokoknya."
Kai mengambil satu tteok lagi lalu mengulurkannya pada Ganiya. "Oh, gitu. Ya nggak masalah. Toh nggak semua orang bisa suka sama kita, kan? Lagian kita juga nggak bisa maksa orang suka ke kita karena itu di luar kontrol kita," jawab Kai dengan nada santai. Ganiya mengangguk setuju dengan ucapan Kai. "Tapi, kalo boleh tahu, emang kenapa dia nggak suka sama aku?"
Ganiya tertawa kecil, dan hal itu sukses membuat Kai menaikkan sebelah alisnya bingung. "Soalnya kata dia postur wajah kamu kayak postur wajah tukang selingkuh!"
"Hah? Kok gitu?" tanya Kai dengan raut terkejut. Bisa-bisanya sahabat istrinya itu ngomong kayak begitu.
"Nggak tahu, deh. Ngasal kali dia."
"Emang dia cenayang? Terlalu banyak nonton drama dia tuh."
Ganiya tergelak, dia sendiri sempat berpikir demikian. Tapi ya sudahlah, biarkan Anjani dengan pikiran absurdnya.
"Tapi, terlepas dari muka kamu yang katanya tukang selingkuh, menurut kamu ... kenapa laki-laki mau selingkuh dari pasangannya?"
"Ya mana aku tau, Sayang."
"Hah? Kamu beneran nggak tahu?"
"Iya lah. Aku kan nggak pernah ngerasain gimana selingkuh tuh."
"Tapi dari kebanyakan kasus yang kudengar, banyak cowok yang selingkuh karena nggak puas sama pasangannya. Ada juga yang ngaku udah bosen, udah nggak cinta. Emang segitu mudahnya ngelepas pasangan hanya karena alasan itu?"
Kai menatap Ganiya cukup lama. Genggamannya pada tangan istrinya itu bahkan menguat. "Kenapa tiba-tiba bahas soal selingkuh, sih?"
"Nggak apa-apa. Soalnya kebetulan lagi bahas itu. Jadi ya udah. Random aja. Kamu nggak akan selingkuh dari aku kan?"
"Kamu pikir aku cowok apaan? Aku tuh cinta banget sama kamu. Selingkuh itu ... nggak akan ada di dalam kamus rumah tangga kita."
Ganiya tersenyum lebar. Dia benar-benar merasa beruntung sekaligus tenang karena apa yang diomongin Anjani itu nggak ada benarnya. Dan ... memang sudah seharusnya dia percaya kan sama suaminya?
***
Makasih udah baca💚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top