5. N.01
Revolusi industri dimulai dengan ramainya penduduk yang menggunakan mesin uap. Mesin uap sendiri memiliki arti mesin yang menggunakan energi panas dalam uap air dan mengubahnya menjadi energi mekanis. Mesin uap digunakan dalam pompa, lokomotif dan kapal laut. Sumber panasnya yaitu tenaga surya, tenaga nuklir, atau tenaga panas bumi.
Rylai Crestfall adalah salah satu mahasiswa Fakultas Teknik Mesin yang beruntung dapat belajar dengan Professor Nerif selama tiga bulan. Tak perlu tinggal di Asrama yang penuh dengan kebisingan mahasiswa yang berebut kamar mandi darurat jika sewaktu-waktu mesin uap Asrama mengalami gagal fungsi.
Bash! Pintu Laboratorium terbuka dan muncul Professor Nerif. Wajahnya tampak lusuh, beberapa sudut jas kerjanya kotor terkena pelumas, rambut kritingnya berantakan, ia terlihat seperti sepekan tidak pergi ke Kamar Mandi.
"Rylai, tolong beli sekotak sekrup untukku."
Professor Nerif memberikan lima ratus rubena kepada Rylai dan mendorong pemuda itu dengan malas keluar dari Laboratoriumnya. Professor Nerif ingin cepat-cepat merasakan hangatnya sekotak sekrup di pagi hari.
Rylai berjalan santai menuju Toko Serba Kebutuhan yang jaraknya tak terlalu jauh dari Laboratorium Professor Nerif. Tiga kilometer. Sepanjang jalan, Rylai bersenandung untuk menghilangkan kebosanannya dan sekaligus untuk menjernihkan otaknya agar nanti dapat berpikir benda sederhana apa yang akan dibuatnya.
"Prototipe turbin uap primitif." Seperti mendapatkan sebuah ilham, Rylai berlari menuju teras Toko. Diambilnya sekotak sekrup dan membayarnya di kasir dengan dua ratus limapuluh rubena.
Jika kau ingin tahu prototipe turbin uap primitif, temui Akasha di Museum Uap. Dialog Professor Nerif kembali teringat oleh Rylai. Ingatannya berputar sepekan yang lalu ketika Professor Nerif belum melarangnya masuk ke Laboratorium.
Ketika Rylai hendak kembali ke Laboratorium, tak sengaja dirinya berpapasang dengan Eredar yang juga akan menemui Professor Nerif. Itu membuatnya mendapatkan tumpangan tanpa mengeluarkan lima rubena.
"Terima kasih atas tumpangannya ...," Rylai turun dari kendaraan milik Eredar dan langsung memberikan sekotak sekrup tanpa persetujuan dari Eredar, "berikan ini kepada Professor Nerif. Aku ada urusan penting."
**
Museum Uap letaknya berada 1 kilometer di belakang Gedung Pemerintah Alterium, 500 meter sebelah utara Laboratorium Professor Nerif. Rylai hanya membawa buku saku sebagai media untuk mencatat. Tigapuluh menit Rylai habiskan waktu di jalan, dan ia sampai di Museum Uap tepat pukul 05.00 sore. Pada pukul itu, siapa pun dapat berjumpa dengan Akasha tanpa harus membuat janji.
Terlihat seorang wanita dengan gaun bertumpuk berwarna merah hati, rambut digulung tinggi dengan jepit permata, sarung tangan dengan warna sama dengan gaunnya, dan sebuah kipas tangan sebagai aksesorisnya. Ia terlihat sangat anggun.
"Nona Akasha!" Rylai berlari kecil mendekat ke wanita itu.
Bola mata wanita itu yang berwarna merah menatap lekat Rylai yang berlari kearahnya dengan ukiran senyum. Wajah wanita itu tak menampakkan sebuah ekspresi, dan membuat senyum di wajah Rylai memudar.
"Apa yang ingin kau ketahui tentang prototipe turbin uap primitif?" tanya wanita itu seketika Rylai berdiri tepat dihadapannya. Langsung pada intinya.
"Semua. Semua tentang prototipe turbin uap primitif." Jawab Rylai dengan antusias.
Wanita itu terdiam. Selang satu menit, datanglah seorang pria berperawakan bijaksana. Pria itu mengenakan jas hitam, kemeja putih berkerah tinggi, dasi hitam, dan sepatu pantofel. Pakaian yang dikenakannya mempengaruhi wibawanya.
"Ethreain akan menjelaskannya padamu." Ucap wanita itu setelah pria yang baru saja datang memberi hormat kepadanya.
Ethreain memandu perjalanan Rylai menuju sebuah bangunan tua tepat disamping Museum Uap. Tempatnya sangat kotor tak terawat, banyak tanaman merambat pada bangunan tua itu. Ethreain mengeluarkan sebuah kunci dari saku jasnya dan memasukkannya pada lubang kunci. Terbuka.
Sebuah mesin berukuran raksasa terlihat dibawah sinar matahari yang masuk dari atap yang berlubang. Berdebu, namun masih tampak seperti baru dan belum pernah dipakai. Rylai mendekat, menyentuh dinginnya mesin yang berdebu, dan Rylai dapat merasakan betapa menakjubkannya mesin pertama yang ia cintai.
"Aku akan membuatmu juga."
"Ehem!" Ethreain berdeham, membuat Rylai yang sibuk langsung berbalik menunggu kalimat Ethreain selanjutnya, "saya akan menjelaskan sedikit tentang mesin primitif ini."
Rylai mengangguk.
"Mesin Uap pertama kali dibuat oleh Hero dari Alexandria. Mesin uap yang dibuatnya yaitu sebuah prototipe turbin uap primitif yang bekerja menggunakan prisip reaksi. Turbin ini terdiri dari sumber kalor, bejana yang diisi dengan air dan pipa tegak yang menyangga bola dimana pada bola terdapat dua nosel uap. Proses kerjanya ... sumber kalor akan memanasi air di dalam bejana sampai air menguap, lalu uap tersebut mengalir melewati pipa tegak masuk ke bola. Uap tersebut terkumpul di dalam bola, kemudian melalui nosel menyembur ke luar, karena semburan tersebut, bola mejadi berputar." Ethreain menjelaskan dengan alat peraga mesin primitif itu.
"Tuan ..."
"Panggil saya dengan "Ethreain" saja." Sela Ethreain dengan nada sopan.
"Ethreain, bolehkan saya meminta mesin bekas yang ada di pembuangan?"
"Tentu saja. Tuan Rylai bisa mengerjakan mesin Tuan di bengkel kami ...," Ethreain melirik arloji yang tertutup lengan jas, "saya harus menemui Nona Akasha."
Sepeninggalnya Ethreain yang menemui wanita anggun itu, Rylai berlari menuju Tempat Pembuangan untuk mencari komponen mesin rusak yang masih dapat digunakan. Langit senja mulai terganti dengan langit malam, suara burung hantu dan gesekan sesama ranting pohon terdengar. Jarak 100 meter tanpa penerangan membuat Rylai sesekali tersandung. Kejauhan terlihat cahaya terang di Tempat Pembuangan. Masih ada kehidupan di tempat terlupakan itu. Tigapuluh menit waktu yang dibutuhkan.
"Tuan, apa yang kau cari?" seseorang menyenteri Rylai yang tengah mengais komponen-komponen yang dibutuhkan.
"Komponen mesin yang masih bisa digunakan." Jawab Rylai sambil terus mencari komponen yang dibutuhkan.
Penjaga pergi meninggalkan Rylai. Ia kembali berkeliling Tempat Pembuangan sampai sifnya selesai. Sudah beberapa komponen yang telah Rylai dapat, hanya tinggal bejana yang belum karat dan bolong.
Ini kesempatan terakhirku.
**
Rylai tengah berada di Bengkel Museum Uap bersama dengan montir sekaligus penjaga Bengkel yaitu Zharvakko. Pria paruh baya yang memiliki kekuatan seperti pria muda. Badannya proporsional dan selalu menarik perhatian pengunjung Museum.
"Jika kau butuh sesuatu, bilang saja padaku." Ucap Zharvakko sebelum meninggalkan Rylai untuk mengambil minum di Dapur Museum Uap.
Rylai mengacungkan ibu jarinya. Ia kembali dengan pekerjaannya. Mencocokkan beberapa komponen satu sama lain agar menjadi mesin yang seperti ia inginkan. Ia tidak ingin ceroboh dan mengakibatkan mesin uapnya meledak seperti satu bulan yang lalu.
Aku akan menamaimu N.01 sebagai dedikasiku kepada Professor Nerif yang selama hampir tiga bulan mengajariku. Ia tak pernah marah setiap aku gagal membuat mesin uap yang aku maksud. Ia hanya memukul kepalaku dan pergi begitu saja. Itu yang selalu ia lakukan kepadaku. Itu tanda sayangnya kepadaku. Professor, aku menyanyangimu.
Rylai mulai merakit setiap komponen agar menjadi mesin uap sederhana. Mesin sederhana yang ketika bekerja tidak gagal fungsi dan meledak. Menyambung setiap komponen dengan sekrup, memasang gir agar mesinnya dapat berfungsi, memasang roda agar mesinnya dapat dipindahkan dengan mudah, dan masih banyak lagi yang dilakukan Rylai untuk menyempurnakan mesinnya. Mengulang mesinnya yang dahulu namun kali ini lebih sempurna.
Professor Nerif akan bangga denganku. Senyum Rylai merekah setelah menyelesaikan mesin sederhananya.
"Aku dan Nortrom ... pria penjaga Tempat Pembuangan itu yang akan mengantarkanmu ke tempat Professor Nerif." Zharvakko membuka tirai yang menutupi bagian kanan Bengkel dan tampaklah sebuah kendaraan berukuran besar dengan peralatan canggih.
"Terima kasih." Rylai membereskan kekacauan yang dibuatnya. Membersihkan lantai dengan pel yang ada di sudut Bengkel.
Setelah selesai, keduanya -Rylai dan Zharvakko-secara bersama menaikkan mesin uap buatan Rylai ke atas kendaraan sambil menunggu Nortrom yang sebentar lagi berganti sif. Zharvakko memanaskan kendaraannya dan langsung berangkat setibanya Nortrom di Bengkel Museum.
**
"Professor Nerif, Rylai telah kembali." Suara Eredar terdengar jelas oleh indera pendengaran ketiga manusia itu. Sesaat kemudian terdengar benda-benda jatuh akibat ulah seseorang.
Professor Nerif keluar bersama dengan Eredar. Wajah Professor Nerif merah seperti tomat. Ia marah kepada seseorang, dan orang itu adalah Rylai. Professor Nerif tak bersuara, ia berjalan mendekati Rylai. Ditatapnya pemuda itu dengan tatapan tajam, tangan kanannya terangkat dan memukul kepala Rylai cukup keras. Rylai meringis kesakitan dan mengelus kepalanya yang sakit.
"Aku bangga padamu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top