3. Alesistar Wish

"Makanlah," kucoba menyuapinya, tapi dia tetap saja menutup bibirnya rapat-rapat. Dia hanya diam tanpa menggerakkan sedikitpun bagian wajahnya.

Aku terduduk di depannya, meskipun sudah biasa baginya untuk tidak makan sampai berhari-hari, aku tetap saja tidak tega. Bagaimanapun juga dia tetap manusia... setidaknya bagiku.

Kupandang matanya tanpa berkedip, mata yang hampa tanpa adanya kebahagiaan ataupun kesedihan. Semua yang dia lihat hanyalah kekosongan.

"Alle!" professor Guile memanggilku dari ruang kerjanya yang berada di sebelah ruangan ini.

"Baik prof, tunggu seben...," bahkan aku belum sempat selesai berkata saat professor memanggilku lebih keras dengan nada ketus.

"Aleistar! Aku tak membayarmu untuk malas-malasan! Cepat kesini anak malas!"

"Baik baik!" aku tergopoh-gopoh meninggalkan ruangan dimana terdapat seorang gadis yang tidak pernah menampakkan ekspresi. Gadis malang yang menjadi tikus percobaan professor Guile si ahli alkimia ternama di Alterium. Si gadis pemilik darah abadi, Rosemary.

Kututup pintu ruangan Rosemary yang memiliki tiga lapisan, pintu terluar merupakan pintu rahasia dibalik rak buku setinggi dua meter. Tepat di depan pintu rahasia ini, terpapar ruang kerja professor Guile yang luas dan penuh dengan banyak hal aneh beruap dimana-mana.

"Segera ke desa, beli persediaan bir!" professor Guile yang sedang sibuk dengan alat kecilnya melemparkan sekantung kecil Rubena, mata uang Alterium.

"Baik prof," aku mengangguk meski dia tidak melihatku.

Aku segera keluar dari laboratorium pribadi milik professor Guile dan menuju 'tempat sampah' yang berada di basement. Di ruang bawah tanah ini, terdapat banyak sekali barang bekas dan beberapa prototype gagal milik professor.

Dari semua benda-benda bekas ini, aku berhasil menciptakan kendaraan dengan teknologi uap yang kupelajari dari professor. Kendaraan empat roda kecil yang hanya bisa ditumpangi satu orang dengan keranjang kawat yang kupasang di bagian belakang.

Tidak percuma menjadi asisten professor aneh itu selama dua tahun, aku mendapat banyak hal yang dapat kupelajari dan kupraktekkan secara langsung dengan barang-barang bekasnya.

Jarak desa dengan laboratorium adalah tiga kilometer, namun kendaraanku mempercepat perjalanan ini. Kutengok ke belakang dimana laboratorium milik professor tersembunyi di balik pepohonan lebat.

~~~

"Jangan lupa, katakan pada professor gila itu untuk membayar kekurangan bulan kemarin!" pemilik toko bir mengingatkanku. Aku hanya bisa tersenyum kecut, berharap dia mau mengerti keadaanku.

"Baik," daripada kena marah terlalu banyak, aku lebih memilih pergi secepat mungkin. Setelah kuberi anggukan kaku pada pemilik toko bir, aku keluar dari tokonya dengan membawa dua drum bir ukuran sedang di bahuku.

Kuletakkan drum itu dengan hati-hati di belakang kendaraan uapku, kendaraan ini benar-benar membantuku jika ada barang-barang berat yang harus kubawa dari desa menuju laboratorium.

Saat aku merapikan kedua drum itu dan mengikatnya, kudengar suara dua orang yang berbincang di dalam toko bir. Samar-samar dapat kudengar pembicaraan mereka yang menyangkut professor Guile.

"... untuk menelusuri lab professor gila?"

"Begitulah kabar yang kudengar, mungkin hari ini mereka akan kesana."

"Tapi apa benar mereka utusan kerajaan?"

"Entahlah, yang jelas mereka sangat kuat...."

Pihak kerajaan mengirim orang untuk menelusuri laboratorium? Apa pihak kerajaan sudah mengetahui tentang Rosemary? Tidak! Aku tidak akan membiarkannya!

Aku menaiki kendaraanku tanpa peduli jika ikatan drum tadi masih longgar, aku tak peduli. Aku harus segera kembali atau aku takkan pernah bisa melihat Rosemary lagi.

Dia... hanya dia alasanku tetap bertahan menjadi asisten professor Guile. Aku tidak mau kehilangan dia meski mungkin aku takkan pernah bisa mendapatkan hatinya. Selama dia belum mati, pasti ada harapan untukku bersama Rosemary.

Beberapa ratus meter dari laboratorium, kulihat dua orang dengan pakaian aneh berjalan ke arah yang kutuju. Satu pria berambut panjang dengan tudung anyaman bulat, di pinggangnya terdapat dua bilah pedang dengan panjang yang berbeda. Sedangkan satu lagi bukan manusia, dia gadis kecil dengan rambut putih kebiruan, telinga kucing menyembul dari rambutnya dan memiliki dua ekor.

Kutetapkan hatiku, dengan kecepatan penuh kudahului mereka. Anehnya, mereka berdua tidak mengejar dan tetap berjalan dengan tenang.

Ternyata professor sudah berada di depan laboratorium saat aku sampai. Professor terlihat marah, dia berada di atas prototype alat perang yang bentuknya seperti laba-laba, memiliki empat kaki dengan dua senapan di masing-masing sisi dan satu meriam di depan. Alat itu merupakan alat perang yang sebenarnya telah ditolak oleh pihak kerajaan karena membutuhkan biaya terlalu besar untuk pembuatan setiap unitnya. Professor menamainya Spider-tank.

"Professor! Gawat!"

"Aku tahu," ucap professor ketus. Alat setinggi empat meter itu mulai dinyalakan oleh professor, muncul uap dari bagian bawah diiringi oleh naik-turunnya pompa yang berada di seluruh bagiannya. Suaranya terlalu berisik hingga professor harus berteriak untuk menyuruhku. "Cepat ambil senjata, bantu aku!"

"Ba-baik!" aku segera masuk dalam laboratorium. Setelah beberapa kali menyenggol benda-benda ciptaan professor hingga terjatuh atau pecah, aku berhasil mencapai pintu ruangan Rosemary.

Aku tidak akan menuruti perintahnya lagi, aku punya ide lain yang lebih baik daripada menuruti perintah professor tanpa perasaan itu.

Kubuka satu-persatu pintu itu hingga kulihat Rosemary yang tetap duduk seperti biasa. Nafasnya teratur dengan mata yang tak pernah sekalipun melihatku secara langsung.

"Rosemary, kita harus pergi!" kutarik tangannya agar dia berdiri. Rosemary hanya menurut saja saat aku membawanya keluar dari ruangannya, dia mengikutiku yang berlari keluar melalui pintu belakang.

"Kita... kemana?" pertanyaan dari Rosemary menghentikan langkahku tepat di luar laboratorium.

"Ka-kau bicara?"

"Kita... mau... kemana, Aleistar?"

Tanganku bergetar hebat, kenapa baru sekarang Rosemary bicara? Apa karena... setiap kali aku membawanya keluar dari ruangan itu hanya untuk menuju ruang kerja rahasia professor?

"Kita... kita akan pergi sejauh mungkin," aku semakin yakin jika masih ada harapan untukku. Aku hanya perlu mengenalkan Rosemary pada dunia di luar laboratorium terkutuk ini.

Bukan hanya menghindari dua orang tadi, tapi juga kabur dari professor Guile. Setidaknya aku tahu jika Rosemary tidaklah bisu, juga masih memiliki pemikiran.

Belum sempat aku mengajak Rosemary pergi, terdengar ledakan dari depan sana. Pasti professor telah mulai bertempur.

"Ikut aku!" suruhku pada Rosemary. Jika memang kedua orang itu cukup kuat untuk bisa melawan alat perang milik professor Guile, maka aku harus pergi dengan kendaraan yang cukup cepat agar tidak terkejar.

Aku kembali masuk, professor memiliki satu prototype kendaraan terbang yang dianggapnya gagal meski belum dicoba. Kendaraan itu terdapat di loteng lab, secara diam-diam aku terus merawat dan memperbaiki kendaraan itu karena aku menyukainya.

Rosemary awalnya bingung karena aku mengajaknya masuk kembali, tapi dia tetap menurut seperti biasa. Kami naik ke loteng dimana terdapat kendaraan terbang itu. Bentuknya memang aneh seperti piringan lonjong dengan enam sayap tipis berkerangka layaknya sayap kelelawar.

Di bagian tengah ada tempat duduk yang bisa muat untuk dua orang berboncengan, aku membantu Rosemary naik. Rosemary duduk di bagian belakang. Aku menyalakan mesin terbang itu untuk persiapan.

"Tunggu sebentar, tetaplah disini," aku buru-buru turun, ada beberapa hal yang harus kubawa untuk persiapan. Suara ledakan di depan semakin banyak, professor tidak main-main.

Cukup satu menit bagiku menyiapkan perlengkapan, tepat ketika dinding depan laboratorium jebol karena Spider-tank terlempar masuk menjadi dua bagian. Professor selamat namun sebilah pedang yang terlihat sangat tajam mengancamnya agar tidak bergerak.

"Oh sial!" aku segera berlari naik ke loteng. Dengan segera aku melompat naik ke tempat duduk, Rosemary tidak banyak berulah.

"Pegangan yang erat!" kutarik tangan Rosemary agar memegang pinggangku. Kulemparkan bola kecil yang berisi mesiu cair, dengan segera bola itu meledak saat bertemu langit-langit. Aku menarik picu untuk mengatur kendaraan terbang ini dan berhasil!

Kami mulai terbang melewati lubang di atap loteng. Dengan cepat kami menjauh dari laboratorium itu. Saat aku menengok, kulihat gadis kecil yang bersama pria bercaping tadi melihat kami dari loteng. Baguslah, sepertinya dia tidak bisa mengejar kami.

~~~

"Rosemary... kau tahu, aku selalu berharap dapat bersamamu di dunia luar seperti ini," saat melakukan perjalanan di atas langit yang indah, aku bicara padanya. Rasanya harapanku benar-benar terwujud jika sedang terbang menembus awan bersama wanita yang kucintai.

Rosemary tidak menjawabku, tapi pegangannya padaku semakin mengerat. Aku tahu dia tidak takut ketinggian karena tangannya tidak bergetar, aku yakin dia hanya memberikan respon terhadap kata-kataku.

"Bagaimana denganmu? Apa kau punya harapan?"

Lagi-lagi Rosemary tidak menjawab, tapi dia mengangguk. Aku merasakan anggukannya karena dahinya serasa mengetuk punggungku. Aku bisa tersenyum bahagia jika tahu bahwa Rosemary masih memiliki harapan, itu artinya dia masih bisa menjalani hidup normal di masa depan.

"Apakah aku boleh tahu harapanmu?"

"Ha... harapanku?" akhirnya Rosemary bicara. Saat kudengar nada bicaranya yang ragu, aku malah mencegahnya bicara meski aku ingin tahu.

"Kau tak perlu mengatakannya sekarang jika kau tak mau aku tahu."

~~~

"Sial!" kutendang sisi kendaraan terbang yang baru kudaratkan, tapi kelakuanku sendiri kusesali karena kakiku jadi sakit. Benda ini sudah menjadi rongsokan sekarang, entah kenapa kendaraan ini rusak tanpa kutahu dimana kerusakannya.

Rosemary yang duduk di batu besar tidak jauh dariku hanya bisa tersenyum. Baru kali ini kulihat senyumnya, dan dia terlihat sangat cantik jika tersenyum.

Aku meninggalkan kendaraan terbangku dan menghampirinya, terpaksa aku harus berjalan mulai dari sini.

Belum sempat aku mencapai tempat Rosemary, berkelebat dua siluet yang dengan cepat meringkusku. Aku tidak sempat melawan atau mengeluarkan sesuatu dari tasku.

Aku jatuh terlentang, si gadis kucing menindih dadaku dan mengancamku dengan cakar-cakar tajam dari jarinya. Tangan kucing dari gadis itu memang terlihat lembut, namun aku yakin cakar yang dimilikinya sangat mematikan.

"Bagaimana bisa mereka secepat ini... Rosemary!!" tanpa sadar aku berteriak karena melihat Rosemary yang ditodong oleh pedang pria bercaping. Mata pedangnya menggores kulit leher Rosemary, tapi luka kecil dari goresan pedang pria itu langsung tertutup.

"Mengapa ada vampire di Grunklesombe?" pria bercaping keheranan.

Aku tidak mengerti apa yang pria itu katakan, apa itu vampire? Pria bercaping melihatku lalu melihat Rosemary. Aku tidak menyangka jika Rosemary bertanya pada pria bercaping.

"Kau... dari dunia terdistorsi?"

"Benar," pria bercaping mengangguk.

"Ah...," entah penglihatanku yang sedang bermasalah atau memang kenyataan, kulihat air mata meluncur turun dari mata indah Rosemary. Senyuman dan tangisannya menyalakan kembali aura hidup yang tadinya redup, Rosemary yang ada di depanku saat ini adalah wanita sempurna.

Rosemary berdiri lalu berbisik pada pria bercaping, aku tidak dapat mendengarnya sama sekali. Tapi bisikan Rosemary membuat pria bercaping itu memandangku sejenak, kemudian dia menyuruh gadis kucing untuk melepaskanku. Aku segera beranjak lalu menghampiri Rosemary.

Aku masih belum mengerti pada keadaan ini atau alasan yang membuat mereka melepasku, kedua orang itu berbalik saat Rosemary bicara padaku.

"Maafkan aku Aleistar," kata-kata Rosemary membuatku memandangnya. Kulihat Rosemary yang kembali tersenyum, tiba-tiba...

"Aaaaahh!" aku berteriak, rasanya pedih saat Rosemary menggigit tengkuk leherku. Nafasku terasa berat, kesadaranku langsung memudar. "Rose... mary."

"Aku juga mencintaimu Aleistar, maafkan aku yang tidak bisa bicara padamu selama ini. Terima kasih karena telah ada di sisiku dan membuatku tetap bertahan di dunia ini."

"Tidak... tidak Rosemary...," rasanya mataku semakin berat untuk tetap terbuka, luka gigitan di leherku terasa semakin panas. Aku ambruk namun tetap berusaha membuka mata.

"Maaf... harapanku adalah untuk bisa mati, tapi aku akan mengabulkan harapanku untuk bisa bersamaku...."

"Rosemary!"

~~~

"Rosemary?" kubuka mata, cahaya matahari membuat mataku serasa terbakar. Aku mengedipkan mata berkali-kali hingga akhirnya pandanganku jelas.

Yang kulihat pertama kali bukanlah seseorang yang paling ingin kulihat. Karena yang berada di depanku merupakan si pria bercaping dan gadis kucing kecil itu, mereka duduk santai membelakangiku.

"Kalian!" aku langsung bertanya. "Dimana Rosemary?"

"Dia sudah tiada," pria bercaping menjawabku dengan ekspresinya yang sangat kalem.

"Tidak, tidak mungkin! Dia abadi, dia tidak bisa mati!"

"Tapi sekarang dia sudah mati," pria bercaping berbalik, begitu juga si gadis kucing yang membawa gaun milik Rosemary. "Dia ingin mati sejak awal, tapi dia tidak bisa meninggalkanmu begitu saja karena harapanmu adalah untuk bersamanya."

"Ah... tidak... kenapa...," aku menggigit bibir hingga berdarah. "Bukankah jika dia mati, aku tidak akan bisa bersamanya?"

"Kau salah, dia mengabulkan harapanmu," pria bercaping menunjuk bibirku. Aku merasa aneh saat kusentuh bibirku, luka gigitanku sendiri menghilang!

"Apa yang terjadi padaku?"

"Dia meminta bantuanku menyerahkan hidupnya untuk diberikan padamu, darahnya telah mengalir dalam tubuhmu. Dia akan terus bersamamu selama kau hidup, seperti harapanmu."

"Rosemary...," kuremas dadaku yang terasa sesak, semua ini terlalu menyakitkan, tidak sebanding dengan waktuku bahagia bersamanya yang amat sangat singkat.

Tapi kini aku mendapat satu hal lain yang terlintas di benakku. Entah karena apa, bibirku melengkuk ke bawah, aku tahu jika aku menyeringai tapi aku tidak bisa menghentikannya.

Dengan keabadian Rosemary, aku bisa melakukan sesuatu untuk bisa membawanya kembali dari kematian. Berapa lamapun waktu yang kubutuhkan, aku tidak akan kehabisan waktu selama Rosemary ada dalam dalam diriku.

Rosemary... aku bersumpah akan mengembalikanmu ke dunia ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top