Bab 38
.
.
.
Aster kembali ke kelas setelah mencari-cari Lovelyn kesana kemari dan tidak membuahkan hasil. Dia kira Lovelyn sudah kembali ke kelas, tapi nyatanya belum. Masa iya ngilang di jam istirahat? Bukankah tadi dia pergi bersama dua orang guru? Tapi kenapa bahkan setelah mencari ke ruang guru pun, mereka tak ada? Aster kebingungan sendiri.
"Ada?" Tanya Bayu yang ternyata sejak tadi hanya menunggu saja di kelas sedang Gio malah asik main game.
"Telpon aja, ribet amat lu!" Komentar Gio yang masih juga fokus pada ponselnya sendiri.
Ah.. Ya. Aster melupakan ini saking sibuknya mencari Lovelyn ke berbagai spot di Utopia. Akhirnya, sesuai saran Gio, Aster merogoh saku dan mencari nomor ponsel Lovelyn kemudian langsung ia hubungi. Dering pertama dan seterusnya, masih juga belum ada jawaban. Aster malah mendengar getaran ponsel tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Gak bawa hp dia.." Bayu yang juga ikut ngeuh akhirnya mengambil ponsel Lovelyn yang ternyata di simpan di kolong meja tempat duduknya.
"Buk Gea ada di kantor?" Tanya Bayu ikut berusaha mencari solusi karena sejak kembali tadi, entah mengapa Aster terlihat panik. Jika Lovelyn tadi pergi bersama Bu Gea, pasti ada di kantor. Pikir Bayu.
"Udah ke kantor dan mereka gak ada. Cepet banget jalannya." Aster kembali berpikir keras lalu duduk sambil mengambil ponsel Lovelyn di tangan Bayu.
"Tar juga balik Ter.. Lu bucin banget dah.." Keluh Gio yang kali ini enggan Aster tanggapi.
Eh.. Tapi..
Aster menyalakan layar ponsel Lovelyn dan ternyata sama sekali tak ada sandi, kunci, atau semacamnya hingga membuat Aster dengan jelas melihat satu nama yang membuat jantungnya kembali bergemuruh.
Ayaz
'aku di depan gerbang sekolah kamu..'
Deg!
Agh.. Satu chat itu saja membuat Aster tau pasti dimana Lovelyn berada sekarang. Dan tentu dia tidak akan membiarkan mereka lepas begitu saja.
Sreeettt brakkk
Aster tiba-tiba bangkit dan langsung berlari ke luar kelas menuju pintu gerbang sekolah tentu saja. Bayu dan Gio sempat tertegun lalu setelah saling menoleh satu sama lain, mereka akhirnya ikut berlari menyusul.
"Kenapa harus lari-lari si?" Tanya Gio sambil terengah.
"Lovelyn ketemuan sama Ayaz." Jawab Bayu yang lumayan cepat untuk mencerna keadaan.
"Lah?" Gio tak habis pikir namun tak lagi berkata-kata dan hanya berlari menyusul. Mereka paham betul jika Lovelyn bersama pria lain, tentu akan menyakiti Aster. Tak hanya perasaannya. Namun fisiknya juga. Orang-orang terdekat Aster penting untuk mengetahui itu.
"Kemana buk?" Sampai di gerbang, yang Aster lihat hanya dua orang guru yang entah mengapa terlihat hendak kembali masuk ke sekolah. Aster bertanya sambil melihat ke seluruh penjuru namun tak menemukan Lovelyn di sana.
"Apa?" Tanya salah satu guru itu.
"Lovelyn!" Aster menyalak saking gemasnya. Padahal selama ini dia tidak pernah se-kasar itu pada siapapun. Apalagi guru.
"Oh.. Barusan temennya jemput. Katanya ada urusan sebentar. Nanti juga balik." Jawab ibu Gea.
"Urusan apa? Kemana?" Tanya Aster lagi. Gio dan Bayu hanya mendengarkan tak jauh dari sana.
"Saya gak tau."Guru itu malah kebingungan. "Katanya temen Lovelyn di suruh ayahnya jemput ke sini. Makannya ibu izinin.." Lanjutnya lagi.
"Pakai apa mereka?" Tanya Aster lagi. Mereka pun heran, kenapa Aster berbicara sebanyak ini padanya. Padahal sebelumnya bahkan bertatapan seperti ini pun sangat jarang.
"Motor.." Jawabnya lagi.
"Kenapa Mas?" Tiba-tiba Tomi datang entah dari mana. Aster menoleh dan langsung meminta Tomi bergegas.
"Kita pergi." Ajak Aster.
"Kemana?" Tentu saja yang bertanya bukan Tomi melainkan Gio. Tomi mana berani mempertanyakan perintah.
"Kalian balik ke kelas aja." Ujar Aster kemudian berjalan menuju parkiran Utopia, tempat dimana Tomi memarkir mobilnya.
Tak ada jawaban apapun dari mereka namun tak berani menyela. Ketiganya bergerak sesuai perintah. Satpam yang berjaga di gerbang pun paham dan membuka gerbang selebar-lebarnya.
Entah apa yang begitu ribut dalam otak Aster, semua pun mempertanyakan.
~
"Hubungi Om Anthony.. Tanya kenapa dia suruh Ayaz jemput Lovelyn." Sesaat sebelum masuk ke dalam mobil, Aster memberi Tomi perintah lain yang tentu saja langsung dipatuhi tanpa ba bi bu sedangkan dia sendiri bergegas masuk ke dalam mobil untuk menunggu Tomi selesai dengan sambungan teleponnya.
Begitu duduk di dalam mobil, Aster berusaha fokus pada tubuhnya sendiri. Atau mungkin lebih ke waspada. Dia bahkan sempat mengusap jantungnya yang sejauh ini masih baik-baik saja tanpa rasa sakit apapun, tanpa tanda-tanda gejala aneh sama sekali. Bukankah seharusnya jika Lovelyn sekarang bersama Ayaz, dia pasti merasakan sakit? Apa mungkin kesimpulannya selama ini salah lagi? Pikirnya semakin dalam.
"Mas.. Katanya Pak Anthony gak minta Lovelyn pulang." Tomi masuk dan memberi Aster informasi yang ia tau setelah konfirmasi langsung.
Aster hanya mengangguk kemudian memberi sedikit isyarat supaya Tomi segera mengemudi.
Sepanjang perjalanan, sebenarnya Tomi bertanya-tanya kemana arah mereka pergi namun enggan mempertanyakan. Sesekali dia menoleh ke samping mencoba memperhatikan raut wajah Aster yang terlihat sibuk sendiri dengan pikirannya.
Tentu saja ini aneh. Aster bahkan masih merasa tubuhnya baik-baik saja sejauh ini. Lovelyn kemana? Dan sedang apa dengan Ayaz menjadi pertanyaan besar yang membuatnya penasaran setengah mati.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Ponsel Tomi kembali berdering. Terlihat di layar dashboard nama Pak Erlangga terpampang. Sekilas, sepertinya Aster pun melihat. Tomi tentu saja menunggu reaksinya. Namun sesaat kemudian Aster mengangkat tangan seolah mencegah Tomi mengangkat panggilan itu.
"Cari Lovelyn dulu. Mungkin ke arah rumahnya." Ujar Aster hingga membuat Tomi kali ini tau tujuan mereka sekarang.
Sesuai perintah, Tomi mempercepat laju kendaraannya berusaha untuk sampai lebih cepat. Namun lagi-lagi, dering ponsel Tomi kembali menganggu. Nama yang sama kembali muncul di layar itu.
"Gimana Mas?" Kali ini Tomi meminta pendapatnya karena Aster hanya diam dan menatap layar itu.
Aster akhirnya meminta ponsel itu kemudian mengangkat panggilan dari Ayahnya.
"Ya Yah.." Jawab Aster.
"Aster?"
"Ya.." Aster kembali menjawab.
"Kenapa gak angkat telepon? Lovelyn kecelakaan! Ayah di rumah sakit sekarang!"
Deg!
"Hah?" Seketika jantung Aster bergemuruh. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya sekarang. Kenapa bisa kecelakaan? Kenapa ayahnya yang memberi kabar? Dan mereka dimana dan kemana sampai bisa terjadi kecelakaan seperti itu?! Semua enggan Aster tanyakan langsung pada sang Ayah karena memang tak berani. Satu-satunya cara hanya bergegas menemui Lovelyn dan melihat sendiri bagaimana kondisinya sekarang.
"Tom! Ke rumah sakit!" Aster kembali memberi perintah. Tomi pun bergegas.
Jangan tanya seberapa kacaunya otak Aster saat itu. Lebih rumit dari sekedar hutang negara yang gak tau kenapa gak lunas-lunas itu padahal pajak mahal kan? Ayolah.. Sampai kapan ya kan?
Tomi sangat sangat paham situasinya dan dia mengemudi dengan lihai hingga waktu yang dibutuhkan untuk sampai pun bisa dipercepat.
Aster bahkan tak menunggu lagi ketika mobil berhenti di depan rumah sakit yang mereka tuju itu. Dia bergegas mencari dimana letak UGD karena bisa dipastikan mereka ada di sana.
"Yah!" Itu dia. Aster melihat Erlangga di sana padahal tadi tidak menemukan mobilnya di depan. Mungkin di parkir di tempat lain.
"Mana Lovelyn?" Tanya Aster.
Dan..
Pemandangan mengerikan tersaji tepat di depan mata. Ada banyak darah di baju Lovelyn saat itu. Tambah lagi, dia terlihat sedang terbaring tak sadarkan diri dengan beberapa tenaga medis sedang menanganinya. Seketika lutut Aster melemas melihat keadaan itu.
Harus apa sekarang?
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top