Bab 20
.
.
.
.
.
.
.
"Gue cuma bisa pake Betadine Ban**gsat!!" Sentak Lovelyn setelah menutup mata padahal mereka benar-benar menunggu hal baik bahkan keajaiban mungkin?
Aster kembali tertegun mendengar jawaban Lovelyn dan melihat reaksinya ternyata seperti itu. Gak bisa! Seharusnya ini bisa dijelaskan oleh logikanya sendiri. Kalau gini caranya, sepertinya ia perlu mencari cara lain untuk mendapat jawaban yang ia mau dengan cara apapun. Jika bukan dengan ini, pasti dengan cara lain. Pikir Aster yang akhirnya menyimpulkan jika kekuatan Lovelyn bukanlah ini. Dan biar bagaimanapun, Lovelyn sudah terlanjur tau banyak. Aster ingin mengungkap jati dirinya saja tanpa sekat apapun. Setidaknya dengan begitu, dia akan lebih mudah mencari tau, cahaya emas apa yang Lovelyn miliki itu.
Dia kembali mengambil tangan Lovelyn yang sempat terlepas lalu mengunakan telapak tangan itu untuk menutup lukanya lagi. Genggaman Aster begitu kuat hingga Lovelyn tak lagi bisa menghindar meski berontak seperti apapun. Bayu dan Gio hanya diam memperhatikan. Mereka tentu tau apa yang sedang Aster lakukan sekarang.
Kali ini jika bukan Lovelyn yang menggunakan kekuatannya, biar dia saja. Terlalu rumit jika harus menjelaskan pada Lovelyn tentang ini. Biar dia yang melihatnya sendiri.
Aster mulai menutup matanya. Tangannya yang bebas menumpuk tangan Lovelyn hingga lebih erat menggenggam luka itu. Dia terlihat fokus sekarang. Perlahan tapi pasti, Aster mengusap luka sepanjang tujuh senti itu dari arah atas lalu ke bawah hingga semua permukaannya tertutup kembali dengan ajaib. Meski setelahnya, Aster ambruk karena kehilangan banyak energi.
Bayu dan Gio sudah khatam soal ini. Mereka tak terlihat heran melihat Aster menyembuhkan lukanya sendiri seperti itu. Meski tak sering, namun Aster memang pernah melakukannya beberapa kali.
Hanya Lovelyn yang kini melongo tak percaya. Padahal darah di tangan putih milik Aster masih berlumuran di tangannya bahkan dia pun bisa merasakan basahnya. Tapi luka robekan yang semula menganga tiba-tiba menghilang tanpa berbekas. Dibolak-balik seperti apapun, Lovelyn tak menemukan bekasnya dan hanya melihat darah berceceran bekas sayatan tadi.
Sontak ia melempar tangan Aster kemudian menjauh dengan panik. Sumpah! Kini seluruh tubuh Lovelyn kebas tak terkendali dengan keringat dingin dimana-mana. Jantungnya mulai berasa tertindih beban hebat.
"Lyn?" Aster mencoba mendekat meski dengan sisa-sisa tenaga namun kembali hanya mendapat tepisan kasar.
"GAK!! Jangan deket-deket!" Jerit Lovelyn yang entah mengapa tiba-tiba menangis sejadi-jadinya. Dia hanya ingin mengeluarkannya sekarang. Jika tidak, dadanya akan semakin terhimpit dan itu sakit.
Bukannya mendengarkan, Aster malah semakin mendekat kemudian sempat mengelap bekas darah di tangannya dengan tisu lalu setelah memastikan semua bersih, Aster mencoba meraih tangan Lovelyn lagi dengan lembut.
"Lyn.." Aster kembali menangkap netra emas itu. Mencoba mengambil fokusnya supaya bisa kembali diajak bicara.
"Lu.. Kenapa.." Lovelyn kehabisan kata-kata. Entah mengapa air matanya malah semakin berjatuhan tak terkendali. "Tadi.." Masih berusaha mempertanyakan, namun yang keluar hanya kicauan gagu yang bahkan dirinya pun tak mengerti. "Apa?!.." Lovelyn berteriak. Kini benar-benar melepasnya. Terserah saja. Dia ingin menangis dulu sekarang. Tak masalah jika harus menjerit-jerit sekalipun.
Gep..
Deg!
Aster tak tega dan malah memeluknya sekarang.
Bayu dan Gio salting sendiri.
"Kita pergi aja." Ajak Gio yang ternyata sudah menemukan kunci yang tergeletak di lantai.
Ya. Tak seharusnya Bayu dan Gio jadi nyamuk di sana.
Entah berapa detik pelukan itu bertahan, namun tiba-tiba Lovelyn mendorong Aster kasar ketika Bayu dan Gio sudah menghilang entah kemana.
"Ngapain lu peluk-peluk gue ban**gsat!" Meski masih menangis, Lovelyn berteriak sambil mendorong Aster hingga terjengkang. Kali ini sudah terlepas semua. Kalimatnya lengkap meski masih saja kasar.
Hahz.. Kenapa malah nangis sih?! Lovelyn kesal sendiri pada akhirnya.
Dan yang lebih aneh lagi, meski di dorong se-kasar itu, Aster kali ini tidak marah sama sekali. Dia justru cepat-cepat bangkit lalu kembali duduk di depan Lovelyn seolah bersiap menerima semua hukuman setelah mempertontonkan kekuatannya seperti itu. Aster sempat memperhatikan Lovelyn yang mulai mengusap air matanya lalu menunduk takut ketika Lovelyn menatapnya tak suka.
Lagi-lagi, pemandangan itu mau tak mau membuat hati Lovelyn menghangat. Dari yang tadinya takut dan mempertanyakan makhluk apa Aster sebenarnya, kini dia malah terlihat se-cute ini? Oh my Goddess!! Perasaan apa iniiii?? Lovelyn mempertanyakan dalam hati. Namun mana mungkin ada jawaban se-sederhana itu.
"Oke!" Lovelyn menghela napas panjang mencoba menenangkan diri meski yang baru saja ia lihat benar-benar diluar nalar. Mau tak percaya pun, mana bisa? Semua itu terjadi di depan matanya tanpa jeda sedetikpun. Dan lagi, Lovelyn benar-benar dalam keadaan sadar kan? Gumamnya.
"Please.. Jawab semua pertanyaan gue sekarang.." Lovelyn meminta setengah memohon. Ia bahkan enggan bangkit dari lantai dingin itu sejak tadi. Dan yang membuat hati Lovelyn kembali terenyuh, begitu mendengar permintaannya, Aster mengangguk dan bersiap mendengarkan.
Oh Tuhan!!
Mana Aster yang kata orang mengerikan itu? Mana Aster yang kata orang tak boleh di sentuh itu? Mana Aster yang dingin, jahat, bahkan kejam itu?
"Kekuatan apa itu? Sulap?" Tanya Lovelyn hingga membuat Aster yang seketika memudarkan kerutan di dahinya. "Ah.. Pasti bukan. Lu alien?" Tanya Lovelyn lagi. "Tapi Alien daranya gak merah kan?" Pertanyaan kocak tapi Lovelyn benar-benar ingin tau jawabannya.
Aster mulai terkekeh dan senyuman itu bang**satnya bikin makin meleleh. Hah.. Bang**sat memang. Tambah lagi..
"Lyn.." Aster kembali meraih tangannya lembut.
"Jan pegang-pegang gue lu!" Lovelyn sontak panik hingga menepis kasar tangan Aster yang semula berniat baik untuk menenangkan.
"Oke.. Sorry.." Aster sontak mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum makin lebar.
"Jan senyum-senyum doang lu! Ngomong!" Pokoknya, apapun yang Aster lakukan saat itu selalu salah dimata Lovelyn. Jadi harusnya jangan bertingkah si. Gak bertingkah aja jantung Lovelyn hampir meledak. Dia gantengnya gak ngotak memang. Pikir Lovelyn.
"Mm.. Lu tau ilmu kebal gak?" Tanya Aster.
"Hey.. Ilmu kebal mana ada yang nyembuhin luka secepat itu? Lu pikir gue bego?" Lovelyn tentu langsung menyanggah.
"Ada Lyn.. Gue belajar. Dan itu gak di dapat dengan mudah." Jawab Aster mulai membuka diri sekarang. Entah mengapa dia mulai berpikir jika Lovelyn cukup bisa dipercaya untuk ini.
"Lu sakti gitu maksudnya? Lu Tuhan?" Lovelyn memandang sebelah mata dengan kilat tak percaya. Bisa dibilang setengah meremehkan meski hanya tersirat.
"Lu gak percaya tuhan Lyn?" Tanya Aster heran.
"Percaya lah! Yang gak gue percaya itu elu!" Jawab Lovelyn lagi. Aster kembali tertawa semakin lebar dan entah mengapa pemandangan itu, Lovelyn suka. Sangat.
"Iya. Intinya , gen gue pun bukan gen sembarangan. Darah yang mengalir di sini, memang dipersiapkan untuk kekuatan-kekuatan mistis yang kadang gak sempurna dimiliki orang lain. Tapi kekuatan itu berfungsi dengan baik dalam tubuh gue."
Beneran! Mulai asik mendengarkan cerita Aster seperti ini sambil menikmati visualnya. Lovelyn perlahan masuk untuk mempercayai setiap kata yang keluar dari mulut Aster.
"Ada banyak orang kayak Lo?" Tanya Lovelyn. Maksudnya, ini normal kah?
"Gak tau." Aster menggeleng. " Yang gue tau, bokap dulu juga pernah punya kekuatan semacam ini." Ungkap Aster.
"Kekuatan apa si?" Lovelyn makin masuk dan penasaran.
"Liat makhluk gaib, liat masa depan, hapus memori orang, sembuhin luka.." Aster lengkap menyebutkan semuanya.
"Lu gak jadi dukun aja Ter?" Lovelyn sudah terlihat percaya, namun ucapannya kembali menjadi pertanyaan.
"Lu percaya gak si?" Tanya Aster.
"Mau gak percaya pun gimana caranya? Lu ngusap gitu doang, luka itu langsung hilang! Mana bisa gak percaya!" Lovelyn mengoceh dan terlihat frustasi. Aster kembali tersenyum. Kali ini ia membenahi cara duduknya lebih nyaman.
"Tapi yang gue liat, kayaknya lu juga punya kekuatan kayak gini." Ungkap Aster.
"Mana ada!" Lovelyn langsung mengelak. "Gila lu!" Lanjutnya.
"Lu tau kan, gue pingsan di sini gara-gara pengen hapus memori lu waktu itu?"
"Ah? Lu pengen hipnotis gue ternyata? Terus.. Waktu di rumah juga?" Tanya Lovelyn.
"Iya. Kemarin paling parah. Gue sampai liat raga gue sendiri ngambang kayak layangan." Aster sempat terdiam sejenak kemudian melanjutkan. "Setiap kali gue pake kekuatan gue ke eLo, kayak ada perisai kuat yang gak bisa gue tembus. Untung gue gak mati." Ungkap Aster.
"Perisai yang Lo maksud makhluk yang dibikin om Sera itu bukan si?" Tanya Lovelyn.
"Beda Lyn, makhluk gaib itu cahayanya gelap, suram, bau busuk, amis, kalau enggak pasti ada rona darah yang bikin merinding. Pokoknya gak ada yang bagus." Jelas Aster. "Kalau perisai yang selalu ada di sekitar Lo, itu cahaya emas. Lebih terang di malam hari dan makin menyala kalau lu lagi marah-marah. Gak sampai merah, tapi kuning temaram." Aster kini melihat ke arah Lovelyn dengan senyuman hangat dan itu terlihat kayak lagi nonton drakor yang isinya bule bermata biru.
Ya.
Matanya biru padahal Lovelyn biasanya melihat itu berwarna abu. Apa memang selalu biru? Lovelyn sempat mempertanyakan dalam hati.
"Kayaknya lu jatuh cinta sama gue Ter.."
Deg!
Tak hanya Aster yang bergetar mendengarnya. Orang yang melantunkan kalimat itu pun kini salting sendiri. Kenapa bisa ada bahasa seperti itu sih? Pikir Lovelyn.
.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top