Bab 15










Yang manis gue. Yang pait elu..
Kasih tau yang Laen..
Jangan nikmati Aster sendirian wew..


































.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tuk..

Sebuah pensil menggelinding tepat di samping sepatu Aster yang tengah duduk di bangkunya. Keadaan itu mengharuskan Lovelyn mengambil seolah sedang bersimpuh dihadapannya. Padahal semua orang sedang bersiap pulang hari itu.

Deg!

Apa itu? Aster sempat melihat bekas cakaran dengan darah yang masih mengucur di tangan Lovelyn. Pandangan Aster kini meluas, hingga sosok itu kembali terlihat. Ya. Sama persis seperti makhluk yang ia temui ketika bertemu dengan Pak Anthony dua hari lalu. Apa makhluk itu tau tentang pertemuannya dengan Pak Anthony hingga menyusul Aster ke sini? Padahal pertemuannya masih malam nanti kan? Pikir Aster.

Gep. Aster sengaja menginjak pensil yang hendak Lovelyn bawa supaya ketika bangkit nanti, tidak kembali berpapasan dengan makhluk mengerikan itu. Cakaran di tangan Lovelyn mungkin saja karena tak sengaja melewati makhluk itu tadi kan?

"Minggir gak?" Ancam Lovelyn dengan tatapan tajam. Gio dan Bayu bahkan heran melihat tingkah Aster yang malah bermain-main dengan pensil itu. Mereka tentu tak bisa melihat makhluk itu, apalagi luka gaib di tangan Lovelyn.

Bukannya menyingkir, Aster malah dengan sengaja menjauhkan pensil itu darinya. Tentu tatapan Lovelyn makin ngenes. Ingin meledak tapi mengingat gosip-gosip sialan tentang Aster itu membuat Lovelyn ngeri sendiri.

"Kenapa si lu?!" Sentak Lovelyn yang kemudian kembali mengambil pensil yang sudah menjauh itu karena tak punya pilihan. Aster bangkit berusaha tidak menghiraukan makhluk mengerikan itu. Setidaknya dia sudah menjauhkannya dari Lovelyn.

Tanpa berkata-kata, Aster berlalu meninggalkan Lovelyn yang dongkol sendiri. Sekilas dia bisa melihat luka di tangan Lovelyn tadi menghilang seperti sama sekali tidak pernah terluka di sana.

"Bren**gsek!" Keluh Lovelyn yang hanya bisa kesal sendiri. Tapi tahan. Jangan sampai terpancing. Anggap aja lagi dikerjain sama orang sin**ting. Harus memaklumi kan?

Oke. Tenang. Biarkan.. Relax .. Lepaskan..

Lovelyn menghela napas berkali-kali kemudian membereskan semua pretelan alat tulisnya lalu bergegas pulang. Sayang, tak ada acara apapun sore itu. Evan bahkan gak ngajak jalan dan malah kemana dia? Gak keliatan batang hidungnya sejak keluar dari kelas. Padahal kemarin sempat jalan-jalan ke mall yang dia sebutkan dan seru banget. Lovelyn ketagihan. Apalagi entah mengapa jika sedang bersama Evan, dia bisa melupakan Ayaz yang tiba-tiba menghilang itu.

Lagian kemana sih si Ayaz? Kenapa bahkan medsosnya pun sepi tanpa kabar berita? Dia sakit kah? Atau lagi modusin cewek lain? Tanya sama teman-teman di sana pun memangnya siapa? Lovelyn tidak berteman dengan siapapun. Tidak dekat dengan siapapun. Hanya Ayaz satu-satunya yang menemani hari-harinya di Turki. Bukannya Lovelyn tak mudah bergaul. Tapi mungkin karena banyak cowok yang memperebutkan, Lovelyn akhirnya dibenci para cewek dengki itu. Padahal bukan salah Lovelyn kan jika punya wajah cantik? Halah.. hihi..

Lovelyn melangkah menuju gerbang depan sendirian. Sama halnya dengan sekolahnya dulu, Lovelyn tidak punya teman. Disini terlalu ribet dengan aturan tentang Aster. Padahal dia tidak berniat mendekati Aster sama sekali.

Dan sial. Aster dan teman-temannya ternyata belum pulang. Mereka sedang berkumpul di sebuah mobil yang dengan sengaja mereka buka bagasinya supaya Aster bisa duduk-duduk di sana. Entah apa yang sedang mereka tunggu, kenapa harus peduli? Bisakah menghilang saja ketika melewati kumpulan itu? Pikir Lovelyn.

"Heh!"

Deg!

Bayu dan Gio kembali menoleh ke arah sumber suara. Ngapain si dia? Keduanya memandang Aster heran.

Langkah Lovelyn sempat terjeda lalu kembali ia berusaha tak menghiraukan.

"Lovelyn!"

Lagi. Gio dan Bayu pun makin heran. Aster sekarang terang-terangan kah?

Mendengar namanya disebut, Lovelyn akhirnya menoleh. Tentu dengan wajah tak ramah. Apalagi masih banyak anak-anak lain berseliweran. Diam dan menanggapi, sepertinya akan jadi masalah dan berakhir dengan pembullyan lagi. Kalaupun mengabaikan pun tentu menjadi masalah baru.

"Sini!" Ajak Aster dengan tenangnya sambil melambaikan tangan pelan.

Deg!

Bukan! Bukan jantung Lovelyn yang bergetar melainkan Aster. Ternyata dia masih melihat makhluk itu dengan tunduk mengikuti Lovelyn dari belakang. Aster pikir makhluk itu sedang berjalan ke arah yang sama dengan Lovelyn, tapi ternyata ketika dia memanggil Lovelyn untuk mendekat nyatanya makhluk itu pun masih mengikutinya.

Debaran jantung itu makin menggila ketika makhluk itu menyadari Aster ternyata bisa melihatnya.

"Kamu bisa lihat saya??" Suara makhluk itu terdengar mengerikan. Aster bungkam. Ia bangkit kemudian meraih tangan Lovelyn dan menariknya ke belakang. Dia masih tak tau makhluk apa itu dan kenapa dia mengikuti bahkan menyakiti Lovelyn seperti sekarang ini. Meski tak kasat mata, bagi Aster itu jelas terlihat. Lovelyn kini penuh luka.

"Dia majikan saya.."

Deg!

"Apaan si lu!" Lovelyn menepis tangan Aster kasar bahkan terlihat membersihkan bekas genggaman Aster seolah benar-benar jijik. Gio dan Bayu bahkan terkekeh tak percaya.

Sreettt..

Hilang. Makhluk itu tiba-tiba menghilang. Tapi kenapa? Maksudnya, Aster selalu bisa mengendalikan kekuatannya selama ini. Kalaupun dia ingin melihat makhluk gaib, dia bisa membuka mata birunya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Tapi kenapa sekarang justru makhluk itu datang tanpa seizinnya? Dia bahkan menghilang tiba-tiba dan semua itu tak berasal dari kekuatan Aster sama sekali.

"Jijik amat lu sama Aster?" Bayu terlihat terganggu dengan itu.

"Kok lu ganggu gue terus Ter? Ada masalah lu sama gue?" Lovelyn tak harus diam dalam keadaan ini kan?

"Lu anaknya Om Anthony?" Tanya Aster tiba-tiba.

"Gi**la. Lu sampai cari tau tentang bokap gue?!" Lovelyn tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Benar. Ini alasan masuk akal kenapa makhluk yang sama berkeliaran di sekitar mereka. Harusnya Aster sudah menyadari ini ketika kembali melihat makhluk yang sama mengikuti Lovelyn sepanjang hari.

"Ter.. Denger yah.." Lovelyn kali ini berusaha menarik garis yang jelas. Jika ini berarti Aster tertarik padanya, gila sih. Gak mungkin karena itu. Lovelyn enggan terlalu percaya diri. Opsi kedua, kalau memang ada rasa dendam setelah menceburkannya ke kolam waktu itu, kali ini Lovelyn ingin memperjelas. Jika harus minta maaf pun gak masalah asalkan tidak lagi berurusan dengan Aster. Terlalu melelahkan jika setiap hari harus di bully oleh cewek-cewek dengki itu.

Entah permen karet yang menempel di rok seragamnya, buku tulis yang tiba-tiba sudah habis dicoret-coret, bahkan terkunci di kamar mandi. Beberapa hal itu sudah Lovelyn alami belakangan ini. Dan alasan mereka? Tentu karena Lovelyn selalu berurusan dengan Aster. Apalagi, sekarang beberapa orang masih memandangi Lovelyn tak suka karena berkumpul bersama Aster dan kedua temannya seperti ini. Setelahnya, entah apa yang akan Lovelyn dapatkan nanti.

"Gue cuma mau lulus dari sini dan balik ke Turki. Kalau lu gak suka sama gue gara-gara kecebur kolam, atau gara-gara lu tiba-tiba pingsan waktu itu, pokoknya gara-gara apapun yang bikin lu marah, sorry. Gue minta maaf. Please jangan ganggu gue lagi. Urusan kita selesai sampai sini. Jelas?" Ungkap Lovelyn yang lalu pergi tanpa ingin mendengar apapun lagi.

"Jir! Lu langsung di tolak Ter.." Kekeh Gio yang malah terkesan meledek.

"Cewek masih banyak Ter.." Bayu merangkul bahu Aster dan malah membuatnya makin marah saja. Aster bahkan menepis tangan Bayu di pundaknya.

Bukan! Bukan ini yang Aster khawatirkan.

"Udah kali.. Cari yang lain aja. Kita dugem lagi mau gak?" Tawar Gio.

Di jelaskan pun percuma. Mereka pasti tak akan paham. Masa iya Aster bilang jika Lovelyn adalah orang yang mau dijodohkan dengannya? Lihat tadi? Seberapa benci Lovelyn padanya? Padahal Aster hanya ingin melindungi dia dari makhluk aneh. Ternyata ceritanya lain lagi. Urusan mereka selesai sampai sini? Gak mungkin! Aster tau betul akan ada pertemuan itu malam ini. Lovelyn pasti menarik perkataanya lagi nanti.

Tapi kenapa Aster sekarang merasa sangat kesal? Apa karena ucapan Lovelyn? Atau karena perjodohan? Atau karena Aster merasa rasa pedulinya sama sekali tidak dihargai? Dan memangnya siapa yang akan mengerti? Kekuatan aneh ini kadang membuat Aster lebih banyak bungkam karena banyak orang kemungkinan tak percaya. Entahlah.

Mungkin perkataan Bayu waktu itu ada benarnya. Tak seharusnya Aster terus-menerus memikirkan orang lain. Ini saatnya dia hanya memikirkan dirinya sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top