#AC9
"Kenapa kau lakukan itu?"
Mister Abraham disambut pertanyaan kakeknya dengan nada pertanyaan yang tidak jelas namun sesungguhnya tanpa dijelaskan lagi ia sendiri paham kemana arah pembicaraan itu.
Apalagi kalau bukan tentang kejadian semalam. Apa yang sudah miss Brainly ceritakan pada kakeknya? Pasti miss Brainly telah bercerita kalau ia dijebak, dipaksa minum-minuman keras, dikerjai saat tak sadar.
"Melakukan apa, kek? Aku tidak melakukan apa-apa!" Bantahnya seraya duduk didepan kakeknya tanpa diminta.
Disebelahnya sudah duduk miss Brainly yang menunduk seolah tak sudi menatapnya. Atau bahkan merasa rendah karna kejadian semalam.
"Masih juga pura-pura bodoh!?"
Geram kakek Abraham, tergambar dari telapak tangannya yang menggenggam diatas meja. Mungkin kakek Abraham sudah tidak tahan untuk memukul wajahnya.
Ia tak tahu kalau miss Brainly sudah membuat kakek Abraham berjanji untuk tidak membiarkan emosi menguasai dirinya. Ia mengkhawatirkan kesehatan kakek Abraham.
Sejak datang menemui beliau beberapa jam yang lalu, awalnya miss Brainly hanya berlinang airmata, terisak tanpa mau berkata-kata saat ditatap penuh iba tanpa ia bercerita.
"Saat kau tidak menerima panggilan kakek, kakek sudah curiga ada yang terjadi, maafkan kakek karna terlalu percaya kau bisa menjaga dirimu dan kakek juga terlalu percaya cucu kakek bukanlah pria biadab karna satupun keturunan kami tidak ada yang biadab, uhukkk!"
Kakek berkata diakhiri batuk yang mengkhawatirkan miss Brainly.
"Kakek, jangan memikirkan hal yang buruk! Aku datang kesini bukan untuk membuat kakek kepikiran dan merasa bersalah!"
Miss Brainly mencoba menenangkan kakek Abraham. Ia tak ingin kakek Abraham menerima akibat dari perbuatan cucunya yang keparat.
"Tidak, tidak, aku memang bersalah padamu! Memberi tugas yang berbahaya!" Sanggah kakek tetap merasa bersalah.
"Aku justru yang bersalah karna tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, niatku hanya membantu kakek bukan yang lain!" Miss Brainly mencoba membuat kakek Abraham lebih tenang lagi.
"Aku harus memberi pelajaran padanya!" Geram ucap kakek.
"Tidak. Tidak ada yang salah. Resiko pekerjaanku, kek, kakek jangan gegabah pada orang yang mentalnya sudah sedikit terganggu, yang kita lakukan seharusnya membantu dia agar dia lebih baik!"
Miss Brainly berkata dengan nada yang semakin tenang. Dan itu hanya demi kakek Abraham. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan kakek Abraham yang baik dan telah membuatnya hidup lebih baik.
"Membantu dia untuk merusak dirimu! Kakek menyesal..." ucap kakek Abraham dengan nada penyesalan. Tanpa diceritakan ia sudah tahu apa yang terjadi.
"Demi Allah kek, aku memang sakit hati, aku membencinya, tapi hal ini janganlah membuat kakek yang terkena serangan jantung! Kakek tidak pantas menerima akibat perbuatannya!" Papar Miss Brainly lagi.
"Dia harus bertanggung jawab!" Tegas suara kakek.
"Aku tidak butuh tanggung jawabnya, kek! Aku hanya butuh kakek melepaskan aku, aku mengundurkan diri dari tugas sebagai asistennya, aku sudah tidak bisa bekerja pada orang yang melihatnya saja aku tak sudi lagi! Maafkan aku, kek!" Ucap miss Brainly lagi hati-hati dan berusaha menekan emosinya sendiri.
"Ily, kakek tahu kau membencinya, tapi bukan pergi yang menjadi penyelesainnya, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatan dia! Diaa... uhukk!" Kakek Abraham terbatuk sambil memegang dadanya.
"Kakek!" Miss Brainly setengah berdiri ingin menyentuh kakek Abraham ia benar-benar sangat mengkhawatirkan kakek mister Abraham itu, tapi tangan beliau terangkat sebelum miss Brainly menyentuhnya.
"Kalau kau masih menghargai kakek, ingin melihat kakek baik-baik saja, tolong ikuti saja apa yang kakek katakan, kakek akan memanggilnya!"
"Kek..."
"Setidaknya kakek ingin mendengar dari kedua belah pihak, kakek ingin mendengar pembelaannya didepanmu, bukan dibelakangmu!"
Kakek Abraham menekan dadanya lagi membuat miss Brainly tak tega menolak permintaannya.
"Baiklah, tapi kakek janji menahan emosi, jangan kasian padaku kek, pikirkan kesehatan kakek!" Pesan miss Brainly pada akhirnya.
Dan saat melihat mister Abraham memasuki ruangan beliau, kakek berusaha tenang meski lontaran pertanyaan tak bisa beliau bendung. Rasanya tangan beliau sudah panas dan tak tahan untuk tidak melayang kewajah cucunya yang baginya telah melakukan kesalahan fatal.
"Aku tidak melakukan apa-apa padanya, kek, dia yang menggodaku, kalau kakek tidak percaya, kakek bisa lihat sendiri rekaman ini!"
Mister Abraham menyerahkan kamera pada kakeknya. Kakek Abraham dengan cepat meraih kamera itu diiringi dengan senyuman miring cucunya yang begitu percaya diri kalau saat kakeknya melihat rekaman itu, kakeknya akan melihat bagaimana liarnya miss Brainly, perempuan yang ia bangga-banggakan begitu baik dan tulus hanya gara-gara membantunya dari amukan massa akibat kakek menyenggol sepeda motor warga.
Namun senyuman miringnya mendadak sirna dengan apa yang dilakukan kakeknya yang bergerak cepat mengambil memory yang berada didalam kamera lalu memasukannya kedalam gelas berisi air diatas mejanya.
"Apa yang kakek lakukan???" Mister Abraham melebarkan mata dan ingin merebut kembali kameranya tapi kakek menjauhkan dari jangkauannya, kemudian tangan mister bergerak meraih gelas namun ditepis oleh kakeknya.
Tamatlah sudah rekaman itu kalau direndam didalam air apalagi dibuang sang kakek keluar jendela beserta gelasnya.
Brak!
Dan kameranya pun menjadi sasaran amukan kakek yang melemparkannya keras kedinding.
"Kau kira kakek penggemar film tidak senonoh???" Gertak kakek Abraham dengan wajah memerah. Sangat tidak beradab memberikan rekaman yang meskipun tanpa ia lihat pastinya terdapat gambar tak pantas.
"Tega sekali kau Ali, kau ingin kakek melihat rekaman tidak pantas? Kau mau mempermalukan Ily tanpa tahu malu? Kau benar-benar sudah gila!" Tegas kakek. Cucunya benar-benar membuatnya emosi jiwa.
"Kakek membela dia seolah dia cucu kakek bukan aku!" Sergah mister Abraham.
"Ali! Apapun yang terjadi semalam, karna siapa yang menggoda duluan atau alasan apapun itu sudah tidak benar!" Sanggah kakek Abraham dengan nada emosi yang tak tertahankan.
"Aku sama sekali tidak menyentuh dia kakek!"
Kakek Abraham menatap tajam kearah Ali mendengarnya masih sibuk membela diri.
"Iyaa, dia memang memaksa, dia yang menciumku, rakus, tapi aku tak sampai melakukan apa-apa!!"
Miss Brainly menggenggam tangannya kuat-kuat. Meskipun ucapan memaksa dan menciumnya rakus sangat memalukan terdengar, namun tak sampai melakukan apa-apa membuatnya sedikit lega. Mahkotanya ternyata aman. Ia tersadar dan terbayang sprei yang bersih diatas tempat tidur itu. Bukankah harusnya jika mahkotanya direnggut paksa sprei itu umumnya akan bernoda? Stupid. Ia terlalu panik sampai merasa miliknya yang paling berharga sudah terenggut. Tapi kenapa intinya terasa perih? Ily mengeryitkan hidungnya mengingat kalimat memaksa dari Ali. Apakah dalam keadaan mabuk dan terangsang dirinya sebegitu memaksa menggesekkan tubuhnya. Astagfirullah. Tak terasa airmatanya menitik kembali. Menitik untuk tak jadi kehilangan harga diri meskipun tetaplah yang terjadi adalah hal yang tidak pantas.
"Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu!!" Tunjuk kakek Abraham kewajah mister Brewok yang terlihat melebarkan mata.
Mempertanggung jawabkan perbuatan? Perbuatan apa?
"BIG NO!!!" Tolak Ali keras.
Sementara Ily makin mengeratkan genggaman tangannya. Rasanya iapun ingin berteriak didepan hidungnya. "IT'S NOT MY DREAM! Menerima tanggung jawabmu bukanlah mimpiku!"
"Kalau tidak! Aku akan mengalihkan semua warisan bukan lagi kepadamu!" Putus kakek membuat wajah Ali memerah karna amarah.
"Apakah kakek sengaja ingin menjegal cucu sendiri?" Tuduh Ali berani menantang tatap kakeknya.
"Kenapa berpikiran seperti itu?"
"Kakek seolah sengaja membuatku tidak nyaman dengan cctv bergerak seperti dia!" Tunjuk Ali pada Ily.
"Kakek hanya ingin memberimu pelajaran!" Sahut kakek menurunkan emosinya demi melihat miss Brainly makin menunduk dalam. Ia khawatir, Ily sedih dan kecewa mendengar tolakan cucunya.
"Kakek terlalu berprasangka buruk padaku! Kakek menganggapku anak kecil yang harus diurus dan diatur dengan asisten yang membuatku serasa tidak bebas dan dijajah perempuan!!" Tukas Ali.
Miss Brainly makin mengerti disini, mister Abraham masihlah seperti anak kecil dihadapan kakeknya.
"Ali!! Jaga bicaramu, bukankah dulu kakek bebaskan kau dengan harta dan usaha kita yang seharusnya ayahmu yang menjalankan? Tapi apa yang terjadi?!" Sentak kakek Abraham dengan emosi mulai naik kembali.
"Kakek dulu tidak pernah berprasangka kalau aset perusahaan akan direbut oranglain gara-gara kelalaianmu!" Lanjut kakek lagi seraya berdiri dari duduknya.
Miss Brainly bergerak dan menoleh pada kakek karna merasa khawatir kalau kakek Abraham akan terbawa emosinya.
Mister Abraham nampak terdiam. Sepertinya ia tak punya kata sanggahan untuk apa yang telah diucapkan kakeknya.
"Seharusnya kau bisa berpikir dan menyadari, apa yang kakek lakukan akibat dari yang kau lakukan!"
Melihat keterdiaman cucunya, kakek Abraham semakin punya celah untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan pada cucunya yang sudah keterlaluan.
"Tidak ada aturan yang dibuat tanpa dasar, seharusnya kau sadari itu bukannya mencari cara untuk menyingkirkan dia, bahkan mencoba merusak kehormatan dia!" Tandas Kakek.
Mister Abraham semakin terdiam. Sebenarnya apa yang bisa ia bantah. Tidak ada. Ia sadari kakeknya tadinya begitu percaya padanya. Tidak ada prasangka, dan itu ia benarkan.
Perubahan terjadi karna ulah Brandon dan Glora. Sial! Rahang Mister Abraham bergerak-gerak.
"Kau Islam bukan? Kau tahu menyentuh perempuan yang bukan muhrom itu sudah termasuk zina meskipun kau bilang kau tidak melakukan lebih dari menyentuh karna dipaksa? Kau minum, itu sudah maksiat, kau tau
bukan? Apa yang kau lakukan itu sungguh tidak 'LAKI' apalagi kalau kau tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatanmu!"
Kakek Abraham terduduk dengan telapak tangan menekan dadanya.
"Kakek!"
Miss Brainly bergerak berdiri, ia benar-benar mengkhawatirkan kakek Abraham.
Mister Abrahampun refleks berdiri, bagaimanpun ia tak ingin terjadi apa-apa pada kakeknya.
Mereka saling mendekat pada kakek, sama-sama menyentuh kakek yang makin tersandar dikursi empuk itu.
Sesaat retina mereka bertemu. Mister Abraham melihat hazel miss Brainly membengkak. Tatapannya kuyu tak seberbinar biasanya. Menyusup iba.
Miss Brainly mengubah arah pandangnya. Ia benci melihat tatapan itu.
'Jangan kasian padaku mister Abraham, aku tak butuh belas kasihanmu!' Ily bermonolog dengan tatapan benci.
Sementara kakek Abraham berusaha berdiri, menepis tangan Ali dibahunya.
"Kakek!"
Ily menyangga tubuh kakek yang membiarkan tangannya tanpa ditepis seperti Ali. Namun tubuh kakek semakin berat bagi Ily, kakek terjatuh kelantai dan membuat Ily histeris.
"Kakekkkkk!!!"
######
Banjarmasin, 11 April 2022, 9 Ramadhan 1443H
Selamat berpuasa dihari ke 9!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top