#AC8
Sebaiknya part ini dibaca sampai habis jangan setengah-setengah yaa. Nanti keselnya tanggung gak tuntas!
#####
Menggeliat dibawah selimut, miss Brainly mengerjapkan matanya. Silau yang menyelip menyapa dari balik gorden. Ia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Ia merasakan tubuhnya bagai remuk.
Saat kelopaknya mulai terbuka normal, nanar matanya menatap langit-langit kamar. Asing.
Asing? Miss Brainly terlonjak bangun.
"Astagfirullah dimana aku?"
Beristigfar miss Brainly menyibak selimut dan jantungnya serasa mau copot. Bagaimana mungkin ia bisa tanpa sehelai benangpun saat ini. Ya Tuhan, apa yang terjadi?
Terpana ia mengingat-ingat kejadian semalam. Yang ia ingat saat ia berjumpa dengan mister Abraham, dipaksa minum lalu pusing melanda. Tiba-tiba pagi ini ia sudah berada ditempat ini. Siapa yang membawanya kemari? Mister Abraham? Apa yang telah dilakukan pria itu padanya. Ia sama sekali tak ingat. Bayang-bayang panas seperti mimpi yang tak jelas berseliweran didepan matanya.
Miss Brainly memeluk lututnya yang tertekuk dan menjatuhkan dahi diatas lututnya. Dunia serasa runtuh saat itu juga. Apa yang telah dilakukan mister Abraham padanya?
Drrtt... drttt...
Terdengar suara tepat diatas nakas. Gawainya.
Miss Brainly mengusap wajah dengan kedua tangan kasar.
Hancurlah ia!
Susah payah miss Brainly meraih gawai yang berdenting beberapa kali.
Pertama yang ia lihat notifikasi panggilan dari kakek Abraham puluhan kali. Lalu ia membuka pesan teratas diaplikasi hijau bergambar gagang telpon.
Mister Abraham
Happy morning sayang
Kalau sudah membuka pesan ini, berarti sudah bangun
Permainanmu sungguh sangat luar biasa semalam
Sangat melelahkan memenuhi hasrat yang sedang bergairah
Bening bergulir begitu saja membaca deretan pesan dari mister Abraham. Apa yang telah dilakukannya? Berarti semalam mister Abraham sudah mengulitinya?
Nauzubillah minzalik.
Apa yang harus ia katakan kepada kakek Abraham? Ia sudah gagal mengawal cucunya karna justru sekarang ia menjadi tersudut akibat jebakannya.
'Bodoh sekali kau Ily!'
Miss Brainly merutuk. Ia tak menyangka kalau pada akhirnya ia yang akan terjebak. Kenapa ia begitu yakin dan tidak pernah terpikir kalau mister Abraham dalam tekanan akan nekat seperti ini?
"Saya yakin, dalam keadaan tertekan, dia tidak akan berani berbuat macam-macam!"
Ucapan kakek Abraham terngiang. Kakek Abraham harusnya benar akan hal itu. Kalau mister Abraham tidak ingin hartanya jatuh kepada oranglain, tentu saja ia harus patuh dengan aturan yang dibuat kakeknya. Harusnya mister Abraham tidak berbuat yang dilarang oleh kakeknya dimana tanggung jawab diletakkan diatas pundak Ily dengan bayaran yang mahal. Dan pada akhirnya miss Brainly harus membayar lebih mahal. Ia meremas sprei putih bersih yang sudah kusut saat ia terbangun. Ia tidak mampu membayangkan apa yang sudah terjadi diatas permukaan empuk itu semalam melihat kekusutan disana.
'Ya Allah! Astagfirullah hal adzim!'
Miss Brainly menutup mulutnya menahan tangis. Akhirnya deraian airmata dan tangisan ia lepaskan dengan isakan. Ia tak dapat menahannya lagi. Marah, kesal, sedih bercampur jadi satu. Ia merasa tak punya harga diri dan tak lebih dari pelacur yang ditinggalkan setelah dibuat tak berdaya.
Ting.
Tanpa meraihnya, miss Brainly sudah bisa membaca pesan yang belum tertutup dilayar gawainya.
Sudah pagi, bersiaplah pulang, kita bertemu dikantor hari ini seperti biasa sayang
Cih. Ingin sekali miss Brainly berdecih didepan hidungnya. Dadanya sangat sesak mengingat apa yang sudah dilakukan mister Abraham terhadapnya.
Perih dipangkal pahanya tak seperih luka dihatinya menerima kenyataan pahit ini. Sesuatu yang ia jaga hanya untuk orang yang ia cinta dan halal menjadi pasangan, terpaksa harus telah terkoyak oleh kebiadapan seorang keturunan Abraham.
Miss Brainly sudah tidak tahu lagi apa yang seharusnya ia lakukan. Apakah ia patut memberi pelajaran dengan melabraknya dikantor? Apakah dengan begitu tidak akan membuat semua orang tahu apa yang terjadi padanya semalam?
Drtttt.... drrttt
Getaran dan bunyi panggilan pada handphonenya membuat ia kembali melirik benda yang tiba-tiba berisik itu.
Kakek Abraham calling
Kakek?
Sebelum menerima panggilan miss Brainly meremas kepalanya terlebih dahulu. Ia sudah tak sengaja mengabaikan panggilan kakek Abraham semalaman. Apa yang harus ia katakan? Haruskah ia mengadukan perbuatan cucu laknatnya itu kepada beliau? Bukankah itu sudah menjadi resikonya saat bertugas. Namun bisakah seharusnya ia mendapat perlindungan?
"Assalamualaikum, Ily, apa kau baik-baik saja?"
Mendengar suara kakek Abraham yang nampak khawatir membuat airmata Ily makin menggenang.
"Kakek!"
Hanya itu yang bisa ia katakan, selebihnya tenggorokannya bagai kering saat dadanya terasa sesak menahan airmata yang justru semakin menderas.
"Kau dimana sekarang? Apa butuh dijemput?"
"Ti... tidak, kek!"
Tangisan Ily-pun pecah tak peduli disebrang sana kakek Abraham semakin khawatir. Ia hanya butuh menangis saat ini. Tidak butuh pundak apalagi butuh tanggung jawab mister Abraham.
####
Mister Abraham memandangi kamera digitalnya dengan senyum kemenangan. Kedua kakinya berada diatas meja sementara punggungnya bersandar santai dikursi kebesarannya.
"Pasti saat ini kau panik karna merasa sudah hancur sekarang, nona!"
Mister Abraham terkekeh. Kamera yang sudah ia persiapkan sebelum memasuki room itu bekerja dengan baik. Apa yang terjadi disana terekam jelas dengan posisi yang pas.
Rekaman ini tentu saja adalah senjata sekaligus kartu as agar miss Brainly tidak dapat berkutik.
Jahat? Memang jahat. Tapi mau bagaimana lagi? Salah sendiri kenapa miss Brainly mau menerima tugas mengawasi dan mengatur gerak langkahnya dan membuat ia tak senang. Seharusnya asisten apa kata bosnya, kenapa malah sebaliknya?
"Kemana asisten menyebalkan itu?"
Mister Abraham tersadar, miss Brainly tidak juga sampai dikantor dan menemuinya. Padahal ia telah siap untuk dilabrak. Apakah miss Brainly tidak punya nyali untuk membuat keributan dikantor? Karna dengan begitu ia akan membongkar aibnya sendiri.
"Stupid! Tentu saja dia hari ini sedang sibuk menyesali dirinya!"
Mister Abraham terkekeh. Teringat kejadian semalam, bagaimana ia menaklukkan miss Brainly dan mendapat rekaman eksklusif yang saat ini berada dalam genggamannya.
"Sial! Kenapa semakin menontonnya semakin tubuh si annoying itu terbayang-bayang?"
Mister Abraham menurunkan kakinya dan melonggarkan celana yang tiba-tiba menyesak.
"Dasar bodoh!" Maki mister Abraham kepada dirinya sendiri.
Bagaimana selangkangannya tidak bereaksi, yang dia tonton adalah gadis yang semalam hampir saja membuatnya menyarangkan benih dirahimnya. Ia akui tubuh miss Brainly yang mungil itu terlihat padat dengan dada yang pas ditelapak tangannya.
Dalam keadaan bergairah karna obat perangsang, perempuan itu benar-benar menyulut hasratnya. Beberapa kali dengan ganas miss Brainly meraup bibirnya dan ia tak tahan untuk tidak membalas. Beberapa kali pula miss Brainly menggesek tubuhnya saat masih berpakaian lengkap. Dan ketika asistennya itu tanpa sehelai benangpun menggeseknya yang masih berpakaian lengkap sesungguhnya ia sudah tak tahan untuk tak melabuhkan hasratnya.
Mister Abraham yakin, saat ini miss Brainly merasakan perih akibat intinya bergesekan dengan kain yang menonjol karna tercetak miliknya yang membesar karna ikut dipasung gairah. Jangan-jangan ia saat ini sudah merasa dinodai. Mister Abraham tersenyum miring.
Ia tidak butuh bermain terlalu jauh untuk menaklukkan miss Brainly. Rekaman saat ia telanjang dan terangsang saja sudah cukup baginya. Dalam rekaman itu terlihat jelas kalau miss Brainly yang memaksa untuk disentuh. Miss Brainly yang menggerayangi bukan dirinya.
Hari ini adalah hari bebas baginya. Tidak ada celoteh miss Brainly yang membuatnya pusing. Tidak ada ceramahnya yang masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tak ada himbauan shalat setiap waktunya datang. Hari ini dia bebas merdeka! Mister Abraham riang sesaat. Itulah yang ia harapkan.
Gawai diatas mejanya berbunyi. Ia melirik layar ponselnya yang menyala dan terlihat siapa yang menelponnya.
"Pulang!"
Hanya itu ucapan kakeknya.
"Kalau kau tidak pulang sekarang, berarti kau memilih kakek yang datang dan mempermalukanmu disana!"
Kakeknya berkata lagi setelah beberapa saat tanpa jawaban.
"Apa ada yang salah, kek?"
Pura-pura polos mister Abraham bertanya.
"Jangan pura-pura bodoh!" Gertak kakek disebrang sana namun dengan nada yang tidak keras. Hanya terdengar suara beliau memendam amarah.
"Baiklah, aku akan pulang!"
Keluar dari ruangannya, mister Abraham dengan santai seperti tak terjadi sesuatu. Kepada resepsionist ia hanya mengatakan keluar karna ada urusan.
Tidak berapa lama ia sudah berada didalam mobilnya. Sesaat lalu ia berpesan kepada pak Baron sang driver untuk standbye saja dikantor. Ia akan keluar sendiri.
Dua puluh menit ia lalui dengan tenang. Tak ada debaran yang berarti. Ia sudah siap hal ini akan terjadi. Pasti terburuknya miss Brainly akan mengadu pada kakeknya. Tapi benarkah ia sudah gegabah? Apakah ia sedang menggali kuburannya sendiri? Betapa bodohnya ia tidak berpikir kalau miss Brainly tidak malu mengadu pada kakeknya. Ia pikir miss Brainly hanya akan menyerangnya dikantor, itupun ia sangsikan karna hanya akan membuka aib. Justru ia berpikir miss Brainly akan mengundurkan diri dan menjauh darinya.
Mister Abraham memasuki halaman rumah yang otomatis terbuka. Rupanya ia benar-benar sudah ditunggu.
Ia sudah siap dengan apa yang akan dituduhkan padanya. Ia merasa tenang karna memiliki bukti, bukan dirinya yang sengaja menggoda miss Brainly, tapi miss Brainly sendiri yang mencoba merayu dan ia menolaknya. Kakeknya tidak punya alasan untuk menyalahkannya apalagi mengubah surat wasiat.
"Kau kira aku tak siap, nona? Lihat saja siapa yang akan mundur teratur!"
#####
Banjarmasin, 10 April 2022, 8 Ramadhan 1443H
Selamat sahur dan berpuasa dihari ke 8.
Apakah kira² yang akan dikatakan kakek Abraham? Kira-kira sangsi apa yang akan diputuskan oleh kakeknya itu. Apakah miss Brainly mampu meyakinkan kakek Abraham kalau ia sebenarnya dijebak? Ataukah sebaliknya, mister Abraham yang dapat meyakinkan kakeknya kalau miss Brainly justru tidak hanya sekedar ingin menjadi asistennya tetapi lebih dari itu, ingin dirinya dan hartanya sehingga sengaja menggodanya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top